3. Percakapan

167 14 9
                                    

POV Argian

Pagi yang cukup sepi namun menenangkan, sangat menggambarkan di Pagi itu. Aku yang telah terbangun memilih untuk berkeliling di sekitar area evakuasi, berjalan menuju ke arah air mancur yang cukup besar ditengah halaman komplek DPR yang cukup luas.

Ku duduk di pinggiran kolam sambil mengamati air mancur yang sudah tidak berfungsi. Cukup lama ku duduk, tidak melakukan apa apa, hanya diam melamun hingga suatu suara menyadarkanku.

"Gi, ngelamun sendiri aja? mikirin apaan sih kayanya berat banget masalah sampe ngelamun kaya gini." Ucap wanita yang entah sejak kapan sudah terduduk di samping ku.

"Eh ngga mikirin masalah berat kok Shan. Aku cuman mikirin, ini kan kolam besar ya. Kenapa ngga ditaro ikan lele, kan jadinya bagus buat peluang usaha." Pemikiran nyeleneh macam apa coba yang aku utarakan tadi.

"Hahaha apaansih kamu lucu banget. Ya lagian kalo ditaro ikan lele malah banyak yang mancing di sini." Ah tawa itu, tawa Shani yang khas. Dia terlalu receh dengan candaan - candaan sederhana seperti tadi, mambuatku teringat ketika sekolah.

"Hehe becanda Shan. Tapi lumayan tau hasil budidaya ikan ini, bisa nambah pemasukan negara." Ada ada saja memang pemikiran aneh ku.

Suasana cukup hening setelah percakapan tadi. Tidak ada percakapan lagi di antara keduanya, mereka sama sama terdiam memandang kolam cukup lama.

"Gi" "Shan" Hah keadaan yang cukup klise terjadi di hidupku, dimana sepasang orang ingin berbicara secara bersamaan.

"Ya Gi kenapa?" Shani dengan cepat bertanya maksudku memanggilanya.
"Ah makasih." kenapa makasih bukannya bertanya, aneh sekali diriku
"Dih dia malah makasih bukannya jawab kenapa manggil." Jawab nya dengan ekspresi yang dibuat seolah olah kesal, cukup membuatku gemas.
"Ah aku mau nanya ke kamu tentang-"
"Hei Argi." Suara panggilan namaku memotong pertanyaan ku, sangat merusak momen.

"Walah Argi, baru sehari di sini sudah berduaan dengan perempuan cantik. Hati hati loh biasanya kalo berduaan ketiganya tuh setan, Lah saya sendiri dong." Ucap pria dengan baju dan celana loreng, dan topi lapangannya.

"hahaha ada ada saja Kapt Evan. Dia kenalan saya sewaktu sekolah dulu, namanya Shani dan Shan ini Kapten Evan yang kemarin menolongku untuk sampai ke sini." Jawabku memperkenalkan keduanya. Mereka berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri masing masing.

"Kalian berdua sedang apa, ah sepertinya saya mengganggu suasana romantis sepasang manusia di sini." Cela Kapt Evan.
"G-ga kok Kapt tidak mengganggu. kami hanya melihat air di kolam ini sambil memikirkan ikan apa yang cocok untuk dibudidayakan di kolam ini." Jawabku yang sedikit kikuk dan dengan sedikit menambahkan bualan.

"Aneh aneh aja kamu, jangan sampe ya kamu betulan taruh ikan disitu ya gi. Oh iya udah lanjutkan, saya mau pergi bertugas." Wah himbauan yang cukup bermanfaat, siapa juga yang mau taruh ikan di situ.

"Siap Kapt. Ah iya Kapt mau bertugas kemana?" Tanyaku yang penasaran dengan melihat sebuah truk tentara berhenti di dekat kami.

"Hanya berkeliling kota untuk patroli, dan singgah ke tempat evaluasi lainnya. Kalian mau ikut?" Ajakan dari Kapt Evan membuatku melihat ke arah Shani.

__________________________________________

"Ternyata lebih parah daripada yang saya pikirkan tentang situasi kota." Pemikiran yang Shani utarakan setelah melihat keadaan kota.

Ya kami memutuskan untuk mengiyakan ajakan Kapt Evan, untuk berkeliling kota menaiki mobil truk dengan posisi duduk Aku dan Shani berhadapan dengan Kapt Evan dan 3 Anggotanya.

"Ya situasi malam itu cukup parah, bahkan menurut informasi yang kami dapatkan batuan yang terjatuh dari langit itu tidak hanya jatuh di kota ini. Tetapi seluruh dunia juga kejatuhan batu batuan itu." Jawab seorang perempuan di samping Kapt Evan yang sepertinya berpangkat Letda itu.

After the endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang