Dan semuanya pun mengerti, mereka semua pulang secara berangsur-angsur. Setelah selesai, dia menghampiri Clara yang sudah sadar di kursi ruang tamu.
"Kalian berdua yakin pulang hari ini? Apa tidak besok saja?"
"Kalau aku harus pulang sih Bal, karna di rumah cuman sama ibuku kalau ayah masih kerja malam ini." melirik kearah Clara yang masih lemas
"Tapi tidak tau lah Clara."
Bundanya langsung menghampiri perbincangan mereka.
"Claratidur disini saja, kasian nanti dia sakit pula. Lagian kan besok libur" Sambil menghelus kepalanya.
"Tapi, tante?"
"Sudah kamu tidak usah risau, kamu tidur dikamar kakaknya Iqbal. Lagi pula kakaknya masih ada job diluar kota. Kemungkinan senin besok pulangnya."
Dia malah senang kalau clara bisa nginap dirumahnya.
"Ya sudah Clara, kamu disini saja dulu nanti aku bisa kok bilangkan ke mama kamu." menyemangatinnya
"Yasudah tante, Jennie mau pulang dulu, sudah malam soalnya"
"Kamu tidak tidur disini juga?"
"Tidak tante, soalnya dirumah cuman sama ibu. Kalau ayah masih kerja malam ini."
"Oh Yasudah, Hati-hati dijalan ya. Kirim salam sama ibunya ya, Bal anterin Jennie kedepan"
"Okey"
"Assalamua'laikum tante, Ra"
"IyaWa'laikumsalam"
"Hati-hati Jenn" ujar Clara.
Pas dia anterin sahabatnya kedepan, bunda mengambil baju ganti dulu untuk Clara. Karena beliau tidak tega melihat Clara basah-basahan begitu.
"Clara ini bajunya, kamu bisa ganti di kamar kakaknya"
"Ya Allah, makasih tante"
"Yasudah kamu ganti baju dulu, tante mau bikinkan air hangat dulu"
"Iya tante, makasih ya tante"
Saat dia ganti baju dikamar, tiba-tiba tidak sengaja ia melihat ada sebuah tulisan di kertas kecil yang ditempel didinding kamar kakaknya. Kertas itu berisi aku sayang kamu Clara. Lalu ia bingung dan ada sedikit rasa senang tapi ia tidak mau gede rasa dulu, lagian ini kan kamar kakaknya bukan kamar iqbal. Bisa jadi nama Clara itu nama saudaranya, sepupunya atau keluarganya. Tidak lama kemudian, bunda Iqbal memanggilnya.
"Clara, sayang"
"Iya tante" keluar dari kamar.
Sambil bundanya memberikan air hangat kepadanya.
"Tadi tante sudah nelepon mama kamu, kalau kamu besok pulangnya"
"Oh ya Clara lupa, makasih banyak tante."
"Yasudah tante mau kekamar dulu ya"
"Iya tante"
Dia pun pergi keluar sambil menikmati secangkir teh hangat, menghadap kolam renang tempat kejadian tadi sambil ia mengingatnya. Tidak lama kemudian, Iqbal datang langsung menghampirinya yang sedang menikmati secangkir teh hangat diatas ayunan. Ditengah malam yang dingin, menebarkan rayuan yang pelik darinya sehingga membuat ia baper dengan rayuannya untuk pertama kalinya. Selama ini ia tidak pernah sebaper ini, kalau dirayu oleh teman laki-laki lainnya. Agar dia tidak tau, kalau si Clara berhasil dia membuatnya baper ia pun mencoba mengalihkan rayuan tersebut menjadi pertanyaan sebagai ending pembicaraan mereka.
"Btw kamu tidak merasa kantuk ya?"
"Mengantuk? Belum lah, jam berapa baru nih biasanya aku tidur agak malam kok. Biasa anak jantan" dengan membanggakan dirinya sekaligus membuat ia tersenyum.
Dia langsung senyum datar untuk menghargainya, karena ia belum merasa mengantuk jadi dia pun tetap melanjutkan pembicaraan walaupun ia sudah mengantuk, tapi ia harus ikuti waktu tidurnya yang punya rumah. Mereka pun melanjutkan perbincangan lagi, sambil melihat bintang-bintang yang bertaburan dilangit luas pada malam hari seakan sedang melihat mereka berdua duduk diatas ayunan dengan senyum bahagia. Ditengah penatapan mata Clara yang sungguh berbinar-binar seakan ada bintang didalam matanya, ingin menanyakan sesuatu yang ada didalam kamar kakanya Iqbal. Namun, apalah dayanya hanya suara sunyi malam yang semakin keras terdengar di telinga Clara. Tidak ada respon sedikitpun darinya, hingga membuat ia bingung. Lalu, apa yang terjadi? Ternyata.
"Hm... katanya anak jantan belum biasa tidur jam segini, ternyata sudah ngorok kawan. Yasudah deh nanti saja nanyanya, aku juga tidurlah"
Tidak lama ia tidur, bundanya kaget melihat mereka tertepar diatas ayunan dengan nyenyak dan beliau pun tidak tega melihatnya, langsung membangunkan mereka berdua untuk pindah kekamar. Setelah Iqbal yang dibangunkan duluan oleh bundanya, menyuruh ia untuk membangunkan Clara yang sudah nyenyak sekali tidurnya. Dia pun terkejut melihat Clara yang sudah tertidur lelap di sandaran ayunan, ia merasa bersalah jadinya pada Clara karena masih belum peduli dengan orang yang benar-benar ia cintai masih mementingkan diri sendiri.
"Waduh. Gimana nih bun?"
"Yasudah kamu bawa dia ke kamar" saran dari bundanya.
"Boleh bun?" dengan wajah polosnya tapi ada rasa senang.
"Iya tidak mungkin bunda yang mengangkatnya"
Pas dia mau membawanya kedalam kamar, ia sangat senang sekali karena moment yang seperti ini lah membuat dirinya sulit untuk melupakan saat bersama orang yang benar-benar ingin menjadi bagian dalam hidupnya. Dia berharap semoga malam ini, untuk esok hari dia bisa berubah pikiran untuk menerima cinta darinya yang sekian lama ia tembak. Setelah itu, dia tidak pernah lupa mengucap salam ke bundanya sebelum tidur. Sepanjang malam tidurnya selalu dihiasi dengan bunga mimpi yang indah dengan seorang princess yaitu Clara. Dalam mimpinya ia sangat senang karena ia berhasil memikat hatinya princess Clara sang idaman hati yang ia tunggu-tunggu selama ini di kenyataan. Meskipun hanya dalam mimpi saja, ia tetap merasa bahagia kalau bertemu dan dekat dengan dia dalam kenyataan. Saking indahnya hingga ia terlarut dalam mimpinya sampai jam 8 pagi, bunda dan Clara pun tertawa kekeh melihat bibir unyunya menyebut nama Clara.
"Clara, bangunkan dia sepertinya dia menginginkan kamu yang membangunkannya" canda bundanya.
"Woi, bangun. Siang sudah hari" menarik selimutnya.
Pas ia membangunkannya, tiba-tiba ia langsung reflek memeluknya dan sambil berkata.
"aku janji akan selalu jaga cinta kita sampai kapan pun" masih dengan mata terpejam.
"Woi, kamu mimpi ya?" berteriak ditelinganya.
Dia langsung tersentak bangun dan malu sendiri dengan bundanya dan juga dengan Clara sendiri.
"Kamu ya, kebiasaan dari dulu kalau mimpi selalu kayak gini" sambil mengelus kepalanya.
Dia hanya tertawa kekeh saja mendengar perkataan ibundanya barusan, sedangkan si Clara diam terpaku saat mendengar perkataan ibundanya tadi ia baru menyadari kalau Iqbal sudah sering mimpi kayak gini. Bearti si Iqbal tentu saja ia banyak yang menyukainya tapi ia soal cewek milih-milih, dan bahkan si Clara menyadari selama ia partner bersama dengan Iqbal dia selalu menggombalin si Clara dan bahkan baru pertama kali perempuan yang pernah dekat dengannya ditembaki tidak pernah menghiraukan itu dan selalu mengalihkan pembicaraan kalau Iqbal melontarkan kata-kata romantis biar si Clara bisa jadi pacarnya. Clara orangnya memang konsisten ia tidak akan mau berpacaran, jika pabila dia memang ditakdirkan dengannya pasti ada waktu yang paling tepat untuk mereka hidup bahagia selamanya. Ditengah kediamannya Clara barusan, tiba-tiba ayahnya Iqbal baru pulang kerja dari 2 hari yang lalu. Karena tugas ayahnya Iqbal sering keluar kota jadi beliau jarang di rumah, sama hal seperti kakaknya Iqbal. Bel rumah berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow In My Love (Completed)
Non-FictionCewek gengsi, pintar, murid kesayangan guru-guru dan cantiknya bak princess tapi sayang masih single karena hatinya sulit ditaklukkan oleh pria-pria di sekolahnya namun ada satu pria yang bisa menaklukkan tetapi beda sekolah dan satu pria itu pun be...