《 Menginap 》

346 36 0
                                    

"Kau sudah makan?" tanya Alaska saat tiba di dapur minimalis, "Belum," jawab Everest seraya berjalan ke ruang TV.

Tidak ada jawaban dari Alaska membuat Everest duduk diam.

Saat sedang melamun memikirkan baju yang belum diganti, Everest dikejutkan oleh sebuah sendok berisi mie didepan bibirnya, mengerutkan dahi pertanda bingung, "Makan." Perintah Alaska mutlak.

Everest pun melahapnya dengan patuh. Mereka makan satu mie ayam dengan peralatan makan yang sama, jangan lupakan Everest yang disuapi.

Tak terasa makanan Alaska habis dibantu Everest, sekarang mereka tengah menonton kartun di TV.

"Kebenaran... Tidak pernah ingkar janji." Dialog Papa Zola dari animasi BoBoiBoy, membuat Everest gemas sendiri sama anaknya Papa Zola.

"Imutnya," gumam mereka berbarengan kepada objek yang berbeda.

Everest yang mendengar gumaman dari Alaska tersenyum lebar, "Siapa? Pipi? Pipi emang imut."

'Bukan kartun itu.' Alaska hanya bisa membatin tanpa bicara.

Sekarang pukul sebelas malam namun tampaknya mereka berdua belum mengantuk, dengan inisiatif Alaska menyuruh Everest tidur duluan di kamarnya, sedangkan dirinya membersihkan piring kotor.

Everest tadinya ingin membantu, namun Alaska melarangnya. Everest hanya mengangguk lesu, dan berjalan kearah pintu coklat, membukanya dan segera masuk.

Everest duduk diam di tepi kasur, Alaska yang sudah membersihkan piring kotor melihat Everest yang melamun berinisiatif menghampirinya, "Kenapa?"

"Gue mau ganti baju, tapi gak bawa baju."

"Pakai punya gue aja."

Tanpa persetujuan dari Everest, Alaska menarik tangan River dan menuntunnya kearah lemari, mengambil baju dan mendorongnya kedalam kamar mandi.

"ADA BAJU LAIN KAGAK?!"

Sekarang Everest sedang marah ke Alaska yang justru tertawa kecil, "Sudah begini saja," ucap Alaska menahan tawa.

"Gak usah ketawa lo! Emang gak ada baju lain apa?!" tanya Everest ngegas, tidak lupa pipi River yang memerah.

"Tidak ada, lagian itu cocok di lo." Mendengarnya membuat Everest tambah malu.

"Bacot!" Maki Everest yang sudah kepalang malu.

Sontak makian dari Everest membuat Alaska tertawa terbahak. Everest sempat terdiam sesaat, 'Wajah gue genteng banget!' batin Everest.

"Kenapa diam?" Everest yang tersadar dari lamunannya hanya tersenyum lima jari, "Ternyata wajah gue ganteng." Puji Everest terhadap dirinya.

"Iya ganteng, tapi kalau lo yang pakai jadi jelek."

"Sialan, lo! Tukeran raga yok?! Gue mau jadi Alaska!"

"Enteng banget ngomongnya." Alaska menggeleng pelan, tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang didepannya.

"Sesuai takdir, mungkin River ada masalah yang harus dipecahkan oleh orang khusus."

"Dan itu gue?"

"Ya."

Everest terdiam, setelahnya tiduran disebelah kanan tempat tidur Alaska, "Tapi gue gak mau, gue kalau ada masalah dibiarkan aja belum pernah menyentuhnya," ucap Everest menutup kedua matanya menggunakan punggung tangan.

"Sekarang lo harus belajar menyentuh masalah itu, jangan sampai menumpuk membuatmu stres. Terkadang kita harus berani mengambil keputusan jangan hanya bersembunyi ditubuh orang lain."

Everest menatap Alaska tercengang, baru kali ini Everest mendengar Alaska berucap banyak, "Tapi kalau minta bantuan sekali-kali?" tanya Everest setelah terdiam cukup lama.

"Sekali-kali jangan berkali-kali."

"Gue ngerti."

Pagi ini, Everest sudah terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan Alaska masih tertidur disampingnya.

"Gue kenapa? Biasanya gue bangun jam sepuluh kalau ingat dunia," ucap Everest setelah melihat jam dinding kamar Alaska.

"Jam empat lewat tujuh belas? Gue ngapain sepagi ini?" Everest yang masih lunglai berdiri dari duduknya, berjalan kearah pintu yang memisahkan antara ruang kumpul dan kamar.

Everest keluar kamar tanpa menutup pintu, berjalan kearah dapur tanpa persetujuan dari otaknya, "Sebenarnya gue mau ngapain?" tanyanya entah kepada siapa.

"Yaudahlah, masak aja."

Dan dapur Alaska sudah diambil ahli oleh Everest. Dengan telaten Everest memotong bawang dan cabai, menghidupkan api di kompor, menuangkan minyak kedalam wajan dan tumis bawang serta cabai yang sudah diiris kedalam wajan berisi minyak panas.

Beberapa menit kemudian masakan yang dibuat oleh Everest telah jadi, menuangkan makanan itu ke piring berwarna putih dan menatanya dimeja makan.

"Anjir! Kaget gue, Su!" Latah Everest saat melihat Alaska yang terduduk diam dibangku dengan menatapnya berbinar.

"Mana makanan gue?!" seru Alaska tidak sabaran.

"Ini." Everest pun memberikan jatah makanan Alaska, Everest pun ikut duduk.

Mereka makan dengan Everest masih memakai baju yang membuatnya malu tadi malam tanpa bersuara karena itu yang diajarkan oleh orang tua mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Maap pendek, lagi gak mood.

Btw ini baju yang dipakai oleh River atau Everest?

Btw ini baju yang dipakai oleh River atau Everest?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eta lah pokokna.
JANGAN LUPA VOTE!

RivEstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang