Ternyata perusahaan masih membutuhkan kinerja beberapa pimpinan department dan aku salah satunya. Sudah kuduga akan ada kekeliruan antara cabang baru dengan yang inti dan itu lumayan fatal, membuat CEO sendiri turun tangan membantu.
"Biasanya kalo gini bau-bau ada yg dipecat." Perkataan J membuat orang sekitar yang mendengarnya menyahut,
amit-amit, jangan sampe deh
cocot lu Jaenap diem
jelema gelo (trans: orang gila)
"Plot twist, elu yang dipecat." Sahut Bae.
"Anjing, jangan dong. Nanti ayang-ayang aku bakal ditemenin siapa kalo sebat di rooftop." Balas J sambil menatap aku dan Bae. Tapi akhirnya kita mengangguk setuju, J selama ini selalu menjadi teman dikala perasaan sedih mengganggu kita maupun sebaliknya.
"Iya ya, lu kan selama ini jadi temen dikala 3S,"
"apatuh," sahutku,
"susah, seneng, sange." Ucapan Bae langsung dihadiahi nemploknya gorengan yang setengah digigit oleh J tepat di keningnya.
Suasana kantin yang tadinya riuh menjadi hening, bukan karena adanya gorengan terbang tapi karena datangnya seorang karyawan asing yang tiba-tiba duduk tepat disebelahku.
"Halo, boleh kenalan?" Sapanya dengan tangan kanannya yang menyodor ke arahku. Aku menatapnya aneh.. cantik sih, tapi aneh banget tiba-tiba. Mana bikin semua yang liat langsung bisik-bisik tetangga.
***
Sepulang kerja, aku langsung pergi ke kafe yang sudah kami sepakati, letaknya tidak jauh dari gedung Kang Company.
Saat sudah sampai di teras kafe, aku menelepon Hanni sekedar untuk memberi tahu bahwa aku akan sedikit telat.
"Sayang, aku pulang telat dikit kayaknya."
Loh, ada masalah lagi?
"Bukan, aku mau ngobrol dulu sama temen. Sebentaaaar aja." Bujukku.
Siapa? Bae?
"Bukan, ada karyawan baru. Dia minta—"
Suara wanita tersebut menyapa pendengaranku,
"Ji, bisa langsung aja ga? Gerah nih." Ujarnya yang kutanggapi dengan iya sebentar, masuk aja duluan.
Aku mengalihkan atensiku pada layar kotak yang masih terhubung dengan Hanni.
"Sayang, kayaknya aku duluan deh. Aku matiin ya, love youu."
Klik
Aku buru-buru beranjak masuk ke dalam kafe, menemui wanita tadi; sedang duduk di pojok kafe, ia dapat spot yang bagus.
***
Seperti biasa, saat aku sudah memarkirkan si Bibin, aku langsung berlari santai ke pintu utama.
Kenop pintu terkunci dari dalam, dengan tangan yang penuh barang bawaan yakni, kresek hitam yang berisikan martabak spesial untuk istri tercinta, aku merogoh kunci motor yang di sana terdapat kunci rumah juga.
Cklik cklik
Ku putar dua kali, kunci pun terbuka; langsung menekan kenop ke bawah. Aku menyapa seperti biasa saat sudah berada di dalam rumah, tapi tidak ada sahutan dari Hanni.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Delicate
AcakKeseharian Minji dan Hanni sesudah mereka dinyatakan sah sebagai pasangan istri dan istri. Warn : fiksi cui. wlw. mature content, pls be wise. written language; indo, broken english. alurnya ga berat, biar realita aja yg berat.