Happy reading ♪(┌・。・)┌
Dalam kegelapan malam, ketika mata memandang sekitar hanya terpenuhi oleh pepohonan tinggi yang berdesir terkena angin. Sebuah tangan mencengkeram erat pergelangan tangan kecilnya, sangat erat namun jelas sekali bahwa orang itu tengah dilanda ketakutan. Eren menggulirkan pandangannya ke depan, matanya membulat menyadari bahwa itu adalah ayahnya sendiri. Di tangan kanan ayahnya terdapat sebuah suntikan berisikan serum.
Eren mundur ketakutan ketika sang ayah memegang paksa tangannya seraya mengarahkan jarum suntik tersebut.
" Hentikan ayah! Apa yang ingin kau lakukan padaku."
Dengan ekspresi yang bercampur aduk, sang ayah tepatnya Grisha menyuntikkan serum tersebut sambil berteriak bak orang kesurupan. Sikapnya itu berhasil membuat Eren berpikir bahwa saat ini dia bukanlah ayahnya.
" Eren..." tangannya gemetar, " Kamu akan menjadi satu-satunya yang membalaskan dendam atas kematian ibumu! "
" Aaaaahhh!!"
BLARRR!
" Hah?! " Eren membuka matanya lebar-lebar, nafasnya terengah dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Pandangannya yang mengabur perlahan pulih.
' Sial...lagi-lagi ingatan ini...'
Eren menekan pelipisnya menggunakan telapak tangannya, kemudian menolehkan kepalanya ke samping. Sedikit terkejut menyadari jika terdapat pria mungil tengah tertidur lelap di sebelahnya dengan posisi yang menggemaskan. Mirip seperti kucing. Eren mengubah posisi tubuhnya agar menghadap pria itu, sudut bibirnya terangkat saat jarinya membelai pipinya.
Sambil mencoba menekan ingatan-ingatan masa lalu dan masa depan yang terus menganggunya, Eren memilih mengamati wajah tidur Levi. Ia tahu apa yang akan terjadi beberapa bulan nantinya, oleh karena itu dirinya ingin sebisa mungkin menghabiskan waktu bersamanya, bersama teman-temannya yang sudah ia anggap sebagai keluarga. Ibu jarinya berhenti setelah menyentuh ujung mata tajam milik sang kapten.
' Mata ini...suatu saat nanti akan menatap dingin padaku.'
Eren memejamkan matanya lalu menarik nafasnya dalam-dalam, dengan gerakan cepat ia menarik kepala Levi ke dadanya. Memberinya pelukan hangat padanya, Eren membuka matanya kembali kemudian mengecup lama dahi si raven.
Diam-diam pria brunette itu merasa lega serta bangga pada dirinya sendiri karena berhasil membuat Levi yang sebelumnya memiliki insomnia, kini sang kapten telah berbaring nyenyak dalam dekapannya. Tertidur sampai sulit terbangun padahal situasi sekitarnya begitu berisik, namun bagaimanapun juga Eren tetap bersyukur Levi telah terbebas dari kondisi sulitnya.
' Bagaimana jika aku pergi, apakah kau masih bisa tidur se-nyenyak ini? '
Giginya tiba-tiba bergemelutuk beserta urat-urat yang muncul di lehernya, dahinya mengkerut sedih membayangkannya.
-
-
-
" Ugh?! "
" Levi-san! Apa yang terjadi! "
Iris abu-abu melirik datar pria brunette yang tengah menghampirinya dengan alis yang menukik tajam. Levi kembali mengamati darah di ujung jarinya akibat terkena duri dari bunga mawar. Ia tersentak kaget ketika merasakan usapan lembut di sekitarnya sebelum sebuah perban putih membungkus jarinya yang terluka.
" Ini hanya luka kecil, mengapa kau sebegitu khawatirnya. Kau tahu aku adalah seorang kapten yang artinya aku memiliki pengalaman jauh lebih buruk daripada ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secrets [EreRi]
FanfictionDi balik tragisnya nasib penduduk pulau Paradise yang harus menghadapi ganasnya titan. Terdapat kisah romantis yang dijalin antara Eren dan Levi. Mereka memutuskan menjalin kisah asmara secara diam-diam, tidak banyak yang mengetahuinya. Namun, apaka...