Beberapa bulan kemudian, sekarang Everest disibukkan oleh Ujian Praktek. Ia kesana kemari hanya untuk membeli peralatan praktek, dan selalu pulang larut hanya untuk mengerjakan tugas kelompok.
Pukul 17.26, tugas kelompok Biologi telah selesai. Teman-teman River telah pulang meninggalkan Everest sendirian di Perpustakaan Pusat Kota. Sengaja Everest disini lebih lama, ia tidak ingin pulang ke rumah.
Bruk!
Salah satu buku di dekat Everest terjatuh, awalnya Everest tidak ingin mengambil pusing. Namun karena buku itu memiliki sampul yang kuno, Everest jadi tertarik untuk memungutnya.
Lima langkah Everest mendekati buku yang terjatuh itu, ia seperti pernah melihat buku ini di suatu tempat. Namun dirinya lupa.
Tanpa membuang waktu, Everest mengambilnya dan berjalan menuju kasir Perpustakaan dan segera membelinya.
Setelah membayar buku tua itu, Everest keluar dari Perpustakaan dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang.
Setelah terhubung ia segera mengucapkan tempat yang ia datangi. "Perpustakaan Pusat Kota."
Panggilan terputus sepihak oleh Everest. Lima belas menit kemudian, jemputan Everest telah datang yang langsung dinaiki olehnya.
Keadaan di mobil hening, Everest melihat kearah jendela dengan pikiran menerawang kemana-mana. Tak terasa mobil putih yang ditumpangi oleh Everest sampai di kediaman Chandrakanta, Everest pun keluar dan berjalan lesu ke pintu masuk besar.
Setelah memasuki rumahnya ia disambut oleh sekumpulan orang yang tengah bercanda gurau, Everest segera menaiki tangga, ia tidak ingin mendengarkan obrolan mereka.
"Lihat siapa yang baru pulang?" ucapan nyindir ia dengar namun memilih untuk tidak meresponnya.
"Dari mana saja kau? Pasti main yang gak bener, ya?"
"Kalian ngomongin diri sendiri?" tanya Everest tanpa membalikan badan.
"Maksudmu?"
"Itu cewek kok masih disini? Cewek yang gak bener ya? Bukannya seorang cewek tidak boleh pulang larut malam?" tanyanya bertubi-tubi. Satu-satunya perempuan di sana merasa ternyinyir memasang muka melas.
Sebenarnya ia disini bareng teman-temannya namun semua temannya sudah pulang yang tersisa dirinya saja.
"Oh! Lo... Nyari yang baru?" Gertak Everest menatap sinis perempuan itu.
"Apa maksud, Kak River?!" Serunya dengan tatapan sedih.
"Lo yang selalu mengganggu Alaska, 'kan? Tiga hari gue gak sekolah! Iya, 'kan!!!" Sepertinya Everest kelepasan sampai berani mencekik leher mulus perempuan itu.
"RIVER, APA YANG LO LAKUKAN?! MAU BUNUH ANAK ORANG LO?" Mereka semua berusaha melepaskan lilitan tangan River dari leher Viola. Yeah, yang membuat darah Everest mendidih karena Viola Lxora Marguerite.
"IYA GUE MAU BUNUH DIA!!!"
"Da...sar... Homo menjijikkan!!"
"Siapa yang lo maksud homo?!" Tekan Everest yang semakin menghambat jalur pernapasan Viola.
"Kakak... Lah... Siapa laghi? Sama... Sekelompok cowok yang memperebutkan... Mu." Dengan napas berderu tidak beraturan, Viola masih sempat-sempatnya memancing api yang lebih besar.
"SIAPA YANG LO MAKSUD, BAJINGAN!!" Everest melepas cengkraman dileher Viola dengan cara membanting.
"Nyahlah kau ke Nekara!!" Karena Everest masih bisa menahan gelapnya kebencian, ia hanya menendang kuat perut Viola sampai terbatuk-batuk.
Setelah berurusan dengan cegil. Everest pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Tanpa disadari Viola tersenyum creepy. 'Ku berada di depanmu.' Batinnya menatap ponsel yang sedari tadi terhubung dengan seseorang.
࿄
Sedangkan di belahan bumi lain. Alaska menatap ponselnya lamat, ia terpaksa menjawab panggilan seorang cegil hanya untuk memastikan.
"Sekelompok cowok yang memperebutkan... Mu."
Suara di seberang sana sangat berisik, namun Alaska hanya fokus sama satu kalimat itu.
"Sekelompok cowok yang memperebutkan?? Ice?"
Ponsel di genggamnya, ia memutuskan dulu panggilan dari seseorang. Sekarang ia tengah menelepon ke percayaannya.
"...?"
"Kau tau harus apa? Jangan pura-pura tidak tau, aku melihatmu dari bangunan itu."
"..."
"Hm."
Sambungan terputus. Alaska tersenyum lebar, ia sudah menyiapkan segalanya.
.
.
.
.
.
Tbc.
Singkat dulu karena... UJIAN PRAKTEK! UEUEUEUEUE! BANYAK HAPALAN! UEUEUEUEUE...
Pasti pada lupa. Tak pe aku memang mudah dilupakan 💗
Jadi... Hiatus dulu... Eheq 👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
RivEst
FantasyEverest Ice Maverick yang meninggal karena melewati rumah kosong, harus menerima kenyataan bahwa dirinya berpindah raga ke salah satu karakter novel yang dibacanya sebelum meninggal. "Oh, ini rumahku? Kok kayak bukan rumah?" "Katanya rumah tempat ki...