12. Evaluasi

257 13 6
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya, hangatnya mulai menghangatkan dinginnya pagi yang cerah dan sinarnya pun kini mulai masuk ke sela sela gorden jendela kamar.

Dikamar yang sama masih terdapat sepasang manusia yang tertidur dengan pulas selimut yang menutupi diri mereka, sepertinya mereka masih enggan untuk memulai aktifitas pagi mereka.

Perlahan Shani terbangun dari tidurnya dan melihat suasana kamar yang berbeda dari kamar yang selama ini ia tempatin. Kini ia melihat ke sampingnya dan terlihat Gian yang masih pulas tertidur menghadap kearahnya, ah kini ia teringat apa yang mereka lakukan semalam. Hal itu membuat shani malu untuk mengingatnya, ia pun memaksa masuk ke dalam pelukan Gian guna menyembunyikan rasa malunya entah dari siapa.

Gian yang merasakan ada yang memeluknya pun terbangun dan melihat Shani yang kini sedang menyembunyikan mukanya di dada Gian.

"Selamat pagi Shani." Sapa Gian dengan suara serak khas orang baru terbangun sembari mencium pucuk kepala Shani.
"Pagi juga sayang, kok yang dicium rambut aku sih. ini lah yang harusnya dicium." Balas Shani dengan menunjuk bibirnya.
"Gimana mau cium disitu orang kamunya aja ngga mau lepasin pelukan kamu Shan." Balas Gian dengan mencari alasan, ada keinginan sebenarnya tapi ia takut kebablasan seperti semalam.

"Kok kamu masih manggil aku Shani sih, semalem aja manggilnya sayang sayang." Ucap Shani dengan perasaan sedikit kesal.
"hehe maaf ya sayang, sebagai permintaan maaf."
cup
"Udah ya maafin aku. Aku lupa namanya orang bangun tidur." Ucap Gian setelah mencium bibir shani.

"Terima kasih ya sayang. Udah jadiin aku sebagai milik kamu." Ucap Shani lalu mengeratkan pelukannya.
"Aku yang harusnya bilang terima kasih, Terima kasih ya sayang udah kasih aku kepercayaan buat jadiin kamu milik aku seutuhnya. Aku sayang kamu, jangan pernah tinggalin aku ya." Ucap Gian dan membalas pelukan Shani
"Aku juga sayang sama kamu." Ucap Shani.

"Mandi gih sana kamu bau asem sayang." Ucap Gian yang tentu saja mendapatkan balasan pukulan dari Shani yang mengenai perutnya.
"Aduh kok dipukul sayang, sakit tau." Protes Gian yang kemudian dapat ledekan dari Shani dengan menjulurkan lidahnya. "Wle biarin, lagian kamu ngeselin. Dah ah aku mau ke kamar mandi, kamu tutup mata kamu." Ucap Shani
"Ngapain harus nutup mata sih, kan semalem aku udah liat semuanya. bukan cuman liat malahan." Balas Gian.
"Giaaan ih udah tutup mata kamu." Teriak Shani.

Gian yang tak mau terkena pukulan lagi di perutnya pun menutup matanya. Shani yang melihat itu pun segera beranjak ke arah kamar mandi yang berada di kamar itu.

Setelah mendengar pintu kamar mandi tertutup Gian pun membuka matanya, dia pun memilih bangun dan merapihkan pakaian ia dan juga Shani yang berserakan di lantai dan menaruhnya dalam keranjang pakaian kotor. Dirasa tidak ada pakaian yang tertinggal ia kemudian pergi ke arah lemari pakaian, untuk memakai celana dan menyiapkan pakaian yang untuk Shani kenakan nanti, karena tidak mungkin dia membiarkan Shani tidak memakai busana keluar kamarnya nanti.

Selesai menyiapkan baju ia pun merapih kan kasur dan melepas sprei yang terlihat ada bercak darah dan tidak mungkin ia biarkan diatasnya untuk ia cuci segera bersamaan dengan pakaian kotornya.

Tak lama setelah Gian merapihkan kamarnya kini terlihat Shani yang keluar kamar mandi mengenakan handuk kimono.

"Liat nih gara gara kamu semalem." Ucap Shani menunjukan sekitaran tulang selangka nya terlihat bercak kemerahan akibat perbuatan Gian semalam meninggalkan bekas. Yang ditegur hanya terkekeh dan berjalan ke arah lemari guna mencari pakaian yang dapat menutup bekas di dekat leher Shani itu.

"Nih pake Sweter aku buat nutupin itu. Sama baju buat kamu pakai dah aku siapain di atas kasur." Ucapnya seraya menyerahkan pakaian itu dan langsung pergi ke kamar mandi dengan mambawa pakaian kotor serta sprei untuk segera ia cuci.

After the endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang