7. Pembagian Tugas

107 10 9
                                    

"Akhirnya sampai juga kita di sini." Ujar Argi masih dengan posisi menggendong Zee karena Zee belom juga sadarkan diri.

Di sini lah mereka berada, di depan gerbang mansion, yang menjadi tempat tujuan mereka. Setelah menempuh waktu yang laman hingga akhirnya mereka sampai ke sini dengan hari yang sudah gelap.

"Uwaah gede banget ya ka, tapi kok sepi ya? Ci Shani sama yang lainnya udah sampai belum sih." Tanya Adel yang melihat kondisi mansion yang cukup sepi dari gerbang.

"Mereka udah sampe kok Del, tuh lihat lampunya udah nyala. berarti udah ada orang di dalem. Bukain gerbangnya Del tolong." Argi menunjuk lampu lampu taman yang sudah menyala.

Pasalnya tidak ada yang tinggal di sini, karena Argi lebih memilih tinggal di Apartmentnya yang berada di Jakarta. Jadi itu lah yang membuat Argi berpikir bahwa saat ini Rakha dan yang lainnya telah sampai dan menyalakan daya listrik rumah ini.

"Heung aku di mana?" Tanya Zee yang baru saja sadar.

"Eh Zee Syukurlah kamu bangun. Kita baru sampai di rumah Ka Argi. Ada yang kamu rasa sakit dek?" Gracia yang menyadari Zee sudah sadar pun bertanya tentang kondisinya.

"Kepala aku rasanya pusing banget Ci, sama badanku rasanya sakit banget." Azizi menjelaskan tentang kondisinya yang dia rasakan saat ini kepada Gracia yang bertanya.

"Ka Argi maaf ya ngerepotin kakak, pasti berat banget ya gendong aku. Tapi aku minta tolong gendong aku sampe dalem ya. Please badan aku masih sakit sakit." Mohon Zee yang merasa masih belum kuat jika dia harus berjalan sendiri.

"Dih manja amat lu, jalan sendiri woi punya kaki juga." Protes Adel kepada Zee tidak terima, bisa bisanya dia dari tadi jalan kaki tapi Zee yang sudah sadar malah minta tetap digendong
"Hahaha iya Zee sama-sama. Yaudah ayo kita masuk, yang lain pasti nungguin kita." Potong Argi agar tidak ada keributan lebih diantara kedua bocah ini.
"Tuh Ka Arginya aja gapapa, kok kamu protes del. Bilang aja kamu juga mau digendong. Wle." Ledek Zee dengan menjulurkan lidahnya ke arah Adel.
"Udah-udah, malah pada berantem bocil bocil ini. Tadi aja pas satunya belom sadar khawatir banget tuh, sekarang malah diajak debat." Betul kata Gracia, saat perjalanan menuju ke rumah ini Adel selalu saja menanyakan kondisi Zee. Memang dasar Adel, gengsinya tinggi.

Setelah perdebatan itu selesai, mereka pun berjalan memasuki mansion itu. Tidak ada orang di depan pintu utama, mungkin semuanya sedang berkumpul di ruang tamu atau di ruang keluarga.

"Sepi banget Ka. HALLO APAKAH ADA ORANG?" Adel mencoba berteriak ketika memasuki mansion dan tidak menemukan adanya orang yang menyambut mereka di pintu masuk.

"Hush Adel kenapa harus teriak sih?" Tanya Gracia yang heran dengan tingkah laku aneh si Adel.
"Ya, lagian sepi banget Ci." Ada aja jawaban yang keluar dari mulutnya itu.
"Mungkin pada di ruang tengah Del. emang agak jauh dari sini. Ayo kita coba periksa kesana!" Ajak Argi dan diikuti oleh Gracia dan Adel.

Kini mereka sudah sampai di ruang keluarga mansion ini. Hal pertama yang mereka lihat ketika sudah berada di ruang itu adalah Shani yang sedang bercerita, yang lainnya sedang menyimak ceritanya.

"Pantes ngga ada yang nungguin kita di depan, orang Cici lagi dongeng Del." Zee mencoba untuk berbisik kepada Adel tapi masih terdengar oleh Argi dan Gracia.

"Seru banget sih cerita Ci Shani sampe kita yang baru dateng dicuekin." Ujar Adel dengan senyumnya yang khas itu.
Semua orang yang tadinya menyimak cerita Shani menengok ke arah Adel secara bersamaan.
"ADEL, ZEE" "HUA ZEE ADEL" Teriak semua orang yang tadinya antusias mendengarkan cerita Shani kini menghampiri kelompok Argi yang baru saja sampai itu.

"Gian ini Zeenya kenapa kok digendong? Zee kamu gapapa kan? Adel juga kamu ngga ada yang luka kan?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Shani seperti peluru yang ditembakkan secara beruntun, banyak banget yah.

After the endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang