BAB 01 : permen kapasku

2.6K 217 75
                                    

Halo Moy!

kabar bagaimana?

Jaga kesehatan selalu!

Jaga kesehatan selalu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Duniamu terlalu indah. Begitu banyak tawa dan kasih sayang di dalamnya. Terlalu munafik jika aku tidak ingin hadir di tengah-tengah keramaian itu.

°°°

Indonesia, beberapa tahun setelahnya...

Hiruk pikuk keramaian pasar malam begitu terlihat menyenangkan dari kejauhan. Tawa senang dari para pengunjung mendominasi keramaian malam ini.

Semua nampak senang menghabiskan waktu di sini. Mencoba semua wahana yang ada, tak lupa ikut mencicipi berbagai jenis jajanan yang ada.

Dinginnya angin malam seakan menyatu dengan kedatangan seorang lelaki yang baru saja turun dari motor sport miliknya.

Mata tajamnya meneliti sekeliling, mencari satu objek yang menjadi alasannya datang kemari.

Beberapa detik mencari, mata setajam elang itu akhirnya menemukan apa yang ia cari. Dengan langkah besar, ia mendekati tujuannya, menghiraukan berbagai kesenangan di sekelilingnya.

"Pak, permen kapasnya satu yaa!" Ia mengernyit saat gadis kecil dengan boneka beruang di pelukannya itu memesan lebih dulu daripada dirinya.

Terlihat senyum manis menghiasi wajah yang tak dibalut polesan make up sedikitpun. Mata bulatnya menatap kagum setiap permen kapas yang ada di depannya.

"Loh, tapi mas nya duluan yang dateng. Jadi, masnya dulu ya yang bapak layani. Mas mau rasa apa?" tanya bapak penjual permen kapas dengan ramah. Lelaki dengan balutan jaket itu hendak menjawab namun gadis kecil itu lebih dulu menyela.

"Aduh tapi Ara harus cepet balik, Abang udah nunggu. Kalau Ara ga balik nanti ketahuan kalau Ara pergi beli jajan bukan ke toilet, nanti Ara dimarahin. Boleh ga Ara yang duluan? Ara cuman beli satu doang ga bakal lama kok. Beneran," ucap gadis kecil itu penuh harap.

Mata bulatnya menatap penuh harap pada lelaki yang menatapnya dingin. "Hm," jawab lelaki itu dengan deheman yang membuat gadis dengan sweater rajut itu meloncat kesenangan "Ara mau yang itu, yang rasa Taro. Satu yaa!" pesannya yang diangguki bapak penjual tadi.

Mata bulat Ara tampak begitu kagum pada setiap proses pembuatan permen kapas pesanannya. Tanpa sadar lelaki jangkung di belakangnya ikut mengamati setiap gerak gerik gadis yang nampak begitu asing namun begitu menarik perhatiannya.

"Yeay udah jadi! bentar ya pak, Ara ambil uang Ara dulu." Bapak itu mengangguk, dan sibuk menyiapkan pesanan selanjutnya.

Gadis kecil itu merogoh tas selempang miliknya, mencari uang yang seingatnya tadi sudah ia masukkan ke dalam sana. "Loh kok ga ada sih." Herannya sambil terus mencari.

"Tadi udah Ara masukin kok uangnya, kok ga ada ya? apa jatuh?" Gadis itu terus mencari sambil berceloteh, hingga pesanan lelaki yang ia suruh mengalah itu sudah selesai dan ia belum kunjung menemukan uang miliknya. "Gimana non? jadi apa enggak nih belinya?" tanya bapak penjual itu yang membuat atensi Ara teralihkan.

Dengan pipi gembulnya itu ia mengangguk lucu. Tapi kemudian menggeleng, "Uang Ara hilang. Tadi ada di tas, sekarang hilang ga tau kemana. Boleh ga kalau Ara beli pakai permen ini aja?" tanya gadis dengan rambut yang dikuncir bak ekor kuda itu sambil menunjukkan lima biji permen di telapak tangannya.

"Yaa mana bisa gitu atuh non, nanti bapak rugi. Udah ga jaman juga non barter. Apalagi pakai permen lima biji doang. Rugi gede nanti saya non."

Mendapat penolakan seperti itu gadis itu cemberut. Dengan lesu ia berbalik dan hendak pergi namun cengkraman tangan lelaki di sampingnya membuatnya mengurungkan niatnya.

"Biar gue yang bayar," ucap lelaki itu sambil memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada penjual permen kapas.

Gadis kecil di sampingnya itu menatapnya tak percaya. "Nih. Gausah nangis, dasar bocil," ejeknya sambil memberikan permen kapas berbentuk karakter hello Kitty pesanan gadis itu.

"Loh beneran? Aaaa makasih banyak. Sebagai gantinya permen Ara yang lima ini buat kaka aja. Ara mau ngobrol sama Kaka, tapi Ara udah dicariin Abang, Ara harus pergi. Makasih yaa. Bye-bye," pamit gadis itu yang langsung berlari pergi sambil membawa permen kapasnya dengan senang.

Lelaki jakung itu menatap kepergian gadis kecil itu dalam diam. Tanpa di sadari senyuman miring tercetak jelas di wajah tegasnya itu. "Hmm, menarik."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bocil untuk Angkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang