6. Akhirnya

111 14 10
                                    

"heeung, aw sakit banget." Eluh seorang gadis yang baru saja sadar setelah terjatuh dari atas tadi.

Perlahan gadis itu mencoba bangun dari posisi tidurnya untuk duduk bersandar pada pohon yang berada tak jauh dari tempatnya. Sambil melihat ke arah sekitarnya, mencari teman yang tadi jatuh bersamanya.

"Ka Zee!" Panggil gadis tadi yang melihat temannya itu masih tak sadarkan diri. Dia mencoba untuk menghampiri temannya itu untuk memeriksa keadaan temannya itu.

"Syukurlah masih nafas." Syukur Adel setelah mencoba menaruh tangan di depan hidung Zee.

"Ini gimana cara gua balik lagi ke atasnya ya, Ka Zee bangun dong" Ujar Adel setelah menyadari cukup tinggi tempat mereka merosot jatuh ke jurang dan mencoba untuk membangunkan Zee dengan menggoyangkan lengan Zee, namun tidak ada tanda tanda bahwa gadis itu akan bangun.

__________________________________________

POV Argian

"Azizi, Adel." Teriakku mencoba memanggil nama kedua anak itu, siapa tau mereka mendengar dan menyaut

"Zee, Adel kalian dimana sayang." Panggil Gracia kepada keduanya, namun tidak ada jawaban dari keduanya.

"Ka mereka bakal ketemu ga ya? Kita udah panggil panggil nama mereka daritadi tapi ga ada jawaban." Tanya Gracia yang sudah mulai gelisah. Sudah cukup lama mereka berjalan sambil terus memanggil nama Zee dan Adel, namun belum ada hasil dari pencarian ini.

"Pasti ketemu kok, kamu tenang aja ya. Mending kita jalan lagi siapa tau di depan ada mereka, aku yakin mereka baik baik aja kok." Mencoba berpikir optimis bahwa mereka akan ketemu adalah hal yang aku lakuin saat ini. Gelisah? Jelas saat ini aku sedang gelisah juga, tapi coba ku tutupi agar Gracia tidak makin gelisah juga.

Cukup lama mereka melanjutkan jalan sambil terus memanggil nama kedua adiknya itu, Hingga sayup sayup terdengar  sautan memanggil kedua nya

"Cici, kakak aku di sini." Sautan yang terdengar agak samar terdengar di kuping keduanya.

"Gre, kamu denger ga? kayanya itu suara Adel dah." Tanyaku setelah mendengar suara tadi.

"Iya aku denger, betul itu suara Adel. Kayanya dari sana dah kak." Jawabnya sambil menunjukan arah datangnya suara.

Kami berdua pun berlari ke arah datangnya suara. Benar saja itu suara Adel yang kini sedang tersadar pada pohon, dan tak jauh dari Adel ada Zee yang tak sadarkan diri.

"Adel. Kamu gapapa?" Tanya Gracia yang langsung memeluk Adel, betapa senangnya dia saat ini.

"Aku gapapa Ci, cuman kaki ku aja ini kayanya keseleo. Dari tadi ku gerakin sakit banget." Tunjuk adel pada kaki sebelah kanannya.

"Syukurlah kamu masih selamat Del." Ucapku yang dibalas senyum oleh Adel

"Hehe untung kak cuman kaki doang nih, aku juga sempet pingsan tadi dan baru sadar tadi. Terus ku liat sekeliling Eh ada Ka Zee yang masih belom sadar, pules banget kayanya tuh orang tidur." Jawab Adel yang sedikit bercanda sambil menunjuk ke arah Zee.

Gracia pun mencoba mendekati Zee lalu memeriksa keadaan adiknya itu.

"Kayanya Zee bakal lama sadarnya deh Ka Argi." Setelah berkata seperti itu Gracia pun merebahkan kepala Zee pada pahanya.

Aku pun mengangguk lalu berjalan ke arah Adel yang masih bersandar pada pohon.

"Kaki yang mana yang sakit Del?" Tanya ku setelah mendengarkan apa yang dieluhkan oleh gadis itu tadi.

"Yang ini kak, sakit banget digerakinnya." Tunjuk Adel pada bagian kaki yang sakit itu.

"Coba sini kakinya." Jawabku yang mencoba mengurut kakinya Adel. Tak butuh waktu lama bagiku untuk mengurut kaki yang keseleo, karena pengalaman sering mengurut Rakha yang selalu cidera setiap habis main futsal, Yah cukup To much information sih.

"Coba Del gerakin kakinya." Ucapku setelah selesai mengurut kakinya.

Adel pun langsung menggerakkan kakinya, setelah dirasa tidak sakit lagi Adel pun mencoba untuk berdiri dan berjalan.

"Udah baikan kak kaki aku, tuh liat tuh." Ujar Adel dengan mencoba melompat lompat menunjukkan bahwa kakinya baik baik saja.

"Hati hati Adel, kamu baru baikkan." Marah Gracia yang melihat tingkah Adel namun hanya dibalas senyuman dengan menampakkan giginya itu kepada Gracia.

"Ada-ada aja nih bocah tingkahnya. Jadi kita harus gimana ka? Si Zee belom ada tanda tanda bakalan sadar deh ini." Tanya Gracia kepadaku tentang apa yang harus mereka lakukan setelah ini.

"Ya kita bawa aja Ci, Ka Zee nya." Saran yang dilontarkan oleh Adel cukup masuk akal.

"Pilihannya cuman Dua. Satu kita tunggu si Zee sadar yang ngga tau kapan dia bakalan sadar, kedua ya betul kata Adel kita bawa aja si Zee nya." Aku mencoba memberikan dua opsi saran yang akan kita lakukan kedepannya.

"Kayanya kita bawa aja deh si Zee. Tapi siapa yang bakal bawa Zee? Aku sih ga kuat gendong dia ya."
"Ya Ka Argi lah, siapa lagi Ci? Pake nanya."
Jawab dari Gracia yang dengan cepat dibalas oleh Adel dengan tertawa.

"Yaudah ayo Ka Argi gendong Zee, kita musti balik ke yang lain secepatnya. Ci Shani pasti lagi khawatir sama kita, eh ngga kita deh, pasti khawatirin Aku ama Zee doang ama Ci Gre juga deh Ka Argi ngga. wle." Ledek Adel yang langsung berlari berlindung ke arah Gracia. Ada ada saja tingkah ngeselin si Adel ini, untung aja ada Gracia kalo ngga udah ku kejar.

"Kamu ini Del ada ada aja tingkahnya. Ayo ka Argi, takut keburu gelap." Ucap Gracia lalu membantu untuk menaikkan Zee ke arah punggungku.

"let's go Kita ke Mansion." Ujar Adel dengan penuh semangat.

__________________________________________

Di sisi lain ada kelompok Shani yang sudah daritadi sampai di mansion. Bangunan yang cukup besar namun masih terawat meskipun sudah lama tidak ditempatin. Setelah sampai tadi mereka memutuskan untuk membersihkan diri mereka, untungnya air dan listrik di mansion ini masih menyala. Air yang bersumber dari mata air pegunungan asli dan listrik yang hasil dari panel panel matahari di atap mansion ini.

Kini mereka semua sedang berkumpul di sebuah ruang yang sepertinya itu adalah ruang keluarga. Sebuah ruang dengan banyak sofa dan meja ditengahnya. Terdapat sebuah tv besar juga di ruangan ini. mereka semua duduk ada yang di sofa dan ada juga yang di bawah. Suasana cukup hening tercipta dalam ruangan ini, mereka semua masih memikirkan tentang kondisi teman mereka yang jatuh terperosot kedalam jurang. Eli yang melihat suasana muram pun mencoba untuk mencairkan suasana.

"Ci Shani Ci Shani, aku mau nanya dong. Ci Shani sama Ka Argi kan satu sekolah ya dulu, ceritain dong gimana bisa akrab banget sih ama Ka Argi. Pasti ada sesuatu kan di antara kalian." Tanya Eli yang disetujui oleh yang lainnya dengan rasa penasaran.

"Iya ceritain dong Ci, Ci Shani pasti bestie banget ya sama Ka Argi waktu sekolah. Wedeh bestie." Ujar Atin ikut menyetujui permintaan Eli untuk menceritakan masa masa sekolah Shani dulu.

"Mana ada bestie, aneh aneh aja kamu Atin. Iya deh nih Cici Ceritain, jadi tuh Ka Argi sama cici selalu sekelas, kita itu selalu aja debat, sehari aja ngga debat pasti ada yang kurang. Tapi entah kenapa selama satu sekolah kita berdua tuh sering banget disatuin ama sekolah, mulai dari aku jadi ketua osis Gian jadi wakilnya, sering jadi pasangan lomba cerdas cermat dan banyak lagi dah." Shani yang akhirnya mulai menceritakan masa sekolahnya dulu. Cukup mengusir rasa gelisah yang dari tadi mengganggu pikiran mereka.

Terlalu larut dalam menyimak cerita Shani membuat yang lain tidak menyadari bahwa kini sudah ada beberapa orang tambahan di ruangan itu.

"Seru banget sih cerita Ci Shani sampe kita yang baru dateng dicuekin." Ujar Adel dengan senyumnya yang khas itu.

Semua orang yang tadinya menyimak cerita Shani menengok ke arah Adel secara bersamaan.

"ADEL, ZEE AKHIRNYA." Teriak semua orang sambil berlari mencoba memeluk Adel.

__________________________________________

Akhir yang cukup membuat beberapa orang bahagia sepertinya (?). Haaaaah begitulah cerita Chapter ini berakhir.

Terima kasih telah membaca dan memvote cerita ini, sampai jumpa di chapters selanjutnya. See you

After the endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang