6. Found out

294 39 58
                                    


Seperti biasa pulang saat petang. Hari ini Yoongi pulang bekerja tidak ada hambatan, tidak ada yang membuntuti, dan tidak ada yang menghadang. Rasanya lumayan lega, pun hari ini dia juga tak terlalu lelah. Namun, ketika tapak kakinya telah menginjak rumah, hatinya kembali sedih. Lupa bahwa hubungan dirinya bersama sang istri sedang tidak baik-baik saja. Biasanya sepulang kerja, Yoongi selalu menemukan Jiya yang sedang memberi makan dan minum kucing. Sore ini ia tak mendapatkan hal itu.

Mungkin Jiya sedang berada di kamar, sibuk berdiam diri atau sudah mulai membenci keberadaan Yoongi.

Langkah pelan Yoongi membawanya menuju dapur, tempat dimana kucing-kucing itu berada. Dan, benar saja. Mereka belum diberi makan. Biasanya ada mangkuk kecil berisi makanan jika Jiya sudah memberi makan, dan kali ini kotak kucing itu kosong. Hanya ada bayi dan ibu kucing di dalamnya.

Meskipun Yoongi selalu merasa kesal terhadap kucing-kucing itu, ia tetap lah masih memiliki hati nurani. Berinisiatif untuk menyiapkan makanan untuk hewan berbulu tersebut. Akan tetapi, agaknya Yoongi mulai kebingungan. Disini tidak ada makanan kucing, dia bahkan tak pernah membeli sekalipun. Apakah dia harus bertanya pada Jiya? Ah, tidak-tidak. Itu adalah keputusan yang buruk. Bukannya memberi jawaban, Jiya pasti memaki Yoongi habis-habisan.

Min Jiya kan sedang sensitif.

Aha!

Ide cemerlang Yoongi muncul. Stok ikan dari dalam kulkas langsung Yoongi keluarkan untuk dibersihkan, lalu pria Min itu menggoreng ala kadarnya.

"Apa benar harus digoreng begini?" Tanya Yoongi pada dirinya sendiri.

Selesai dengan urusan goreng-menggoreng. Ikan tersebut ditaruh dalam satu mangkuk yang sudah berisikan nasi. Sungguh, Yoongi tidak tahu bagaimana cara memberi makan kucing dengan benar. Yang penting, hewan-hewan lucu tidak kelaparan saja.

"Ini, makan dan habiskan. Bersyukurlah karena aku masih mau menggorengkan ikan untuk kalian. Asal kalian mau tahu, Jiya itu sudah tidak mau mengurus kalian lagi." Duduk bersila sembari menunggu kucing-kucing itu makan.

Tidak sekalipun Yoongi tahu bahwa Jiya sedang mengintip kegiatannya sore ini. Bagaimana mau tahu, posisi pria itu sedang menghadap ke belakang.

"Ck, seperti memberi makan manusia saja." Jiya berdecak, kemudian masuk kembali ke dalam kamar.

Sementara Yoongi, menatap sayang pada nasi yang tidak termakan habis. "Kenapa tidak dihabiskan? Beras mahal, tahu."

****

Saking pelannya melangkah, hingga tidak terdengar suara apapun ketika Yoongi memasuki kamarnya sendiri. Disana ia menemukan Jiya duduk tanpa alas apapun di lantai. Berhadapan dengan jendela yang tidak akan pernah bisa terbuka, untungnya penutup jendela besar itu transparan dari dalam, apapun yang ada di luar dapat terlihat dengan jelas.

Yoongi masih bimbang antara ingin mendekati atau memberi ruang sendiri untuk Jiya. Beberapa detik dia hanya diam memandangi punggung wanitanya. Perasaan Jiya pasti sedang berantakan, dan Yoongi sangat memahami hal itu. Dan lagi, sejujurnya saat di dapur tadi, Yoongi menemukan sarapan pagi Jiya yang tidak tersentuh sama sekali. Sarapan itu khusus ia buatkan agar Jiya tidak perlu lagi memasak.

Pria itu jadi semakin yakin kalau Jiya telah membencinya sekarang.

Mau tak mau, akhirnya Yoongi memilih untuk ikut duduk di dekat wanitanya. Tapi Yoongi tidak ingin duduk di bawah, ia duduk di atas ranjang. Hanya saja posisi mereka tetap berdampingan. Yoongi sengaja karena dia tidak ingin menatap mata Jiya dulu. Jika mereka sama-sama duduk di bawah, automatis mereka akan berpandangan meski hanya dua atau tiga detik lamanya.

Made in Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang