CASANOVA-03 (KARMA)

3.2K 170 7
                                    

Gabriel membuka matanya dan menatap sekitar ruang kamarnya yang gelap , dirinya mencoba memfokuskan netra matanya disepenjuru arah yang temaram.

Hawa dingin berhembus dari jendela yang terbuka, hanya sinar bulan yang menerangi ruang yang gelap.

Suasana semakin mencekam dengan
hembusan angin yang sedikit kencang yang membuat pepohonan bergerak.

Ingatanya kembali mengingat kejadian yang mengerikan tentang perempuan itu.

Gabriel percaya bahwa itu hanya mimpi buruk semata namun entah kenapa terasa nyata, bahkan ia tidak bisa melupakan setiap detik alur mimpi itu.

Seakan akan mimpi itu terus berputar seperti kaset yang rusak diingatannya, wajah serta tatapan amarah perempuan itu membuatnya merinding.

Dirinya mencoba menghalau ingatannya dari penyiksaan hingga berakhir eksekusi yang tragis , namun bagaikan tinta yang permanen yang tidak bisa dihapus, dirinya terus mengigat perempuan itu.

"Hahhh sialan... lupakanlah gabriel ,itu hanya mimpi".

Gabriel menggeram marah sambil menghantam kepalanya didinding berusaha untuk membuatnya lupa ingatan akan perempuan itu.

Helaan nafas keluar dari mulutnya, gabriel tanpa ambil pusing lebih memilih merebahkan dirinya dikasur, kepalanya mengadah keatas menatap langit-langit kamar sedangkan pikirannya masih terjebak akan mimpinya.

Selang beberapa menit, dirinya memutuskan untuk memenjamkan matanya untuk tidur.










Tes... tes..

Gabriel mengerut keningnya, ketika merasakan dahinya yang basah karena tetesan air, dirinya merasa bingung ketika menyadari bahwa atap kamarnya tidak ada satupun lubang dipermukaanya.


Tes.. tes..





Air yang bocor mulai menetes dengan cepat dengan rasa penasaran gabriel menyentuh dahinya yang terkena tetesan air.


Hal yang tidak bisa ia bayangkan membuatnya terkejut.

Bukan setetes air yang ia dapatkan melainkan cairan merah pekat darah yang membasahi dahinya.


Seluruh tubuhnya bergetar ketika mendapati darah yang ada ditelapak tangannya tidaklah sedikit, dengan rasa panik dan was was gabriel memberanikan dirinya untuk melihat langit -langit kamarnya.

Seluruh tubuhnya bergetar ketika mendapati darah yang ada ditelapak tangannya tidaklah sedikit, dengan rasa panik dan was was gabriel memberanikan dirinya untuk melihat langit -langit kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Pandangannya terpaku kepada seonggok kepala yang tergantung di langit langit kamarnya, darah segar terus menetes dari luka lehernya.

Kepala itu mengantung dengan akar- akar rambut yang merambat di permukaan langit.

Brakk!

Punishment For The Casanova (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang