Kamar rental tersebut mirip seperti tempat karaoke. Tertutup, memiliki luas tiga kali empat meter, tempat duduk berupa sofa memanjang, peredam suara, camilan kering, dan lampu warna-warni yang redup. Sedikit lembap, dipenuhi oleh aroma bakau dari pewangi ruangan.
"Irwin Walton, ya?" Korwa membuka pembicaraan dengan cemas. Ia duduk sembari mengangkat kaki kirinya ke atas meja, memeriksa berkas cetak yang diberikan oleh Shamar dan Irina. "Tinggal di pusat Distrik Walton, Prefektur Rhea. Setelah kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, seluruh manajemen wilayah didelegasikan kepada beberapa kerabat dekat," tambahnya seraya melempar berkas ke atas meja.
"Mencurigakan sekali, bukan? Jujur saja, saya juga sempat meragukan data tersebut! Kedengarannya seperti anak itu hanya dimanipulasi oleh para kerabatnya!" Irina menghela napas panjang. Sembari duduk bersama Shamar di seberang meja, ia menghela napas dengan resah dan lanjut berkata, "Mengesampingkan adik perempuannya yang sangat berbakat, murid bernama Irwin itu normal. Bahkan—!"
"Dia benar-benar ampas Keluarga Walton," sambung Korwa. Ia sejenak menutup kelopak mata, kemudian mencerna informasi yang baru saja dirinya dapatkan. Memaksimalkan kemampuan kognitif, meningkatkan akurasi kalkulasi untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai. "Namun, anehnya anak itu tiba-tiba berubah. Menjadi jenius seperti adiknya, bahkan lebih hebat. Berkembang pesat sampai memiliki pengaruh politik seperti sekarang ...."
"Menurut kamu dia hanya boneka politik? Dikendalikan oleh kerabat yang mengambil alih wewenang distrik Walton ...." Shamar angkat bicara. Ia menggeser kaki Korwa dari atas meja supaya roknya tidak terbuka, kemudian mengambil stoples kaca berisi camilan cumi-cumi kering. "Mereka pasti sengaja membuat kecelakaan itu terjadi, 'kan?" tanyanya memastikan.
"Kecelakaan tersebut terjadi di Menara Surgawi. Memangnya mereka bisa merusak fasilitas krusial milik Kekaisaran Solus?" Irina meragukan hal tersebut. Sembari mengambil berkas cetak di atas meja dan memeriksanya kembali, ia dengan nada ragu menyampaikan, "Itu tidak mungkin. Meskipun bisa, kejahatan tersebut pasti akan langsung terkuak. Terlalu berisiko untuk keluarga mereka ...."
"Tapi ...!" Korwa memahami pendapat mereka. Sembari perlahan membuka kelopak mata, perempuan rambut ungu tersebut dengan cemas berkata, "Tidak mungkin kecelakaan itu terjadi secara kebetulan, 'kan? Pasti ada kaitannya ...."
"Kamu benar, itu pasti ada kaitannya!" Shamar mengangguk setuju. Ia meletakkan Kubus Data ke atas meja dan mengaktifkannya, kemudian membuka beberapa file yang berhubungan dengan kunjungan murid dari Jann tersebut. "Ini proposal studi yang diajukan anak itu. Isinya kebanyakan membahas tentang penelitian dan pengembangan masyarakat."
"Sebentar! Dia kemari untuk studi?" Irina terkejut, lekas menatap halaman proyeksi yang ditunjukkan suaminya. "Semacam proyek liburan musim hujan?" tanyanya memastikan.
"Benar sekali! Murid di Jann menyebutnya proyek liburan musim panas!" Shamar sedikit mengoreksi, lalu menurunkan alis dan lanjut menyampaikan, "Karena perbedaan waktu yang ada, mungkin dia akan menetap selama beberapa bulan."
"Itu hanya formalitas ...." Korwa meluruskan. Sejenak bersandar pada sofa, ia mengangkat kepala dan menatap langit-langit ruangan. "Tidak mungkin anak manja dari Jann mau memikirkan orang-orang Almiah," gumamnya dengan nada sinis.
"Lah, terus dia datang kemari mau apa? Liburan?" Shamar menatap datar. Ia menurunkan stoples camilan ke atas meja, lalu menghela napas resah dan mengeluh, "Kita di sini buat bahas itu, 'kan? Kenapa kamu malah tidak semangat?"
"Entahlah, ini terlalu rumit ...." Korwa berhenti bersandar. Ia lekas menunjuk pria dari ras Marinus Rapax tersebut, lalu menggebrak meja dan meminta, "Sudahlah, Sham! Serahkan saja data pesawat dan pelabuhan yang dia gunakan! Saya akan cegat murid itu besok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Sakral
FantasiSejarah yang terlupakan, peradaban baru umat manusia, dan warisan keangkuhan. Perdamaian tanpa tujuan hanya akan mendatangkan dekadensi masyarakat, menggiring mereka menuju akhir berikutnya. Siklus kehancuran dan penciptaan dunia. Mereka menyembunyi...