9. Starting to drift apart

309 41 54
                                    

Sejenak keduanya melupakan bahwa saat ini mereka sedang ribut karena masalah kecil.
Ketukan pada pintu berhasil membuat sepasang itu saling menatap satu sama lain, seolah tahu ada sesuatu yang tidak beres sudah terjadi. Bagaimana mau tidak berpikiran seperti itu, selama ini mereka tidak pernah kedatangan tamu. Tidak ada manusia lain yang mengetahui keberadaan mereka kecuali dua sepupu Yoongi, Jimin dan Jungkook.

Ada jeda sebentar sebelum ketukan pada pintu utama terdengar kembali, Yoongi menarik lengan Jiya untuk masuk ke dalam kamar. Menyuruh sang istri untuk tetap diam dan jangan terlalu mengkhawatirkan situasi. Ia sudah yakin untuk membuka pintu, apapun yang terjadi Yoongi sudah siap untuk menghadapi.

Tak lama, tungkai kokohnya sudah berdiri tepat di hadapan pintu, lengannya memutar kunci manual dan pintu terbuka begitu saja.



"Jimin? Ada apa?" Kedua mata kecil Yoongi membola, antara merasa terkejut dan sedikit merasa lega.

Tubuh Yoongi ditarik masuk ke dalam, ada hal serius yang harus Jimin beritahu. Sebaiknya mereka membicarakan hal itu di dalam rumah. Dengan penuh kepasrahan, Yoongi mendengar baik-baik apa yang Jimin sampaikan padanya.

"Gawat hyung." Jimin terlihat stres, beberapa kali pria itu menyugar rambutnya ke belakang.

"Ada apa? Kenapa kau kesini malam-malam?"

"Karena ini waktu yang tepat untuk memberitahumu. Hyung, ternyata paman sudah tahu keberadaan kalian sejak lama. Hanya saja dia memberimu waktu, dia mau kau menyerah dengan sendirinya. Tapi, dugaannya selama ini salah besar. Tadi pagi kau malah mendatanginya dengan harapan dia akan merestui hubunganmu. Hubunganmu bersama Jiya adalah sesuatu yang paling dia benci, hyung. Amarahnya bertambah saat ini, aku takut dia semakin menggila. Aku juga khawatir dengan kalian berdua. Cepat atau lambat, dalam waktu dekat dia akan mendatangi rumah ini. Kau ada rencana lain?"

Yoongi mengusap wajah, tidak heran kalau sang Ayah tahu dimana keberadaannya mau dia berada di ujung dunia sekalipun. Tidak ada yang bisa menghentikan Ayahnya, pria tua itu adalah pemegang kuasa. Apapun yang dia inginkan, akan terkabulkan dalam sekejap mata.

Dalam waktu singkat, Yoongi harus bisa mengambil keputusan selagi ada Jimin yang membantu.

Sesungguhnya ini adalah keputusan berat. Niatnya Yoongi akan menitipkan Jiya pada Jimin dahulu, meminta tolong pada Jimin agar menyembunyikan istrinya ke tempat yang jauh. Jiya tidak bisa lagi dipulangkan ke rumahnya, bagi Yoongi itu bukanlah lagi tempat yang aman karena sang Ayah sudah mengetahui bahwa mereka sudah menikah.

Akan tetapi, akankah Jiya menyetujui keputusan ini? Dia pun harus mendengar bagaimana pendapat istrinya.

Pandangan Yoongi dan Jimin kini tertuju pada satu orang yang muncul dari balik kamar. Jiya keluar dari balik pintu kamar, dia sudah mendengar apa yang kedua pria itu bicarakan. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya. Rasanya sulit sekali hidup terombang-ambing seperti ini. Kalau bukan karena Yoongi, Jiya sudah memilih untuk menyerah saja.

Yoongi mendekat untuk memeluk istrinya. Sudah ia pastikan untuk memperjuangkan hubungan ini. Sudah dibilang, Yoongi itu cinta mati sekali pada Jiya.

Sementara Jimin hanya bisa melihat betapa kesulitan Yoongi untuk mempertahankan hubungan rumah tangganya. Ia harus banyak membantu sepasang suami istri itu. Setidaknya, Jimin harus membalasbudi kebaikan Yoongi. Dulu, Yoongi itu adalah orang pertama yang siap membantunya ketika ia terjatuh dan berada dalam masa-masa sulit. Dan sekarang, adalah waktu yang tepat untuk membalas.

"Mau ya, ikut Jimin dulu." Bujuk Yoongi pada wanitanya.

Tidak tahan Yoongi untuk menatap mata istri lama-lama, dia tahu kalau sesungguhnya Jiya tak ingin berpisah dengannya. Tapi dia janji ini tak akan berlangsung lama, hanya sementara waktu saja.

Made in Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang