CASANOVA - 12 (FOR YOUR LIFE)

1.2K 157 15
                                    

Hujan mulai turun perlahan saat gabriel melihat sosok jacob menjauh dari gudang.

Dia menahan napas bersembunyi di balik tumpukan rumput jerami , berharap jacob tidak menyadari tempat persembunyiannya.

Beberapa detik yang terasa seperti seumur hidup berlalu dan akhirnya, jacob benar-benar hilang dari pandangan.

Gabriel menarik napas panjang, tubuhnya bergetar antara rasa sakit dan ketakutan yang belum sepenuhnya hilang.

Namun saat ini, ada satu hal yang lebih mendesak daripada rasa takut kesempatan untuk melarikan diri.

Dengan sisa tenaga yang tersisa, gabriel merangkak keluar dari gudang.

Tubuhnya lemah, dan setiap gerakan terasa menyakitkan.

Perutnya terasa semakin berat, rasa sakit yang tajam menjalar setiap kali dia mencoba bergerak.

Tapi dia tidak punya pilihan, jika dia tetap di sini jacob akan segera kembali, dan itu berarti akhir dari semuanya.

Hujan mulai turun dengan deras ketika gabriel berhasil menjauh dari gudang.

Udara dingin menghantam tubuhnya tetapi dia terus berlari, ia berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya ketika berjalan di jalanan yang berlumpur karena hujan deras yang membasahi bumi.

Gabriel tidak tahu ke mana ia harus pergi, dia hanya tahu bahwa dia harus segera pergi sejauh mungkin dari jacob.

Rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi, lebih tajam daripada sebelumnya.

Setiap langkah terasa seperti pedang yang menusuk, tetapi gabriel tetap memaksa dirinya terus berlari.

Dia tidak bisa berhenti, tidak sekarang.

Tapi kemudian, tubuhnya mulai bergetar  ketika merasakan sakit yang tiada kira.

Saat hujan semakin deras, gabriel merasakan kontraksi kuat yang tak tertahankan.

Tubuhnya tiba-tiba menegang, dan dia jatuh berlutut di atas tanah yang basah.

Napas gabriel tersengal-sengal, dan rasa sakit di perutnya berubah menjadi sesuatu yang lebih mendalam rasanya seperti separuh nyawanya tengah dicabut.

Dia tahu apa yang akan terjadi, meskipun dia berusaha mengingkarinya.

"Ini tidak mungkin... belum waktunya".

Gabriel bergumam, suaranya terputus-putus di antara rasa sakit.

Tiba - tiba saja air ketubannya pecah bersamaan dengan darah yang mengalir di tanah, dan gabriel menyadari bahwa dia tidak punya pilihan lagi selain melahirkan bayi ini.

Gabriel bersandar dibawah pohon dan meremas segengam rumput basah digengamnya, tubuhnya menggigil di bawah guyuran hujan, sementara kontraksi berikutnya datang dengan kekuatan yang membuatnya hampir berteriak.

"Arghhhhhh sakit!!".

Erang gabriel dengan putus asa bahkan air hujan membuatnya tersedak ketika ia tidak bisa menahan rasa sakitnya

Setiap otot dalam tubuhnya terasa seakan akan robek.

Nafasnya tersendat, napas terengah-engah di tengah rasa sakit yang tak bisa dilukiskan.

Hujan membasahi wajahnya, bercampur dengan air mata yang tidak lagi bisa dia tahan.

Dia mencoba menahan rasa sakitnya, mencoba untuk tetap tenang, tapi rasa sakit itu terlalu kuat.

Gabriel menggigit bibirnya hingga berdarah, tangannya mencengkeram tanah basah dengan kekuatan yang tersisa.

Di tengah badai hujan, gemuruh petir terdengar, seakan alam sendiri ikut menyaksikan penderitaannya.

Tubuhnya seakan berperang melawan dirinya sendiri.

Setiap tarikan napas semakin berat dan dia merasa lelah, dan ia ingin menyerah namun bayinya memaksa untuk keluar dari tubuhnya.

Gabriel tahu dia harus bertahan demi dirinya, demi anaknya.

Dia mulai mendorong meskipun setiap dorongan terasa seperti penderitaan yang tak berujung.

Hujan terus mengguyur tubuhnya, membasahi wajah dan tangannya yang gemetar.

Tidak ada tempat untuk bersembunyi, tidak ada tempat untuk berlindung.

Hanya ada kegelapan dan hujan deras, serta rasa sakit yang seakan melahap seluruh tubuhnya.

"Arghhg ayo keluar... kau menyakitiku sialan mghhhhh, ini sangat menyakitkan".

Gabriel merintih.Dia merasa seakan-akan dunia di sekitarnya menghilang, hanya ada detak jantungnya yang semakin cepat, dan dorongan kuat yang tidak bisa dia hentikan.

Gabriel terus menerus mengenjan dengan kuat tak peduli jika itu merobek luka dilubang vaginanya, ia harus melahirkanya.
.
.
.

Hingga satu jam kemudian di antara deru hujan dan guntur yang menggelegar.

"Oek oek!!".

Gabriel mendengar suara pertama yang paling ia takuti yaitu tangisan bayi.

Bayinya akhirnya lahir, tangisan itu terdengar samar, bercampur dengan suara hujan yang deras, namun bagi gabriel itu adalah suara kehidupan dari bayi yang selama ini ia kandung.

Dengan tangan gemetar, gabriel meraih bayi kecil itu, tubuhnya dipenuhi darah dan air.

Bayi itu terus menangis dengan keras sedangkan gabriel hanya terdiam mengamati, bayinya berjenis kelamin laki - laki kulitnya berwarna coklat perpaduan dari warna jacob dengan gabriel.

Gabriel terdiam beberapa saat , saat melihat bayinya dia sangat imut dan kecil hingga netra sebiru safir gabriel bersitatap dengan netra sang bayi yang sama dengannya.

Air mata kini tidak bisa gabriel tahan ia menangis sejadi- jadinya, ketika melihat bayinya sampai ia tak tahu harus memberi apa nama untuk bayinya.

Tubuh gabriel mengungkungi tubuh sang bayi, menghalaunya dari air hujan yang dingin.

Tatapan gabriel memandang bayinya dengan penuh kasih sayang.

Ia mendekatkan wajahnya dan mengusak dengan lembut wajah sang bayi dengan ujung hidungnya, hingga membuat sang bayi terusik.

Gabriel terus menangis hingga setetes demi setetes air mata jatuh membasahi wajah putranya.

Tidak bisa..

Ia tidak bisa mempertahankannya lagi.

Tidak seharusnya ia terlahir didunia ini.

Tidak!!.

Ia tak ingin putranya menderita.

"Maafkan aku". Bisik lembut gabriel kepada putranya, sedangkan satu tangannya mengengam sebongkah batu.


TBC.

Punishment For The Casanova (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang