《 Twins? 》

401 39 0
                                    

"Kena kau." Suara yang berat dan serak mengagetkan Everest dari lamunannya.

"Siapa lo?! Lah kok muka lo mirip gue yang asli?!" Tersadar dengan ucapannya Everest menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Come here," ucap seseorang itu yang sudah berjalan kearah tangga, walaupun bingung namun Everest tetap mengikutinya.

Saat sudah berada di lantai atas perpustakaan, Everest dan seseorang itu saling terdiam membuatnya kesal, "Ngapa suruh gue kesini?" tanya Everest malas.

"Lo yang buat cerita ini?"

"Tentu saja bukan!"Everest memandang orang itu kesal, entah kenapa dirinya di dunia nyata kalau tidak berekspresi begitu menjengkelkan.

"Lalu kenapa visual tokoh ini sangat mirip denganmu?"

"Yo nda tau kok tanya saya! Eh... LO TAU GUE?!"

Bukannya menjawab seseorang itu justru tersenyum miring membuat Everest menelan salivanya.

"T-Tapi tokoh yang lo nempatin siapa namanya?" tanya Everest gugup.

"Alaska Luchlan," jawabnya datar.

"Alaska? Alaska... Alaska... OH YANG BUNDIR MISTERIUS TERUS MEREKA PARA PROTAGONIS BERUSAHA MEMECAHKAN KEMATIANNYA?!" Alaska mengangguk samar, "Jangan berteriak."

"Gue nyesel banget beli itu buku! Kalau gue gak baca nih buku pasti gue masih ketemu sama kucing gue Ciel!" Keluh Everest yang merindukan kucingnya, Alaska hanya menatapnya datar tanpa berniat mendengarnya.

"Apa itu?" gumam Alaska saat melihat satu rak yang mengeluarkan cahaya dari salah satu buku.

Mendekatinya dan mencoba untuk meraih buku yang bersinar terang itu, nasib baik tubuhnya tinggi jadi tidak susah mengambilnya. Alaska melihat Everest yang masih mengeluh dengan bibir yang melengkung kebawah, membuatnya mengurungkan niat untuk memberi tahu tentang buku yang menarik.

Alaska membuka buku itu, namun tidak ada tulisan, hanya kertas kosong berwarna coklat tanpa tinta, membuatnya heran.

Saat akan menutupinya, entah kenapa jari telunjuknya mengeluarkan darah dan menetes diatas kertas coklat kosong itu.

"Apa itu?" tanya Everest yang melihat Alaska sangat fokus ke sebuah buku kosong. Namun ajaibnya noda darah Alaska menghasilkan huruf-huruf yang membentuk satu paragraf.

"Ini... Ini prolog di novel Sweet Girl, anjir! Yang gue tempati sekarang!" Heboh Everest saat membaca paragraf halaman satu dibuku bersampul putih terang itu.

Seolah tersadar Everest menatap Alaska dengan tatapan mencurigakan, "Lo dari dunia nyata?" Dan dijawab dengan anggukan singkat dari Alaska.

"Kok bisa?"

"Tertusuk pisau di perut," jawab Alaska acuh. Everest hanya mengangguk tanda merespon.

"Umur lo di dunia kita sama di dunia ini berapa?"

"16."

"Eum... Kelas?"

"12."

"Jadi adik gue mau? 'Kan gue lebih tua dari lo. Jadi lo harus mau!" Pinta Everest diluar dugaan, Alaska menatapnya aneh.

"Tidak terbalik?" Dengan semangat Everest bergeleng membuat Alaska menghela napas namun tidak menjawab keinginan dari Everest.

"Jadi mau kagak lo?! Mau lah ya~" Tanpa diduga Everest memeluk leher Alaska tiba-tiba membuat sang empu terkaget dan menunduk karena perbedaan tinggi badan mereka.

"Lepas."

Tak terasa hari sudah sore, ternyata Everest dan Alaska membolos empat pelajaran, namun mereka tidak peduli. Sekarang Everest mengantarkan Alaska ke parkiran atas permintaan Alaska sendiri.

Saat sudah sampai di parkiran mereka mengobrol sedikit, tiba-tiba saja pergelangan lengan Everest ditarik dengan kasar, "Eh! TOLONG GUE MAU DICULIK! OMAYGAT!!" Panik Everest berlebihan.

Alaska tanpa membuang waktu segera berlari ke Everest yang diseret oleh seseorang dengan badan kekar berbaju hitam berwajah datar.

Alaska pun menarik pergelangan lengan Everest yang lain, sekarang Everest ditarik oleh dua orang yang sama kekarnya, "Haduh! Sakitnya kepala dan hati saya~"

"Pergi!" Usir Alaska galak.

"Tidak bisa, Tuan Besar menyuruh saya untuk membawa pulang paksa Tuan Muda River." Sekarang Alaska bingung ingin melakukan apa, "Apakah Anda bisa dipercaya?" Sepertinya Alaska bimbang, takut River diculik.

"Tentu." Dengan yakin seseorang itu mengangkat tubuh River ala bridal style, meninggalkan Alaska yang menatap kepergian mereka rumit, "Loh! Tak bahaya ta?" Reflek Everest memeluk leher jenjang seseorang berwajah datar itu.

Dilemparnya tubuh River membuat Everest meringis kesakitan, "Hoy! Pelan-pelan dong!"

Namun seseorang itu tidak mengindahkan rintihan Everest, dengan terburu orang itu melajukan mobil berwarna hitam yang ditumpanginya.

Dipertengahan jalan Everest melihat sesuatu yang menggiurkan, "Berhenti, Mang!" Dengan panik seseorang itu menepikan mobilnya dan mengerem dengan hati-hati, hampir saja mereka tabrakan dengan pohon.

"Anda tahu tadi itu bisa mencelakakan kita?!" Bentaknya kelepasan, namun Everest tidak peduli, "Bukain dong~" Dirinya hanya bisa menurut karena takut terpisah dengan kepalanya.

Saat pintu mobil terbuka Everest keluar dari mobil dan menghampiri penjual kaki lima, "Mang! Beli sepuluh ribu!" Pinta Everest kepada Penjualan Batagor, dan dibalas dengan senyuman lebar dari Bapaknya.

"Siap!" Everest menunggu jajanannya seraya melihat-lihat sekeliling, "Ini, Dek." Terlonjak kaget dan segera menyerahkan uang dengan nominal dua puluh ribu, tanpa menunggu kembalian Everest berlari ke mobil tadi dan memasukinya, "Kembaliannya buat Amang aja!" teriak Everest di jendela mobil yang terbuka setengah.

Betapa bahagianya penjual batagor itu saat mendapatkan rejeki berlebih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE, WOY!

RivEstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang