12. Extra part

348 34 56
                                    

"Jiya, istriku. Buka pintunya. Kumohon.."

Panggil Yoongi pada sang istri yang entah sudah berapa kali memanggil. Kesayangannya itu sedang marah, lantas Yoongi harus apa jika pintu kamar saja tidak terbuka untuknya? Harus diakui, kesalahan memang ada pada Yoongi sendiri. Hal itu terjadi karena ia ketahuan merokok dalam jumlah yang lumayan terbilang banyak sore tadi. Bungkus rokok tersebut berserakan dalam ruang kerja Yoongi. Sementara abunya, meski berada dalam asbak tetap lah terlihat berantakan di mata sang istri, akibatnya ruang kerja Yoongi menjadi bau rokok sampai ke sudut ruangan.

Hal yang paling membuat Jiya naik pitam adalah, Yoongi merokok di dalam ruangan tertutup ini. Apa susahnya melangkah ke halaman depan atau belakang rumah, lalu berasap disana? Dia kesal sekaligus khawatir, tidak mau suaminya terserang sesak nafas mendadak hanya karena bertindak ceroboh. Kadangkala, ada saatnya dimana Jiya merasa kehilangan otak jeniusnya Min Yoongi. Heum, sudah lah. Pusing kepala Jiya hanya gara-gara itu. Doakan saja agar tensi darahnya tidak meninggi malam ini.

Karena tidak ada respon dari Jiya, pria berkulit pucat itu kembali menduduki sofa. Mengambil ancang-ancang untuk tidur di atas sofa, tanpa ada pelukan hangat dari si belahan jiwa. Pasti malam ini dingin sekali, pikirnya. Mungkin Jiya sudah tertidur pulas karena kelelahan membersihkan ruang kerja Yoongi, dan berusaha menghilangkan sisa-sisa bau rokok yang melekat pada ruang tertutup tersebut.

"Pasti dia marah sekali padaku." Yoongi bermonolog.

Entah lah, tidak berada dalam kamar yang sama membuat Yoongi sedih bagai remaja putus cinta. Ia meletakkan sebelah lengan di atas dahi sembari menghembuskan napas berat.

Masih terngiang-ngiang dengan jelas keributan petang tadi.

Flashback

Alangkah terkejutnya Yoongi saat menemukan Jiya sudah berdiri berkacak pinggang dalam ruang kerjanya. Ia ingin lari, tetapi Jiya sudah lebih dulu menarik kaus yang ia gunakan. Lembut-lembut begitu, jemari Jiya mampu menjewer telinga Yoongi dengan kasar. Memukul-mukul bokong Yoongi dengan telapak tangannya yang sering Yoongi puji indah itu.

"Kau mau aku menikah lagi dengan orang lain ya?!"

"Jiya, mulutmu. Aku tak suka, ya." Sang pria berusaha menyela ucapan wanitanya sembari terus menghindari pukulan pada bokongnya.

"Lalu kenapa kau merokok dalam jumlah yang banyak seperti ini? Di dalam ruangan pula. Kau mau memperpendek umurmu? Lalu membiarkan aku menikah dengan orang lain."

"JIYA!"

"APA SIALAN? KAU KIRA AKU TAK KHAWATIR DENGAN KESEHATANMU? SIA-SIA AKU MENGKHAWATIRKANMU, KAU SAJA YANG PUNYA TUBUH TAK PEDULI."

Ucapan Jiya berhasil membuat Yoongi bungkam, tak berani menyela lagi. Memandangi wanitanya menangis keluar ruangan dan kembali membawa segala jenis peralatan pembersih ruangan. Astaga, pria seperti apa Min Yoongi ini sebenarnya.

Karena membersihkan ruangan itu dengan dipenuhi titik-titik air mata dan kekesalan, Yoongi yang melihat menjadi tidak tega. Ingin membantu, malah berujung di usir. Wanita Min itu kekeuh tak ingin Yoongi membantunya, dia sedang tidak ingin melihat keberadaan sang pria disini.

Alih-alih pergi, Yoongi masih setia berdiri di belakang kekasih hati. Melihat gerak-gerik Jiya yang menggunakan alat penyedot debu.

"Memangnya kau ingin menikah dengan siapa kalau aku tiada?" Rasanya sedikit penasaran karena Jiya sudah mengucapkan hal yang mampu mengganggu pikirannya.

"Suga." Jiya menjawab ketus tanpa ekspresi pun tanpa menoleh pada orang yang berstatus suaminya kini.

"Siapa suga?"

Made in Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang