The Grief

674 58 0
                                    

Beberapa bulan lalu saat mereka baru saja kembali ke Indonesia, setelah menghabiskan waktu hampir dua minggu di Swiss untuk berlibur. Liora memberikan kejutan kepada Gamaliel berupa testpack yang memperlihatkan dua garis merah yang terlihat samar.

"Wah Darra sudah mau punya adik ya, berarti Tante Dokter boleh panggil Kakak Darra dong?"

Usia kandungan enam minggu pertama, semuanya berjalan baik-baik saja. Darra yang selalu bersemangat mengelus perut mamanya, "Adik baby, adik baby.." panggilan yang Darra lontarkan sembari meletakkan telunjuknya di perut telajang sang mama.

Usia kandungan sembilan minggu, pertama kalinya mereka mendengar detak jantung calon anggota baru keluarga kecil mereka itu. "Thank you, Sayang." usapan lembut Gamaliel di kepala Liora yang masih terbaring di atas obgyn bed, dengan air mata haru yang tidak bisa mereka tahan.

Usia kandungan lima belas minggu, banyak hal baik yang menghampiri keluarga kecil itu. "Nih tungguin adik ya.." Gamaliel dan Darra selalu suka tertidur menghadap perut Liora sambil berhitung, menunggu setiap pergerakan kecil dari dalam perut Liora. "Aku menang pitching untuk brand ini.." Liora tidak bisa menahan rasa senangnya saat mendengar perkataan Gamaliel saat itu, tersisa beberapa langkah lagi untuk Gamaliel berhasil membawa salah satu brand footwear terbesar di Jepang untuk masuk ke pasar Indonesia. "Aku akan sering business meeting abroad. I'm sorry, Sayang."

Usia kandungan sembilan belas minggu, "Aku keputihan lagi... I don't feel good, pinggang aku juga nyeri banget." Gamaliel berangkat ke bandara pagi tadi, setelah berusaha menangkan Liora yang terlihat cukup panik akhir-akhir ini "Stay positive ya Sayang, kata dokter kamu cuma harus bed rest. Aku pulang besok sore ya, I love you."

Usia kandungan dua puluh satu minggu, "Sayang, kenapa Adik jarang gerak. Aku takut.. Semalam juga ada flek di celana dalamku..." Liora menatap buku catatannya dengan gusar, pace pergerakan Adik di dalam perutnya menurun dan tidak seperti biasanya. "Kamu pulang besok, kan? Aku mau ke rumah sakit."

Esok harinya, Liora pergi ke rumah sakit seorang diri. Pagi tadi, Gamaliel baru mengabarinya kalau laki-laki itu tidak bisa pulang hari ini karena ada meeting dadakan yang tidak bisa diwakilkan. Pemilihan final dari calon brand ambassador local untuk brand tersebut. Gamaliel sudah meminta Liora untuk rescheduled jadwal check up ke hari berikutnya. Namun sepertinya perempuan itu tidak akan tenang jika harus menunggu 24 jam lagi.

Maka disanalah Liora seorang diri, terbaring diatas obgyn bed dengan Dokter Tyana yang berada disisinya. Obgyn rekomendasi dari Kakak Iparnya, yang selalu memberikan perasaan positif setiap kali Liora melakukan check up. Namun sepertinya pemeriksaan kali ini berbeda, karena Dokter Tyana meminta Liora untuk menghubungi Gamaliel melalui telepon untuk mendengarkan diagnosa akhir.

"Sepertinya pergerakan janin terlalu aktif sehingga terdapat tali pusar yang melilit di sekitar leher janin. Menyebabkan janin sulit bergerak hingga detak jantung tidak terdeteksi. Intrauterine fetal death atau janin yang meninggal dalam kandungan..."

Gamaliel dan Liora sama-sama tidak memberikan respon apapun.

"Nanti boleh didiskusikan terlebih dahulu dengan suami untuk langkah selanjutnya ya Bu, yang bisa saya pastikan hal ini tidak membahayakan untuk Ibu."

Liora memilih untuk membiarkan janinnya lahir secara normal, kata Dokter Tyana biasanya butuh waktu 2 minggu untuk janin keluar secara alami. Selama menunggu kelahiran janinnya, Liora lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Ia belum tau bagaimana cara menjelaskan kepada Darra kalau adik yang ada di dalam perut mamanya tidak akan lahir dengan kondisi hidup. Selama hampir satu bulan, Darra dititipkan di rumah orang tua Liora.

Sesaat setelah Gamaliel sampai di rumah, setelah peristiwa telepon di rumah sakit, laki-laki itu menemukan dus baby box yang mereka beli beberapa waktu lalu sudah berada di luar rumah menyatu dengan tumpukan sampah yang rutin diambil dua hari sekali oleh petugas.

Ia juga menemukan Liora sedang memasukan baju new born ke dalam dus, di dalam kamar yang sudah mereka siapkan untuk Adik.

Laki-laki itu berjalan perlahan, menghampiri Liora yang terlihat sibuk dengan dusnya itu.

"Ra..."

Panggil Gamaliel pelan, menyadari kalau Liora mengabaikan kehadirannya.

Perempuan itu hanya bergumam pelan, namun tidak bereaksi lebih lanjut. Setelah selesai mengosongkan lemari Adik, Liora berdiri sembari mengangkat dus itu dan berjalan keluar kamar.

"Mau kamu apain itu?"

"Buang.."

"Ra, yang bener aja. Itu nggak perlu sampai kita buang, semuanya bisa kita simpan."

Liora mengabaikan perkataan suaminya, ia meletakkan dus yang berisi baju itu di sebelah dus baby box. Gamaliel menahan lengan Liora saat menyadari perempuan itu akan melewatinya begitu saja.

Mata laki-laki itu memanas, saat menatap perut sang istri. Ia menarik Liora kedalam pelukannya, mengusap punggung istrinya lembut.

"It's okay, Sayang. We are in this together."

......

Gamaliel menghabiskan waktunya selama hampir dua minggu hanya berdua dengan Liora di rumah. Yang ia sadari, Liora semakin sensitif untuk segala hal yang menjadikan Gamaliel selalu menjaga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya.

Setelah berkonsultasi dengan Dokter Tyana tentang segala tindakan yang akan mereka lakukan setelahnya, tibalah waktu Liora untuk melahirkan janinnya. Gamaliel menemani Liora yang terbaring diatas tempat tidur, mata perempuan itu menerawang menatap langit-langit ruang tunggu operasi.

"I don't think I can suffer in this pain, Gam. Aku bahkan belum ketemu sama Adik, padahal kamu dan Darra juga nggak sabar ketemu sama Adik. How do I explain to Darra that her adik died, she was so happy talking with her adik."

"Sayang, Darra biar aku yang jelasin. Kamu fokus sama pemulihan, harus cepat sehat biar bisa main sama aku dan Darra lagi. Nggak boleh sedih berlarut ya.."

Gamaliel menenangkan istrinya, mengusap sudut mata Liora yang tidak henti mengeluarkan air mata.

"I love you, Sayang. I love you so much, no matter what happens. Buat aku yang penting kamu nggak kenapa-kenapa."

7-Year Itch [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang