Hari demi hari telah berlalu awalnya semuanya baik-baik namun Eren merasa ada yang janggal pada Levi. Setiap kali dirinya ingin mendekatinya pasti Levi selalu berusaha menjauh darinya tanpa mengatakan apapun. Bahkan melihat dirinya saja sepertinya juga tidak mau.
Hal itu membuat Eren tak bisa tidur tenang karena terus memikirkannya. Apakah ia berbuat salah hingga Levi tidak mau berbicara padanya? Lalu apa kesalahannya? Eren mengacak-acak surai rambutnya frustasi pikirannya menjadi buntu. Ia memutuskan duduk, menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul delapan malam.
Pria brunette itu lalu keluar dari kamarnya. Berniat menyegarkan pikirannya sejenak. Tapi langkahnya sontak terhenti saat tak sengaja menyaksikan dari kejauhan kebersamaan Levi dengan Erwin. Ia memutuskan untuk mengintip mereka berdua, mengendap-endap dari belakang dan bersembunyi ketika mereka berdua akan menoleh.
Apa yang mereka berdua lakukan di malam-malam begini? Eren tahu jika mereka hanyalah sekedar kapten dan komandan, tapi tetap saja ia tak menyukai perasaan ketika Levi berdekatan dengan pria lain selain dirinya.
Cukup lama menunggu akhirnya keduanya mulai memencar. Eren menggunakan kesempatan ini untuk mengejar Levi dan menarik pergelangan tangannya agar mengikutinya. Membuat Levi tersentak kaget, reflek menyentak tangannya.
" Apa yang kau lakukan."
Eren masih diam. Kedua iris hijaunya menatap sang kapten dengan marah. Pria brunette itu menarik pergelangan tangan Levi lagi meskipun terus mendapat penolakan. Akhirnya si raven mengalah dan menuruti kemana dia membawanya pergi. Mereka berdua berhenti di halaman belakang markas survey corps.
" Levi-san..."
" Mn."
" Apa kau marah padaku? "
Tidak ada jawaban. Membuat Eren gelisah, ia menggenggam telapak tangan mungil itu sembari memberi usapan ringan.
" Kenapa kau hanya diam saja Levi-san. Jadi, kau benar-benar sedang marah padaku? Aku,...aku tidak tahu dimana letak kesalahanku tapi aku tetap akan meminta maaf padamu. Kumohon...maafkan aku Levi-san..."
SRET
" Siapa yang sedang marah padamu! Jangan membuatku seolah-olah membutuhkan maafmu."
Eren terkejut dengan sikapnya yang sangat berbeda. Ia melupakan rasa sakit yang diterima akibat pukulan sang kapten. Sedangkan Levi tak menyangka bahwa dirinya memukulnya terlalu kencang, ingin mengatakan maaf tetapi egonya menghentikannya.
" Aku..."
" Levi-san, sebenarnya apa yang membuatmu marah! "
Levi menggigit pipi dalamnya. Akhir-akhir ini ia hanya sedang merasa insecure, rasa tidak percaya diri selalu menghantuinya ketika bersanding dengan Eren. Ia merasa tidak layak, karena dirinya bukanlah seseorang yang memiliki sesuatu istimewa. Ia berpikir jika Eren lebih layak bersama seseorang yang lebih cantik dan muda daripada dirinya, seperti Mikasa. Setiap kali memikirkan itu hatinya entah kenapa terasa sesak.
" Lupakan."
" Kau bercanda? Melupakan tidak semudah yang kau bayangkan. Levi-san kau membuatku tidak bisa tidur hanya karena memikirkan sikapmu akhir-akhir ini, aku belum merasa tenang tanpa penjelasan darimu." Alisnya menukik tajam.
" Minggir, biarkan aku pergi."
" Tidak bisa."
" Kau ingin ku pukul seperti dulu? " Levi memasang raut wajah tak bersahabat.
" Pukul saja. Aku akan menerimanya."
Kedua tangan Levi terkepal erat hingga buku jarinya memutih. Menarik nafasnya dalam-dalam agar berusaha tenang. Setelah tenang ia lalu menatap Eren yang masih memberi tatapan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secrets [EreRi]
FanfictionDi balik tragisnya nasib penduduk pulau Paradise yang harus menghadapi ganasnya titan. Terdapat kisah romantis yang dijalin antara Eren dan Levi. Mereka memutuskan menjalin kisah asmara secara diam-diam, tidak banyak yang mengetahuinya. Namun, apaka...