*Warning: No reader under 17*
•••
Malam ini, rasanya semua kembali terkoneksi. Kembali berada dijarak terdekat ini dengan Liora membuat Gamaliel rasanya ingin meledak karena terlalu bahagia. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali menyentuh istrinya. Enam bulan lalu? Delapan bulan lalu? Entah kapan tepatnya, tapi Gamaliel rasa ia harus memberikan penghargaan kepada dirinya sendiri karena berhasil menahan diri selama itu.
Gamaliel kembali mencium Liora, mengusap lembut lengan istrinya yang sebagian masih tertutup piyama. Tangannya berpindah pada punggung Liora, mengusapnya lembut yang entah mengapa membuat Liora mendesah pelan. Perempuan itu berusaha menarik dirinya untuk menghentikan ciuman mereka, namun sepertinya Gamaliel belum ingin semua ini berakhir.
Oh how they missed their kisses.
Liora menarik napas panjang sesaat setelah Gamaliel melepaskan ciumannya, "Gila! Kamu latihan diving, kah?" perempuan itu menepuk bahu kiri Gamaliel pelan. Yang diprotes hanya tertawa, sembari menciumi wajah sang istri, hingga turun ke area leher Liora yang terbuka.
"Kangen banget, Ra. Ya ampun..."
Mendengar gerutuan Gamaliel sebelum akhirnya laki-laki itu kembali menciumnya, membuat Liora tidak bisa menahan tawa diantara ciuman mereka.
"Aduh.."
"Kamu tuh, pelan-pelan kenapa sih!" Goda Liora masih dengan tawanya yang menyebabkan gigi mereka saling beradu ditengah ciuman mereka.
Gamaliel tidak merespon, laki-laki itu mengangkat Liora yang sebelumnya berada di pangkuannya lalu memutar posisi, menidurkan perempuan itu secara perlahan diatas tempat tidur.
Melihat Gamaliel dari posisi ini, membuat Liora tertawa malu dengan semburat merah yang timbul di kedua pipinya. Semburat merah itu semakin menyebar keseluruh wajah Liora, sesaat setelah perempuan itu menyadari kalau Gamaliel menatap wajah dan tubuhnya dengan intens.
Laki-laki itu mengusap tulang selangkanya yang tidak tertutup piyama, secara perlahan menurunkan satu sisi piyamanya membuat terpaan hawa pendingin ruangan menyentuh sebelah dadanya yang telanjang.
Tatapan Gamaliel berubah menjadi sendu, ingatannya kembali saat menemukan Liora menangis di depan pintu kamar Adik. Laki-laki itu menyentuhnya pelan, dengan lembut tanpa ada nafsu disana. Berbanding terbalik dengan Liora yang sudah merasakan bulu kuduknya berdiri, sesaat setelah jemari Gamaliel menyentuh dadanya.
"Sayang..."
Panggil Liora tertahan, menyadarkan Gamaliel dari lamunannya.
"Hmm..." Laki-laki mengerjapkan matanya, berusaha menyadarkan dirinya. Ia menaikan kembali piyama Liora ke tempat awal lalu menjatuhkan diri di sisi lain tempat tidur yang kosong.
Liora mengerutkan keningnya, langsung mendudukan dirinya dan menatap Gamaliel dengan tatapan protes.
"Apa?"
Respon sang suami membuat Liora memutar matanya malas, bisa-bisanya laki-laki itu membuatnya merasa tanggung.
Sepersekian detik setelahnya, Gamaliel baru paham arti dari tatapan istrinya. Ia menarik Liora mendekat, memeluknya sambil berbisik,
"Aku takut bikin kamu sakit, Ra. Memori kamu nangis di kamar Adik, masih buat aku sedih."
Liora mencebik, "Akunya tanggung banget."
"Kamu kira, aku nggak?"
Mendengar perkataan Gamaliel itu, dengan sekali gerakan Liora sudah kembali menduduki perut Gamaliel lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
7-Year Itch [COMPLETED]
Short StoryMendekati ulang tahun pernikahan ke-7, Gamaliel semakin menyadari kalau obrolannya dengan Liora bukan lagi obrolan biasa melainkan obrolan yang akan selalu berakhir menjadi perdebatan, hal ini menjadikan Gamaliel mengambil sedikit jarak agar mereka...