Zoro sedang merutuki dirinya sendiri, tangannya licin, dan bau. Itu karena sebelumnya ia mengerik punggung Sanji, anak itu mengeluh sakit dan terus bersendawa. Zoro yang sadar langsung meminta Sanji segera melepas kaosnya dan memberi siksaan kenikmatan, bagi Zoro.
Belum lagi setelah mengeriknya Sanji menangis, sejujurnya ini memang sensitif, Sanji paling menjauhi ketikan pada punggungnya.
"nangis lu udah gede juga, nanti lu sembuh. percaya sama gua" Sanji tau efeknya kuat, tapi sakitnya luar biasa. Zoro hanya bisa mendengus, dia mendekati Sanji dan duduk disisi ranjang anak itu, "maaf deh kalau gua ke kencengan, badan lu kaga lecet kok." Tangannya mengusak lembut surai Sanji.
Sanji yang masih menangis didekapan bantal pada wajahnya hanya bisa terseguk-segukan. Dan Zoro terus mengusak surainya dengan lembut dan penuh kasih sayang, beda dari kerikan tadi..
"ahh! s-sakit marimo!! a-ahh.. aww ahh!"
"ya gimana kaga sakit lu nya aja petakilan kaya ulet keket disiram garem, diem makanya!" Zoro menekan punggung Sanji membuat anak itu berteriak dalam dekapan bantalnya. Matanya berlinang air mata, suara tangisnya mulai putus-putus
"hiks..ugh..hiks!"
Setelah dirasa semua sudah dikeruk, Zoro memberi sentuhan terakhir. Ia mengurut punggung Sanji dengan lembut, setelah itu menutup kembali kaosnya dan melihat sebodoh apa anak ini menangis
"masih sakit, lis?" Zoro melirik Sanji, tak ada jawaban, hanya keheningan. Sesaat keheningan ini pecah karena suara dengkuran halus Sanji, dan itu membuat Zoro terkikik, "bocah ini, astaga.."
Zoro menarik selimut dan menutupi tubuh Sanji. "maaf ya sanji sayang" Dan meninggalkan Sanji untuk beristirahat.
"usopp lu dimana? jemput gua coba. si sanji sakit, gua harus beliin makanan pas dia bangun dari tidur"
Bersambung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Silahkan di cek.
Wkwk sedih bgt cerita lawlu conscience kaga laku wkwkwk
