Our Secrets - Part 11 & Pengumuman

1K 55 28
                                    

Skip 21+

" Hah!"

Eren membuka kedua matanya lebar-lebar begitu teringat kejadian semalam melalui mimpinya. Wajahnya berubah horor, tidak mungkin 'kan ia menyetubuhi Levi? Kaptennya sendiri. Dengan cepat ia menampar pipinya berulangkali saat pikiran tak senonoh muncul, berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa semalam hanyalah mimpi belaka.

Tunggu sebentar. Iris hijaunya mengelilingi seisi ruangan, bukankah ini di dalam tenda. Tapi tenda milik siapa? Pikirnya. Seharusnya semalam ia masih berada di tenda utama bersama teman-temannya. Eren merubah posisinya ke samping dan-

TAP

Wajahnya menabrak dada seseorang. Ia kelabakan dan segera bangkit dari tidurnya dengan ekspresi shock.

" Siapa pun yang tidur bersamaku. Maafkan aku! Aku mabuk dan tidak sa..."

Perkataannya terhenti di udara setelah manik hijaunya melihat jelas siapa yang terbaring di kasur, benar dia adalah Levi. Tubuh telanjangnya terpenuhi dengan bercak-bercak ungu dan juga gigitan yang mengerikan, bahkan Levi tertidur sebegitu lelapnya. Lalu Eren melirik tubuhnya sendiri, matanya melebar sempurna melihat keadaannya sendiri.

' Apa yang sudah ku lakukan.'

Jadi semalam bukanlah sekedar mimpi tetapi sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa dirinya telah meniduri Levi. Kepalanya terasa berat memikirkannya, bagaimana bisa ia menidurinya? Apakah semua ini adalah paksaan, apakah dirinya memperkosanya? Levi tipe orang yang tidak mudah didekati apalagi disentuh sembarangan, dia akan langsung menghajar orang tersebut jika berani melebihi batas. Eren termasuk pria beruntung yang dapat merasakan bibirnya, tapi hal itu bukan berarti Levi akan mengizinkannya berbuat hal tak senonoh...seperti berhubungan badan.

Eren mengacak-acak rambutnya frustasi. Melangkah mundur hingga punggungnya menabrak tembok, iris hijaunya bergulir kearah Levi. Berharap apa yang dilihatnya bukanlah kebenaran. Masih terdapat bekas cairan berwarna merah di sprei, raut wajah Levi yang berantakan dan kelelahan terlihat sekali dari alisnya yang menukik ke atas. Bibir Levi berwarna merah pekat dan bengkak, di sekitarnya penuh dengan bercak-bercak merah. Gigitan di seluruh tubuhnya. Bukti apa yang harus diragukan lagi? Keadaan Levi di sana telah menjelaskan semua pertanyaan di benaknya. Eren sungguh tak menyangka dirinya tega melakukan hal bejat padanya.

Beberapa jam kemudian...

Levi memekik kesakitan saat mencoba menggerakkan tubuhnya untuk turun dari ranjangnya. Sakit sekali hingga ia harus berpikir dua kali untuk melakukan gerakan sekecil apapun. Tidak biasanya ia menjadi lemah seperti ini, si raven mengusap wajah tidurnya berulangkali agar penglihatannya jernih.

" Ahh! Aahh! Ereenn!"

Kedua matanya melotot saat suara aneh menggema di kepalanya. Jari-jemarinya reflek menyentuh mulutnya setelah mengingat desahannya semalam.

" Aku mendesah?"

Rona merah menjalar di kedua pipinya. Levi dibuat memerah ketika teringat teriakannya terdengar layaknya seorang perempuan bahkan mungkin lebih mengerikan. Seumur hidup tak pernah membayangkan dirinya bisa berubah diluar karakternya akibat perlakuan brutal Eren semalam. Tangannya menyentuh sprei, ingatan semalam kembali muncul seolah sebuah rekaman video yang diputar mundur. Desiran aneh mengganggu dadanya, rasanya asing tapi menyenangkan.

" Levi-san..."

Suara desahan berat Eren yang memanggil namanya membuat seluruh ototnya menegang. Punggungnya menjadi kaku disertai desiran nikmat yang mengalir dari tengkuk hingga sekujur punggungnya. Levi mengambil oksigen sebanyaknya agar pikiran kotornya terlupakan.

Our Secrets [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang