Part 25

12 6 0
                                    

M ulai pagi ini sampai hari sabtu, mereka sedang menghadapi ujian kelulusan. Dan mereka saling mengerti satu sama lain, kalau masing-masing sudah mulai sibuk mementingkan dirinya sendiri demi cita-cita mereka kedepannya. Urusan cinta di urutan kedua bagi mereka, masa depan yang diutamakan terlebih dahulu. Mereka percaya dan yakin kalau cinta sejati dan jodoh pasti bertemu.
Seusai ujian di hari pertama, mereka pergi ke rumah sakit sambil menjenguk Jennie disana dan sekalian membawa soal ujian untuknya. Ditengah perjalanan menuju ke sana, perasaan Clara sudah mulai kacau dan tidak merasa tenang. Padahal yang akan ujian di rumah sakit itu Jennie, tapi dia yang merasa tidak tenang.

"Ra..? Lo ngapa? Sakit?" Tanya Iqbal
"gak tau nih, perasaan gue ada yang aneh aja gitu dengan keadaan Jennie sekarang.." menggaruk leher belakang padahal tidak gatal
"udahlah... kita doakan semoga baik-baik aja padanya."

Sampai di parkiran rumah sakit, mereka turun dari mobil dan tiba-tiba mereka melihat ambulance yang seperti siap untuk membawa pasien kedalam ambulance tersebut. Perasaan Clara semakin kacau dan cemas, sedangkan Iqbal tetap menenangkan dirinya. Mereka cepat-cepat naik lift menuju ke lantai 3, ruangan no 305. Pas sudah didepan pintu kamar rawatnya, orang-orang pada ramai melihatnya dan sepertinya tangisan air mata lebih sulit dibendungin daripada kemarin. Perasaannya semakin kacau, Clara langsung membuka pintu tersebut.

"Assalamua'laikum..."

Mamanya yang sudah ada di sini, langsung memeluk Clara biar tidak shok setelah melihat kepergian sahabatnya.

"apa yang terjadi dengan Jennie, ma....."
"karena Allah lebih sayang dengannya, jadi dia harus meninggalkan kita disini..." terbata-bata mamanya bicara sambil menahan tangisnya.

Clara langsung memeluk Jennie untuk terakhir kalinya, dia tidak menyangka bisa terjadi seperti ini padanya dan ia serasa tidak sanggup untuk tinggal di Sydney nanti tanpanya.

"udah sayang, tante tahu kamu sayang banget dengan Jennie tapi kamu harus kuat kepergian orang yang kamu sayang. Tante juga tidak tahan tapi tante percaya karena Allah lebih sayang padanya, jadi dia mau meninggalkan kita disini yang hanya menyisakan air mata."

Dia sungguh tak menahan air matanya lagi dan sangat menyesali kenapa waktu itu ia tidak menerima permohonan maaf padanya dan ia lebih mendengar ucapan dari orang lain. Seandainya ia dengar ucapannya, dia akan menjaga sahabatnya itu tapi apalah yang harus dibuat lagi. Nasi sudah jadi bubur, semoga dia bahagia disana Aaamiin... Sampai di rumah terakhirnya, air matanya tak kunjung berhenti selalu membasahi pipinya yang chubby itu. Tangan Iqbal yang halus itu, berkali-kali mengusap air matanya yang jatuh dipipinya.

"udah sayang, ayo kita pulang....." ajakan mamanya Clara.

Untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan, ia mengikuti ajakan dari mamanya. Tiba didalam mobil, matanya kosong menatap kearah sana terus.

"sudah ra... kita harus ikhlaskan, dia udah bahagia disana." Iqbal menenangkannya.

Sampai didepan rumahnya pun, wajahnya masih lemas karena ia sungguh tidak menyangka sahabatnya pergi duluan untuk selama-lamanya. Kemudian, ia duduk diteras kecil kamarnya sambil menatap foto-foto saat bersama Jennie dan Toni pada bingkai Winnie the pooh. Sampai jarum jam menunjukkan angka 9 malam, ia masih memenungkan hal itu bibinya sudah berusaha membujuk dan menenangkan untuk ajak makan ia tetap tidak menghiraukan itu.

"gimana bi, mau dia makan?" Tanya mamanya dari pintu kamarnya
Asistennya hanya menggeleng-geleng pelan saja.
"coba ibuk yang menyuruh Clara makan, siapa tau ia merasa tenang dan nyaman saat kehilangan sahabatnya sendiri." Ujar asisten rumah tangga
Mamanya pun mencoba menenangkan putrinya itu.
"sayang.... Makan yok, besok kamu masih ujian loh. Tapi kamu mau kuliah di Sydney.... Kalau kamu mau kuliah disana, makan dulu bawa sholat dan tenangkan pikiran kamu...."

Rainbow In My Love (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang