12. The Love Of Our Life

2.1K 157 13
                                    

cw// mention car accident



































"Astaga Minji!" Hanni memekik ketika ia membuka pintu kamar sang anak, yang ia lihat malah istri jangkungnya tengah tertidur pulas di atas kasur kecil. Gadis kecil yang berusia genap 3 tahun yang berada di pojok kamar nampak asyik menulis sesuatu di tembok. Crayon, kuas beserta cat milik Minji tersebar ke seluruh lantai. Belum lagi beberapa coretan spidol di lantai membuat semuanya lengkap. Hanni menggelengkan kepalanya perlahan; pening dengan kekacauan di kamar sang anak.

Mendengar suara tersebut membuat Minji langsung terbangun, juga dengan anak perempuan mereka yang terkejut. Entah suara Hanni yang terlalu besar atau memang rasa terkejut balita tersebut membuat bokongnya langsung menyentuh lantai, dia menangis setelah terjatuh. Yang sontak membuat Hanni mendekati anak perempuannya.

"Cup cup, maapin mommy ya sayang." Ucap Hanni sambil menepuk-nepuk punggung balita tersebut.

"Maaf sayang, aku kira Hyein bobo juga." Minji dengan perasaan bersalah menghampiri keduanya. "So tired—"

"Kamu baru aku suruh jagain Hyein bentar lho, ga ada 10 menit aku tinggal Ji. Ya ampun." Hanni menatap Minji tak percaya. "Kalo semisal ga mau jagain Hyein, ya bilang dari awal. Biar aku bawa dia ke kamar mandi tadi." Entahlah, ucapan Hanni yang ini membuat Minji sakit hati— dikit. Dirinya yang baru saja pulang kerja, disambut dengan omelan Hanni di ruang tamu karena dirinya membawakan Hyein es krim. Minji tak bermaksud membuat Hanni marah, namun ia tak mengetahui bahwa Hyein sudah memakai jatah makan es krim lebih dari biasanya minggu ini.

Hanni membawa Hyein digendongannya lalu melangkah menuju kasur balita tersebut setelah mengambil botol berisi susu formula.

"Duluan aja, aku mau boboin Hyein." Ujar Hanni jutek, tangannya menahan botol di depan mulut Hyein; mata yang agak belo tersebut perlahan menutup seiring dengan tepukan di pantat kecilnya.

Yah, akhirnya setelah 1 tahun terlewati Minji dan Hanni memutuskan untuk mengadopsi Hyein.

Hanni bisa dibilang jatuh cinta pada pandangan pertama pada anak perempuan yang kala itu tengah bermain bersama suster di salah satu ruangan anak di rumah sakit. Minji dan Hanni awalnya ingin bertanya mengenai proses bayi tabung— baru rencana.

Namun, baru saja mereka menginjakkan kaki di lobby, pandangan Hanni langsung tertuju pada ruang bayi, disitulah ia melihat Hyein yang sedang tertawa sambil bertepuk tangan; memainkan mainannya dengan ditemani suster.

Long story short, Hanni mengetahui bahwa kedua orang tua Hyein mengalami kecelakaan beruntun yang menyebabkan keduanya tewas di tempat.

Hatinya mencelos namun lega(?) disaat yang bersamaan, di satu sisi ia sedih karena di usia yang begitu dini yakni 2 tahun, Hyein harus ditinggal oleh orang terkasih, terpenting dalam hidupnya, tapi di sisi lain ia senang karena ada harapan untuk mengadopsi Hyein sebagai anaknya. Hanni sudah mencoba menyuruh pihak rumah sakit menghubungi kerabat keluarga korban yang sekiranya bisa merawat gadis kecil tersebut. Namun nihil, mereka malah menyarankan bahwa Hyein sebaiknya tinggal di panti asuhan. Karena ada alasan satu dan lain hal yang membuat mereka tak sanggup membawa Hyein pulang, yang salah satunya ialah faktor biaya.

Kedua orang tua Hyein hanya meninggalkan rumah petak berukuran 4×6 meter dengan baju milik mereka yang lusuh dan sertifikat rumah di dalamnya. 3 bulan berlalu, Hanni dan Minji mengurus surat dan printilannya untuk mengambil hak asuh Hyein sepenuhnya hingga akhirnya Minji, Hanni dan Hyein tinggal bersama.

Hanni menyadari sedari awal dirinya bolak-balik ke rumah sakit demi Hyein, Minji sedikit tak setuju dan mengatakan lebih baik mereka melanjutkan proses bayi tabung. Namun Hanni menolak, ia merasa lebih baik mengadopsi Hyein yang memang sudah pasti. Proses bayi tabung membutuhkan waktu yang lama, belum lagi keluarnya biaya yang cukup besar.

[M] Delicate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang