Duduk di tepian kasur, pria brunette itu menarik rambutnya ke belakang dengan helaan nafas berat. Iris hijaunya menatap kedua kakinya, bingung, kacau, bimbang, gelisah semua perasaannya bercampur aduk hanya karena satu fakta yang didengarnya dari mulut Hanji.
" Eren, dengarkan, sepertinya cebol itu menaruh perasaan kepadamu. Ini hanya asumsiku saja. Kenapa aku bisa berkata ini karena ada banyak alasan, seperti dia yang selalu murung saat melihatmu bersama wanita lain, selalu gugup ketika aku membahas mu, dan terakhir tatapan matanya itu tidak bisa bohong. Aku bisa merasakan cinta yang murni di matanya. Eren, bagaimana jika cebol memang menyukaimu? "
" A-aku ... Aku tidak tahu."
" Huh? Jangan-jangan kau sudah menyukai seseorang ya?! Biar kutebak, apa itu Mikasa? "
Eren menggeram rendah saat kalimat terakhir dari wanita kacamata teringat kembali. Memang benar, dirinya diam-diam menaruh perasaan khusus pada Mikasa. Akan tetapi, semenjak menghabiskan waktu bersama Levi dan mengetahui bahwa Levi menyukainya. Perasaannya menjadi bimbang. Ia tidak ingin kehilangan Levi hanya karena kelak akan memilih Mikasa, tetapi sebaliknya ia juga tidak ingin Mikasa kecewa dengannya jika ia memilih Levi.
Lantas siapa nanti yang akan ia pilih?
" Arghh mengapa ini rumit sekali, lebih rumit daripada memikirkan Titan."
" Aku harus memastikan hal ini pada kapten Levi."
Ia berdiri dan keluar dari kamarnya untuk menemui sang kapten yang entah kemana perginya. Mungkin saja ada di ruang utama survey corps. Eren reflek menghentikan langkahnya saat melihat siluet dua rambut berbeda warna, ia bersembunyi di balik dinding. Menatap tajam kedua orang yang tengah fokus berbincang-bincang.
Mempertajam pendengarannya, Eren menguping pembicaraan mereka, Levi dan Erwin. Pembicaraan keduanya hanya sekedar tugas atau misi saja, tapi di benaknya ia tetap tak menyukainya.
Setelah menunggu sepuluh menit lamanya. Akhirnya salah satu dari mereka beranjak pergi, pria berambut raven itu berbalik melangkah pergi menuju kearah tempatnya bersembunyi.
SRETT
" Kau?! "
" Kapten katakan sejujurnya." ucap Eren, menaruh tangannya di masing-masing sisi wajah sang kapten yang mengangkat alisnya bingung.
" Bicaralah yang lebih jelas."
" Waktu itu...saat aku mencium mu. Apa yang kau pikirkan kapten? "
Tanpa sadar wajah Eren mendekat padanya. Levi memasang ekspresi kesal dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya. Iris hijau menatap lekat iris abu-abu tanpa mengalihkannya sedikitpun.
Levi menyembunyikan rasa gugupnya, ia segera memutuskan kontak mata dengannya.
" Apa aku perlu menjawabnya." jawabnya ketus
" Lebih baik begitu..."
" Kenapa kau memaksaku."
" Aku tidak memaksamu kapten, tapi sekarang ini aku benar-benar membutuhkan jawabanmu," Eren menarik nafasnya dalam-dalam lalu melanjutkan perkataannya.
" Karena jawaban yang akan kau ucap nanti bisa membuatku menentukan pilihanku."
" Bicaramu semakin tidak jelas, apa otakmu terbentur sesuatu."
" Kapten."
Kedua mata sapphire sontak bergerak tak menentu dengan dahi yang mengernyit. Levi mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. Apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Eren? Tapi entahlah firasatnya mengatakan demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secrets [EreRi]
FanfictionDi balik tragisnya nasib penduduk pulau Paradise yang harus menghadapi ganasnya titan. Terdapat kisah romantis yang dijalin antara Eren dan Levi. Mereka memutuskan menjalin kisah asmara secara diam-diam, tidak banyak yang mengetahuinya. Namun, apaka...