16. Girl I Met

1.1K 101 17
                                    

Suasana di satu kelas nampak berisik karena kosongnya jam belajar. Hyein menumpu kepalanya di atas meja dengan lengan yang ia lipat.

Kedua kupingnya ia sumbat menggunakan earphone; mendengar podcast horor kesukaannya. Daripada mendengar suara ribut teman sekelasnya, Hyein lebih baik menyimak cerita dan melanjutkan episode kemarin yang tak sempat ia dengarkan.

Saat suara di podcast-nya hening sejenak, ia bisa mendengar suara teman-temannya yang ribut karena ada guru yang masuk.

Hyein perlahan mendongak; melihat situasi yang tengah terjadi. Benar saja, wali kelas mereka masuk.

Namun ada yang berbeda, gadis dengan surai ash brown yang berjalan beriringan dengan wali kelas mereka membuat beberapa murid berbisik.

Oke, atensi Hyein kini sepenuhnya berpusat pada gadis di depan. Earphone yang masih terdengar samar suara orang yang tengah berbincang itu Hyein lepas. Tubuh tingginya terduduk tegap begitu mendengar gadis manis tepat di depan mejanya mengenalkan diri.

Suara lembut dan intonasi kaku terkesan polos itu menyapu gendang telinga Hyein.

"Halo semuanya, aku Rei. Pindahan dari sekolah Yudaeng 7. Salam kenal yaa."

"Rei, boleh langsung minta ig ga?"

"Halo, Rei. Panggil aku sayang gapapa kok."

Hyein mendecih begitu mendengar perkataan tak bermutu yang terlontar dari para laki-laki di kelasnya.

"Anak-anak, ini murid baru pindahan dari Jepang. Walau begitu, Rei mengerti bahasa kita. Be nice ya." Setelah mengatakan hal tersebut, wanita dengan surai ponytail mempersilakan Rei duduk di tempat yang ia mau.

Sedari tadi, netra Hyein tak melepas pergerakan Rei bak magnet yang enggan terlepas.

Gadis dengan surai ash brown itu sadar akan tatapan dari Hyein. Ia mendekati meja milik Hyein. Walaupun Hyein duduk paling depan, ia tak memiliki teman satu meja.

Entah karena ia yang terlalu ambisius atau karena hobinya yang sering menyendiri dengan tumpukkan buku. Orang mencap Hyein membosankan namun Hyein sama sekali tak peduli dengan itu.

"Hai." Sodoran tangan kanan menyadarkan Hyein dari lamunannya. Ia meraih tangan yang terasa lembut itu hangat.

"Hai(?)" Hyein dengan kikuk menyapa.

"Nama.. kamu..?"

"A-aku Hyein."

Rei tersenyum sambil mengangguk. Ia melepas duluan genggaman mereka, lalu menyimpan tas miliknya di bawah meja.

-

"Terus kalo diinget tuh kocak banget, awal-awal kamu kenalin diri ke aku tuh gini, a-a-aku H-Hyein," Rei tertawa puas mengejek sang teman.

"Udah ah~ aku kan kaget dan takjub waktu denger kamu dari Jepang." Sanggahnya.

Gadis bersurai ash brown itu menyendok salad buahnya lagi, lalu menyodorkannya tepat di depan mulut Hyein.

"Aku sempet ngira kalau kamu orang yang creepy."

Rei kembali menyendok buah di sana, lalu memakannya.

"Kok gitu?"

Rei mendorong sedikit ke depan mangkuk berisi salad buah tersebut lalu menatap Hyein.

"Kamu natap aku lama banget. Takut." Imbuhnya berpura-pura serius.

Hyein mengerjapkan matanya cepat.

"Kan aku udah—"

"Iya iya, kamu takjub aku dari Jepang?" Potong Rei yang diakhiri dengan tawa khasnya yang halus. Terdengar seperti lantunan lagu mellow di telinga sang gadis yang tengah menjadi budak cinta itu.

Gadis di depan Rei mengangguk agresif. Padahal bukan itu yang membuatnya menatap gadis keturunan Jepang itu lama. Ia hanya senang menatap perempuan cantik. Intinya Rei sangat menarik di matanya. Baik dulu ketika mereka pertama kali berkenalan, maupun sekarang yang kini tengah menjalani masa pendekatan— bagi Hyein.

Kembali ke masa sekarang, gadis tinggi semampai itu kini menelusupkan kepalanya yang sedikit merona ke atas meja.

Anggukkannya tadi seperti orang yang tengah kerasukan reog.

"Ihh, kenapa~" Rei sedikit merengek karena melihat Hyein yang nampak malu-malu sekarang.

Tangan halus Rei mendarat di pundak Hyein; mengguncangnya pelan untuk sekadar mendengar alasan lain yang mungkin keluar dari bibir sang teman.

"Kenapa Hyein?"

"G-gak.. Aku, malu.." Cicit Hyein. Guncangan di pundaknya berhenti.

Gadis berwajah mungil tersebut menyisipkan poninya lalu ikut merebahkan kepalanya di atas meja, wajahnya begitu dekat dengan Hyein. Ada kemungkinan hidung mereka bersentuhan jika Hyein memalingkan wajahnya ke arah Rei.

Hyein mendengar helaan napas sang gadis Jepang. Ia tahu saat ini Rei tengah menatapnya dari dekat, maka dari itu ia menolak mengalihkan wajahnya ke arah sang pujaan hati.

"Aku.. jadi keinget tentang orang tuaku pas awal aku ke sini." Nada bicara Rei kini meredup bersamaan dengan wajahnya. Entahlah, ia merasa topik tentang kedua orang tuanya menjadi topik yang paling dihindari, namun sekarang ia sendiri yang coba untuk mengungkit.

Hyein mendongak; menatap gadis cantik di hadapannya.

"Keinget gimana?" Hyein mencoba untuk tak terlalu kentara penasaran dengan kisah kedua orang tua Rei.

Rei balik menatap Hyein, lalu si gadis keturunan Jepang tersebut mengedikkan bahunya, "gak tau, lupain aja." Mood-nya berubah secepat itu.

"Yah, gimana sih? Tadi mellow, sekarang bilangnya gatau."

"Keburu males ceritainnya." Imbuhnya sambil menyenderkan kepalanya di bahu Hyein. Yang Hyein bisa dengar kini hembusan napas kasar yang berasal dari gadis pendek di sampingnya.

"Kenapa sih? Cerita dong, aku mau denger tentang keluarga kamu."

Hyein merasakan kepala Rei di pundaknya menggeleng; menolak halus pertanyaan darinya.

Tadi mancing-mancing cerita duluan, sekarang udah dikasih peluang malah berhenti.

Hyein mengerucutkan bibirnya.

"Mama sama mami kamu gimana?"

"Ya gitu, makin mesra. Suka nanyain kamu juga, katanya kapan main ke sana lagi."

"Ya ampun, baru lusa kemaren aku ke sana."

Gadis berambut ash brown tersebut memicingkan matanya, "ini tuh kode supaya aku main ke rumah kamu lagi kan?"

"E-engga—"

"Yayaya, pulang sekolah aku mampir deh." Ujarnya. Convo mereka berakhir ketika suara bel pergantian mata pelajaran berbunyi. Yah, jam kosong tersebut cukup membuat keduanya terhibur karena sesi percakapan absurd dan random mereka.










































tbc..

ihh rei lucu bgitss sm hyeinn :((
buat mereka mending dibikin story yg terpisah apa disini aja yaa?? maw sarannya blehh?

[M] Delicate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang