Nama Keluarga Wilder 2

2 0 0
                                    

Roan terkekeh, sebagai putra pengawal ia bahkan tahu kalau tempat ini terisolasi dari dunia luar, kalau tidak dengan bakatnya bisa berteman dengan banyak orang, ia mungkin tidak akan tahu informasi tentang informasi kerajaan yang sangat jauh dari tempat ini.

Kota Midston, kota kecil yang terisolasi ini berbatasan langsung dengan gunung tandus, tidak banyak sumber daya di sini, kota ini hanya dikenal dengan penghasil batu.

Dan Tuan yang tidak memiliki gelar, bahkan gelar Baron pun tidak, tapi ia memiliki nama keluarga Wilder di belakang namanya.

Roan tidak banyak bertanya, tapi sang Ayah menyuruhnya menjadi teman dan akhirnya ia sedikit banyak tahu tentang masa lalu Hannes.

Sama seperti Hanees, ia juga memiliki rasa penasaran yang sama, bahkan pergi ke Ibukota dan bertemu keluarga Wilder menjadi tujuan mereka berdua.

"Festival ini jarang diadakan, mungkin sekitar sepuluh tahun sekali? Entahlah ... mungkin karena terlalu berbahaya bagi keluarga kerajaan." Roan mengusap dagu, berusaha menjelaskan yang ia tahu dari informasi yang ia dapat dari rombongan pembawa batu. "Dikatakan harus memiliki kelompok lima orang untuk bisa ikut serta."

Roan berusaha menjelaskan, meski perkataannya berantakan tapi masih bisa ditangkap oleh Hannes.

Festival musim dingin adalah acara berburu, bedanya yang diburu adalah para monster di wilayah terdingin bagian selatan kerajaan, Mist Forest. Tempat itu adalah tempat para monster berkembang biak, entah itu Orc dan hewan mengerikan lainnya.

Meski Mist Forest mengerikan dan jarang dijamah para manusia, bukan berarti tidak ada yang pernah ke sana, di sana ada banyak harta karun milik para monster yang berguna dan mahal jika dijual.

Oleh karena itu, kerajaan akan mengadakan perburuan demi menginginkan sesuatu dari para peserta, singkatnya mereka menginginkan sesuatu di dalam sana dan festival ini menjadi ajang membuktikan kekuatan, mulai dari para bangsawan hingga anggota kerajaan.

Kehormatan dan kekayaan akan diraih.

"Ini menarik," sahut Hannes terkekeh pelan, menggulung selebaran yang sudah berwarna kekuningan di tangannya. "Karena kita sudah berdua, berarti tinggal mencari tiga orang lagi."

Karena keluarga Wilder ingin ia terisolasi sampai mati di sini, maka ia harus membuat kejutan yang menarik., ia tidak butuh kehormatan, juga tidak butuh uang.

Ia harus membuat Ibunya yang telah menjadi abu senang, bukan?

Pembalasan dari rasa sakit yang Ibunya rasakan harus mereka rasakan juga.

"Aku sudah menduga kau akan tertarik!" Roan terkekeh, matanya melirik pelayan yang kini sibuk menyapu lantai ruang belajar. "Hal berantakan apa yang kau lakukan di sana?"

"Tidak banyak, hanya menumpahkan sedikit gula." Hannes tertawa lagi, ia tahu niat sang pelayan yang membuatnya ingin di ruangan dan malas keluar, makanan manis dan gula selalu disajikan setiap harinya. "Sepertinya ruangan itu penuh dengan semut."

"Wah, kau selalu membuat hal yang sama setiap hari, apa ia tidak terpancing sama sekali?" Roan merangkul Hannes. "Apa yang akan kau lakukan padanya? Pelayan itu tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja."

Hannes menatap selebaran di tangannya, ia terkekeh.

"Bagaimana kalau kita tunjukkan saja kemampuan kita?"

"Ah, sungguh?" Roan mengerutkan kening, tidak percaya. "Selama ini mereka selalu dianggap remeh karena mereka selalu asal-asalan berlatih pedang.

Lebih tepatnya Hannes selalu menampilkan sisi terburuk pada sang Pelayan yang menjadi mata-mata dari keluarga Wilder.

"Ya."

Dua orang itu saling tersenyum, Roan meraih pedang kayu yang ada di sudut dan mengisyaratkan kalau ia siap.

BRAK!

Pintu yang tertutup ditendang, Pelayan setengah baya yang sedari tadi membersihkan ruang kerja memutar bola matanya dengan kesal.

"Hannes, sudah kubilang jangan membuat keributan, apa kau pikir hanya kau saja yang aku urus di Midston?!"

Pelayan itu selalu berusaha menahan emosi setiap hari, anak tidak tahu diuntung keluarga Wilder ini benar-benar membuatnya kesal.

BRAK!

Suara meja ditendang terdengar, Pelayan itu mendengkus, ia tidak bisa menahannya lagi, terlalu melelahkan mengurus rumah agar tetap rapi dan sekarang anak tidak tahu diuntung ini akan membuat kekacauan di istana kecilnya lagi?

"Hannes! Kalau kau membuat berantakan lagi, aku akan membiarkan kau tidur di kandang kuda dan jatah makan malammu selama sepuluh hari tidak ada!"

Hannes dan Roan saling lirik, ancaman seperti memang selalu ada, hampir setiap hari. Mungkin kemarin-kemarin mereka akan patuh dan pergi, tapi hari ini.

PRANG!

Roan sepertinya benar-benar mengerti apa yang dipikirkan oleh Hannes, ia melempar piring buah di meja.

"Ups, sepertinya aku tidak sengaja."

Hannes mengayunkan pedang kayu di tangannya, menabrak bejana kaca di atas meja, tidak hanya itu saja, pedang kayu menyapu lemari yang ada di samping membuat suara pecahan berderak dengan nyaring.

"Hannes!"

Sang Pelayan turun dengan murka, membawa turun sapu di tangan kiri, ketika ia turun semua kemarahan yang ia miliki menjadi tersangkut di tenggorokannya.

"Apa?"

Hannes tersenyum miring, matanya yang berwarna hitam itu terlihat berkilat, tatapan acuh yang biasa ia tampilkan kini telah berubah dengan tatapan tajam dan tubuhnya yang biasanya meringkuk, kini berdiri tegak.

"Aku bilang apa?" Hannes mengulang perkataannya, bahkan suara yang biasa sang pelayan dengar pun berbeda, kali ini suaranya terdengar dingin dan penuh penekanan.

Ini bukan Hannnes yang biasa ia lihat selama dua belas tahun ini.

Ini ....

Apakah ia telah melewatkan sesuatu?

Sang Pelayan diam-diam menelan ludah, kaki terasa gemetar, terasa seperti kelinci yang tengah dipojokkan serigala. Matanya melirik ke arah pedang kayu, itu bukan postur asal-asalan.

Hannes bisa menggunakan pedang? Ah, tidak ... lebih tepatnya ia bisa menggunakan teknik berpedang?

Tidak mungkin! Selama ini ia menutup semua akses untuk Hannes belajar berpedang, bahkan semua pengawal yang menjaga rumah ini tidak ia perbolehkan membawa pedang sungguhan, tidak ada yang melatih Hannes, ia hanya membiarkan anak itu bermain pedang kayu ....

Darimana Hannes belajar?

Gigi sang Pelayan gemerutuk, ini sama sekali tidak masuk di akal sehatnya, bahkan jika Hannes belajar sendiri, ia pasti tidak akan bisa mengalahkan dirinya yang telah belajar pedang.

"Sial, selama dua belas tahun, apa semua itu hanya kepura-puraan?"

Hannes tidak mengatakan apa-apa, tapi kemudian ia melihat sang Pelayan mendapatkan kepercayaan dirinya dan membuang ujung sapu.

"Apa kau pikir dengan menjadi pemberontak bisa menjadi lawanku?"

Ia adalah pelayan khusus, selama dua belas tahun ini sepertinya ia terlalu banyak santai sampai ia mulai lengah.

"Kau itu hanya anak tidak jelas keluarga Wilder, jangan berharap terlalu banyak karena kau akan menderita."

Hannes mengangkat pedang, Roan diam-diam menyingkir mundur.

"Oh, apa kau pikir selama ini aku kurang menderita?"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang PemburuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang