4. Berangkat

135 17 9
                                    

Sebulan telah berlalu, akibat dari bencana ini adalah perubahan iklim yang mengakibatkan gagal panen di beberapa wilayah. Hal itu membuat negara memutuskan untuk membatasi logistik bahan pangan ke daerah evakuasi. Beberapa tempat evakuasi lainnya bahkan telah terjadi pemberontakan akibat pembatasan logistik ini. Begitu pun dengan tempat evakuasi Argi dan yang lainnya.

"Kalau begini terus, kita bisa bisa mati kelaparan." Ucap pengungsi yang telah mengetahui berita tentang pembatasan logistik.
"Saya setuju sama Pak Dharman, kita ngga bisa diem aja. Kita musti protes."
"Saya juga setuju. Mari kita kumpulkan orang orang untuk protes." Dukung warga lainnya yang sedang berada diperkumpulan itu.

Sedangkan tidak jauh dari tempat itu terdapat tiga orang gadis yang mendengarnya.
"Kayanya suasana di sini udah ngga aman buat kita dah ka Git" Seorang remaja bernama Zee itu mengeluarkan pendapat.
"Kita harus segera kasih tau Cici buat ninggalin tempat ini ka Gita!" Adel pun menambahkan pendapatnya
"Oke Zee, Del. Kita harus paksa cici buat pergi dari sini, paling ngga nanti malem kita harus pergi." Begitulah putus Gita. mereka pun berlari kearah posko mereka.

________________________________________

"Gi, kayanya kita musti segera pergi dari sini dah." Ucap Rakha kepadaku
"Lah ngapa Rak? Di sini padahal nyaman loh." Tanyaku kebingungan, kenapa harus pergi? di sini makan tinggal makan ngga musti kerja.
"Iya nyaman sih tapi, di sini tuh udah ngga aman tau."
"Ngga aman kenapa? ngomong tuh jangan setengah setengah."
"Jadi gini Gi, tadi gua ketemu ama Kapt Evan yang lagi siap siap bawa senjata lengkap. Gua tanya tuh 'kenapa bawa senjata lengkap' gitu trus dia jawab 'di posko Monas terjadi pemberontakan akibat suplai makanan dikurangin.' jadi mereka dikirim buat bantuin di sana." Jelas Rakha dengan panjang lebar.
"Itu kan di sana, lu liat di sekitar kita tuh aman aman aja, ngga ada keributan."
"Tapi Gi-" Belum sempat Rakha melanjutkan bicaranya terpotong oleh oleh sapaan dari Gracia yang baru saja menghampiri mereka berdua dengan diikuti oleh Shani dibelakangnya.

"Halo kakak kakak, lagi bahas apa nih. Serius banget nih kayanya." Sapa dari Gracia sambil melambaikan tangan.

"Halo Gracia, halo Shani jadi tuh kita lagi bahas masalah -" Lagi dan lagi ucapan Rakha terpotong oleh teriakan tiga gadis memanggil Shani dan Gracia.

"CI SHANI CI GRE" Teriak ketiganya dengan tergesa gesa.
"Hei ada apa kalian kok lari larian gini, nanti jatoh." Tanya Shani dengan perasaan khawatir karena mereka datang dengan tergesa gesa.
"Bentar Ci capek." Ucap Adel dengan sedikit terengah engah.
"Jadi gini Ci, eh ada Ka Argi sama Ka Rakha, Halo ka." Bukannya menjelaskan dia malah menyapa orang dasar Zee.
"Masih sempet sempetnya nyapa orang lu, udah tau ini penting juga." Ucap Adel yang kesal dengan memukul pelan punggung Zee.
"Apa sih sakit tau Adel." Kesal Zee yang ingin membalas pukulan Adel namun ditahan oleh Gracia.
"Udah ngapa sih malah berantem kalian berdua, ada apa Git kok kalian lari larian?" Tanya Gracia sambil memisahkan kedua adiknya yang berantem itu.

"Jadi gini ci." Gita pun menjelaskan apa yang mereka dengar dan mereka lihat tadi yang membuat mereka lari tergesa gesa untuk menyampaikan semuanya.

"Tuh kan Gi, pala batu sih lu gua bilang juga apa. Udah ga aman tau di sini, kita harus cepet cepet pergi dari sini." Ucap Rakha setelah mendengarkan penjelasan dari Gita.

"Oke oke kalo memang gitu keputusan lu, sekarang gua punya dua pertanyaan." Argi yang akhirnya telah kalah pendapat dari Rakha pun akhirnya mengiyakan.

"Lu mau nanya apa?" Balas Rakha
"Jadi yang pertama kalo kita pergi dari sini, kemana tujuan kita?" pertanyaan pertama dari Argi membuat Rakha bingung memikirkan jawabannya.
"ehm... betul juga. Ah gimana kalo ke mansion lu yang itu. Gua rasa tempatnya aman, di tengah hutan juga jadi ngga usah khawatir masalah makanan." Usul Rakha.
"Bang Argi punya mansion? wedeh ayo kita kesana aja." Wah antusias sekali Adel mendengar kata mansion.
"Ga Rak, kemanapun asalkan jangan tempat itu." Argi berusaha untuk menolak ke sana.
"Please Gi, ini juga demi lu, gua dan mereka juga Gi." Ucap Rakha sambil menunjuk Shani dan teman temannya yang dari tadi hanya mendengarkan perdebatan antara Argi dan Rakha

"Lu masih kepikiran soal kejadian tiga tahun lalu kah? Ayolah Gi lu juga harus lupain keajadian itu. Gua tau pasti berat buat lu."

"Gian tiga tahun yang lalu kenapa Rak?" Tanya Shani menyela pembicaraan keduanya karena rasa penasaran terhadap Argi.

"Jadi tiga tahun yang lalu tuh-" Ucapan Rakha terpotong untuk ketiga kalinya hari ini, sangat menyebalkan memang orang orang selalu memotong saat dia ingin menjelaskan.
"Yaudah iya kita kesana." Jawab Argi yang sengaja memotong Rakha agar tidak bercerita.

"Nah pertanyaan kedua, kita kesana naik apa? Ngga mungkin kan jalan kaki? Lokasinya Bogor Rak kalo lu lupa, bisa bisa kita sampe sono jadi lego badan udah kepisah ama kaki." Jika berpikir rasional apa yang Argi katakan adalah benar, tidak mungkin mereka kesana jalan kaki.

"Kalau masalah itu tenang aja karena, tadaaa!! kita punya ini." Rakha dengan bangga menunjukan sebuah kunci kepada semuanya.
"Kunci apaan itu ka Rakha?" Zee yang penasaran pun mencoba untuk bertanya.
"Kunci mobil lah, pake nanya. jadi kita ke sana naik truck tentara." Rakha menjawab pertanyaan dari Zee dengan antusias seolah olah inilah momen yang ia tunggu tunggu.
"Itu ngga hasil nyuri kan Ka Rakha? Kalo iya sama aja boong, kita kabur dari sini tapi jadi buron tentara karena nyuri mobil mereka." Tanya Gita dengan pertanyaan yang sebetulnya menjadi pertanyaan Argi dan lainnya.

"Ya ngga lah Git, jadi ini tuh Kapt Evan yang kasih ke saya, katanya karena kita udah sebulan ini membantu mereka, jadi mereka mencoba untuk membalas membantu kita. Dia juga yang nyuruh kita buat segera meninggalkan tempat karena dia udah tau desas desus warga yang mau melakukan aksi protes." Jelas Rakha panjang lebar mencoba meyakinkan Argi dan yang lainnya.

"Oke oke, kita pakai mobil itu. Shan kamu dan yang lainnya siap siap, kita berangkat setelah kamu dan yang lainnya siap." Jelasku menyusun rencana.

"Lu Rak, ama gua kita siapin mobilnya. Ngga lucu kan kalo tiba tiba tu mobil ngga bisa jalan. Udah itu aja, ayo semua kita langsung siap siap." Tambahku

"Siap Gi" Ucap Rakha dengan penuh semangat
"Oke Gian, ayo temen temen!" Diikuti oleh Shani yang segera mengajak teman temannya.

________________________________________

Seperti yang tadi telah diinstruksikan oleh Argi kini semua telah berkumpul. Shani dan teman temannya membawa Beberapa logistik makanan darurat yang mereka dapatkan di dapur darurat tadi. Mobil pun sudah siap kini mereka hanya tinggal berangkat.

"Ayo Gian kita dah siap, aku juga udah bawa perbekalan makanan darurat buat jaga jaga di Jalan." Ucap Shani sambil menunjukan beberapa kardus ransum TNI yang biasa menjadi pembekalan tentara ketika latihan atau perang.

"Ini sih bukan buat jaga jaga di perjalanan lagi Shan, ini bisa buat jatah makan kita semua seminggu tau. Tapi terima kasih ya udah nyiapin ini." Ucap Argi berterima kasih karena makanan adalah hal yang penting, yang terlupakan sejak tadi Argi memberikan arahan.
"Semuanya udah siap kan, ngga ada yang ketinggalan?" Tanya Argi untuk memastikan semuanya lengkap.
"Siap" Ucap yang lainnya
"Yaudah kalo gitu kita berangkat!" Ajak Argi kepada yang lain
"BERANGKAT!!" Ucap semua

Mobil pun berjalan meninggalkan posko evakuasi mereka.

Ya kita doakan saja semoga mereka selamat sampai tujuan mereka. Hehehe

________________________________________

Hehe terima kasih buat semua yang masih membaca cerita ini.

After the endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang