Bagian I

112 7 0
                                    

askanazian_ Buka IG->liat post ini->like->mau komen->buka kolom komentar->mikir mau komen apa->mikir lama->nulis komen->hapus->nulis lagi->kirim->komen terlalu astaghfirullah->hapus komen->balik->liat post-an Keenan lagi->nulis sebegini panjangnya karena bingung mau komen apa->well, akhirnya kirim komen (yang ini pasrah). Maapin ya Kin (akhirnya bisa manggil setelah sekian lama cuma bisa bengong depan kulkas minimart mandangin yoghurt merk Kin @athayakeenan

524 weeks ago

"Zizi! Sempet-sempetnya ya kamu," bisik Alya dengan suara tertahan.

"Apaan sih, Al," balasku dengan suara nyaris berbisik sambil menyimpan ponselku cepat.

"Sehari aja nggak nge-halu bisa nggak sih? Keenan, Keenan, Keenan muluuuu. Mau kamu pantengin seribu taun juga tetep nggak bisa keluar dari layar ponsel tau!"

"Hehehe yaudah sih nggak apa-apa. Namanya juga berharap ya kan?"

"Daripada ngarepin yang nggak pasti, mending kamu nyari cowok sana. Lagian, masa dari dulu nggak laku-laku sih?"

"Pait banget dah tuh mulut," ujarku sarkastis.

"Gimana nggak sih, Non?! Seorang Askana Zian Gantari yang serba sempurna gini. Halo?! Disini yang buta itu kamu apa cowok-cowok diluar sana sihhh? Kamu tuh udah wife material banget, Zi. Apa sih yang kurang? Nunggu apaan lagi?!"

"Seandainya kau jadi dirikuuuu~" ujarku memasang muka patah hati sembari melantunkan tembang milik Judika.

"Btw, mau cerita? Biasanya kalo kamu udah desperate ngeliatin IG Keenan mulu, berarti ada masalah," tembak Alya cepat dengan atensi penuh padaku.

"Well, kamu inget yang diomongin Aiden sebulan yang lalu nggak?"

"Hah? Mana aku tau Zian.. Ngapain pula aku inget-inget omongan dia. Udah deh, nggak usah tebak-tebak buah manggis. Apaan?" lanjutnya dengan raut menyebalkan.

"Dulu kan Aiden pernah bilang kalo dia pusing gara-gara Mama Rinda terus nanyain calon istri. Malahan, akhir-akhir ini mama Rinda sampe ngerancang blind date buat Aiden. Kamu kenal Aish, kan Al?"

Alya mengangguk bingung.

"Nah, Aiden mau tunangan sama dia."

"What the he-hmmph?!" aku membekap mulutnya yang ingin mengumpat atau apapun itu.

"Bentar, jangan kesel dulu. Kita kesel bareng-bareng abis ini, oke?" saat kulihat dia menggangguk masam, aku melanjutkan. "Gue juga baru aja dikabarin. Tadi pagi, dia dateng ke rumah. Cerita kalo dia secara tiba-tiba ngalamin what people called as love at first sight. Dia bilang, 'kenapa ya, gue nggak tau Aish dari dulu? Padahal dulunya kita semua sekampus."

"Dia bilang, dia nggak mau mengulur waktu. Katanya, dia udah yakin sama Aish dan mau ngabisin hidupnya bareng dia. Mereka baru kenal sebulan dan minggu depan udah mau tunangan aja."

"Tadinya aku juga kesel sama dia. Kenapa Aiden nggak kasih tau kita, padahal tiap hari juga ketemu. Kenapa dia ngerencanain hal besar ini sendiri, tanpa bilang ke kita. Well, seenggaknya, sebagai sahabat kita bisa lah bantu-bantu dikit. Dan voilà ini undangan udah siap sebar aja."

Alya diam, meneliti undangan yang kuberikan padanya. Setelahnya, kurasakan dia memelukku erat.

***

Ballroom Hyatt Regency Hotel tampak luar biasa. Rangkaian white tulip, bunga kesukaan Aish-atau begitu lah yang aku dengar dari segerombol cewek di depan pintu masuk yang mendadak jadi kritikus acara pertunangan orang lain-tampak menghiasi sudut-sudut ballroom. Foto manis keduanya menyambut para tamu.

SENANDIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang