The Space He Takes Up

672 66 1
                                    

Satu minggu berlalu sejak pertengkaran mereka, yang membuat Gamaliel tidak berada di rumah.

Pagi ini, Gamaliel menemukan dirinya berdiri di depan kamar sang buah hati dengan keraguan.

Sebelum berangkat ke kantor, laki-laki itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Bertemu dengan keluarga kecilnya dan berbicara lagi dengan sang istri. Namun, sesampainya di rumah ia tidak menemukan sosok Liora.

Mungkin saja, Liora ada di kamar Darra.

Ia sendiri belum tau, apakah ia sudah siap untuk bertemu dengan Liora, lagi?

Gamaliel membuka pintu kamar secara perlahan, masuk dengan langkah pelan tanpa berniat membangunkan siapapun yang masih berada di alam mimpi.

Kenyataan kalau Darra masih tertidur sendirian, membuat laki-laki mengira-ngira kemana istrinya pergi di pukul 7 pagi. Biasanya perempuan itu sedang melakukan rutinitas pagi berolahraga di halaman belakang.

Setelah memikirkan kembali sikapnya hari itu, hatinya mulai diselimuti rasa bersalah. Ia pun tidak tau kenapa hari itu ia bisa kalah dengan emosi dalam dirinya. Selama tiga belas tahun bersama, ia tidak pernah meninggalkan Liora saat mereka bertengkar.

Entah mungkin juga, emosi sembilan bulan terakhir meledak malam itu.

Suara pintu utama terbuka menarik perhatian laki-laki itu, ia menghampiri asal suara dan menemukan Liora yang memakai setelan olahraganya baru memasuki rumah sambil menenteng reusable shopping bag.

Perempuan itu tidak terlihat terkejut melihat keberadaan Gamaliel di rumah.

Tidak ada sapaan, pelukan hangat, kecupan singkat, bahkan senyuman saat mata mereka bertemu. Liora melengos begitu saja, berjalan lurus kearah dapur.

"Kamu dari mana?"

Gamaliel mengeluarkan suaranya beriringan dengan langkah kaki mereka. Seolah menjawab pertanyaan laki-laki itu, Liora hanya sibuk mengeluarkan belanjaan bahan makanan dari dalam tas.

Hening.

Liora yang sibuk membersihkan sayur yang baru ia beli dan Gamaliel yang hanya memperhatikan punggung istrinya yang sejak tadi membelakanginya.

"I'm going to Japan next week. There's another deal meeting with that brand."

Masih tidak ada jawaban dari Liora.

"Ra, I'm talking with you."

Helaan napas panjang sebelum akhirnya perempuan itu menoleh ke arahnya. Liora tau brand apa yang dimaksud oleh suaminya itu dan Liora juga tau artinya business trip Gamaliel kali ini akan sama seperti business trip beberapa bulan terakhir ini.

"Just go. Memangnya kamu mau aku merespon kayak gimana?"

"I'm going with the whole team."

"Whole team atau bukan... Memang selalu ada Dyandra, kan."

"It is not the point I want to tell you, Liora."

"But it is the only point I get, Gamaliel."

Selalu seperti ini.

Setiap kali Gamaliel mengucapkan dua kata business dan meeting dalam satu kalimat, rasanya mereka akan selalu seperti ini.

"Aku mau kamu tau, kalau aku pergi dengan banyak orang Ra. Aku nggak mau kamu berpikir yang aneh-aneh tentang aku dan Dyandra. Apa sesusah itu untuk kamu paham?"

Gamaliel mengusap wajahnya kasar.

"Iya, sesusah itu. Sesusah itu buat aku paham maunya si Dyandra tuh apa sih? Artis lain yang pernah jadi brand ambassador nggak ada yang se-drama dia, yang koar-koar di infotainment soal hubungan kamu sama dia."

Gamaliel melangkah mendekat kearah Liora, berusaha menyentuh lengan sang istri namun perempuan itu menghindar.

"Aku nggak ngapa-ngapain, I just make it professional. That's it."

"Dan itu kesalahan kamu. It's your fault for not doing anything to straighten out what that woman did." Liora mengatakan kalimat itu dengan suara bergetar. Perempuan itu mundur selangkah, memperbesar jarak diantara mereka.

"You can just ignore it all, aku nggak mungkin tiba-tiba muncul di infotainment out of nowhere clarifying the things that aren't in my hands. That's not our place, Liora. Aku capek terus menjadi samsak kamu melampiaskan amarah."

Liora kembali menatap Gama, menatap mata yang memberikan sorot lelah. Namun ego-nya mengalahkan hatinya.

"Then, just go, Gam. Just go as usual, just go like the night when you left me alone."

Laki-laki itu tercekat, rasanya dadanya baru saja dipukul oleh sesuatu yang keras, ia menatap Liora yang juga menatapnya dengan tatapan terluka. Tatapan yang tidak pernah ia terima sebelumnya, bahkan pada pertengkaran terhebat mereka sekalipun.

Pagi ini, ia kembali menyesali keputusannya meninggalkan Liora sendirian.

Liora turned the tables on him.

7-Year Itch [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang