"Kayanya Keenan udah tau deh, Zi," ujar Alya keesokan harinya.
"Tau apaan deh Al?" ucapku sambil menaburkan bawang goreng di atas bubur ayam.
"Tau tentang kamu, lah," aku mendengus pelan sambil mengibaskan tangan padanya. Mana mungkin.
"Mending kamu milih film sana. Hush, hush..," aku mendorong punggungnya menuju kamar tidurku, memaksanya memilih film di Netflix sementara aku menyelesaikan urusan dapur.
"Ngapa sihh Ziii.. Ini kamu ya yang tadi mulai bahas-bahas Keenan," Alya menghentak-hentakkan kaki kesal dan membanting tubuhnya ke kasur.
"Ya iyaa. Tapi kita udah berspekulasi tentang kejadian kemarin dua jam penuh lho Al. Aku nggak mau berharap lagi. Aku udah puas mengagumi dia dari jauh. Aku udah ngerasa cukup dengan pertemanan kita yang sekarang. Ya, at least, sekarang dia udah notice dan nganggap aku temen, kan?"
"Tapi kan-"
"Sstt. Udah diem. Tunggu sini bentar, pilih filmnya, aku balik ke dapur bentar ngambil amunisi buat nonton. Oke? Bye."
***
Aku kembali beberapa menit kemudian dengan nampan berisi bubur ayam, cokelat panas, dan martabak telur. Aku meletakkan semuanya di meja lipat kecil sebelum naik ke tempat tidur.
Alya bergelung di kasur dengan tampang cemberut. Dia melemparkan remote ke sisinya dan beringsut ke sisiku, "Nggak ada film yang bagus," adunya.
"Katanya mau nonton Culpa Mia?" godaku sambil mulai mengetik film dari Spanyol itu.
"Bosen, ah. Udah nonton seribu kali. Lagian, gue lagi kesel sama Gabriel. Bisa-bisanya dia milih sama tante Nuri dibanding sama Nicole," bibirnya mengerucut, mengingatkanku akan gosip panas yang dia bagi padaku beberapa hari yang lalu tentang skandal selebritis Spanyol yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya.
"Itu kan Gabriel. Kita sekarang lagi nonton Nick, kan. Katanya kamu jatuh cintanya sama Nick, bukan Gabi," aku menyenggol bahunya sambil tertawa pelan.
"Huft. Ya tapi aku udah illfeel sama dia, Al," ujarnya geregetan.
"Nikmati karyanya. Bodo amat sama kehidupan pribadinya. Ya nggak?" Alya mengangguk dengan wajah malas.
Akhirnya, kami menonton film itu. Atau lebih tepatnya, film itu yang menonton kami berbincang ngalor-ngidul. Alya menceritakan tentang rekan kerja barunya yang menurutnya menyebalkan.
"Dih, eneg banget aku sama gayanya, Zi. Dia tuh contoh sempurna pohon yang tercabut dari akarnya. Dia kan blasteran Jawa-Minang, bukannya Jawa-Londo. Gayanya, beuh... Ngomong full bahasa inggris dengan aksen ke-british british-annya itu, branded from head to toe, makanan ala-ala kerajaan Inggris.."
"Dan yang paling bikin aku nggak tahan adalah sikap bossy dan borjuisnya, Zii. Mulut lemesnya juga, ngatain kalo local brand tuh bad quality kalo dibandingin sama brand luar. Udah mending dia ditempatin di Singapore, ngapain juga balik kesini sih," Alya menggeram sambil menarik rambutnya pelan, membuatku terpingkal-pingkal hingga kram.
"Stop, Al. You're going to kill me," ujarku terbahak sambil memegangi perut.
"Ati-ati loh, yaa. Nanti benci jadi cinta lagi," ucapku yang membuatnya makin mencak-mencak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA
ChickLitAskana Zian Gantari memiliki prioritas dalam hidupnya: keluarga, karir, dan dirinya sendiri. Dia sudah mematikan angan-angannya tentang cinta dan hidup menua bersama orang lain. Sayangnya, alam semesta selalu memberinya kejutan dan dia benci menjadi...