Tidak ada akibat tanpa sebab, hukum kausalitas bersifat universal dan mengikat secara terstruktur. Perkataan adalah doa, sedangkan tindakan merupakan usaha untuk mewujudkan hal tersebut. Sebuah langkah menuju harapan yang didambakan.
Koreksi Individu. Kesempurnaan makhluk hanyalah ilusi, sebab kecacatan merupakan komponen untuk menjadi lebih baik.
Kunci dari Survivability bukanlah kekuatan ataupun kecerdasan, namun tingkat adaptasi untuk menerima perubahan dan mengikutinya. Kemauan untuk berubah.
Keabadian adalah puncak dari kehancuran masyarakat, kondisi di mana orang-orang tidak mampu mengorbankan tatanan hierarki lama untuk perubahan yang lebih baik.
Hal tersebut dapat mendatangkan situasi stagnan berkepanjangan, berujung regresif dan keruntuhan tatanan masyarakat.
Kausalitas, kesempurnaan, dan keabadian. Trinitas untuk mempertahankan keberlangsungan eksistensi manusia sebagai makhluk hidup, kunci penataan ekosistem untuk penyempurnaan Aeons (Bentuk Kehidupan) dan Daath (Bentuk Pengetahuan).
Puncak dari segala kejanggalan semesta, Singularitas Tunggal— Altair Solus.
Sesuatu yang selalu mereka dambakan hanyalah sebuah ilusi. Keabadian merupakan kunci menuju kehancuran, kesempurnaan merupakan titik stagnan menuju kemunduran, dan kausalitas adalah hukum yang mengikat mereka dalam ketetapan mutlak.
Namun, konsep tersebut hanya berlaku untuk mahkluk hidup. Bersifat mengikat dalam ruang lingkup yang terbatas, dipatenkan oleh Aeons dan Daath yang mereka miliki.
Pada momen ketika umat manusia menyaksikan perwujudan ilahi, mereka semua jatuh dalam keputusasaan. Terpana dan menyerah, berserah diri dan tunduk pada kenyataan.
Fakta bahwa mereka hanyalah makhluk kecil di jagat raya ini, tidak lebih mulia dari semut yang merayap di atas tanah dan pepohonan. Rapuh dan sangat lemah, namun berdaya kuat dan memiliki keyakinan yang kukuh
Sayangnya, umat manusia bukanlah kawanan semut yang tak kenal takut. Mereka tidak mampu mempertaruhkan nyawa untuk sang Ratu, mereka tidak ingin bekerja tanpa mendapatkan bayaran yang setara.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki banyak kekurangan. Saat mereka dibiarkan tinggal pada ekosistem yang makmur, kecacatan tersebut akan tumbuh subur dan merusak masyarakat dari dalam. Dengan cepat mengubah utopia menjadi distopia.
Karena itulah, ketika waktunya tiba mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya terpana melihat kematian mereka mendekat, langsung jatuh dalam keputusasaan dan menyerah.
Saling menyalahkan dan kabur, memilih untuk mewariskan pengetahuan mereka dan menunggu kesempatan selanjutnya. Mengakhiri Fase Pertama dengan kekalahan telak.
.
.
.
.
Tepat pada akhir abad 21 Masehi, umat manusia meninggalkan Bumi dan memulai Era Antariksa. Berkelana mengarungi angkasa, menjelajah sampai jutaan tahun cahaya jauhnya.
Kluster Kapal Induk Antariksa, Bahtera—
Dengan menggunakan belasan kapal ruang angkasa bertenaga reaktor nuklir, umat manusia membuka lembar peradaban baru mereka. Mencari suaka di sudut alam semesta.
Tidak jelas mengapa umat manusia meninggalkan bumi, arsip yang membahas hal tersebut telah dihancurkan oleh para pendahulu. Selain masyarakat generasi pertama, tidak ada satu pun yang tahu tentang alasan mereka memulai Era Antariksa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Sakral
FantasySejarah yang terlupakan, peradaban baru umat manusia, dan warisan keangkuhan. Perdamaian tanpa tujuan hanya akan mendatangkan dekadensi masyarakat, menggiring mereka menuju akhir berikutnya. Siklus kehancuran dan penciptaan dunia. Mereka menyembunyi...