BAB 08 : Hukuman menyenangkan

338 33 10
                                    

HALO MOY!

Senang sekali bisa kembali menyapa kalian ><

rindu tidak dengan kisah sederhana ini?

kalau rindu coba sebutkan satu alasan kalian kenapa dan siapa yang kalian rindukan? di sini 👉🏻

semoga segala bentuk perasaan kalian bisa tersampaikan dengan baik ya, jangan di pendam, biarkan ia menyatu dengan keindahan alam raya ini.

Jaga kesehatan selalu dan jangan lupa tersenyum yaa!

Jaga kesehatan selalu dan jangan lupa tersenyum yaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Semua yang berpijak selalu memiliki jalannya sendiri, jika tak nampak maka angin alam raya sendiri yang akan mengantarkannya.

°°°

Deruman motor yang seolah tengah bersahut-sahutan membuyarkan fokus para siswa yang tengah mengikuti upacara bendera.

Para guru yang melihat beberapa anak didiknya tengah berada di depan gerbang sekolah dengan seragam yang acak-acakan itu menghembuskan nafas panjang, mereka nampak berulang kali mengusap dada mereka dengan sabar.

"BERAPA KALI SAYA HARUS BILANG KE KALIAN?! HARI SENIN MASUKNYA LEBIH PAGI, KENAPA MALAH JAM SETENGAH DELAPAN GINI BARU BERANGKAT?! KALIAN MAU MALU-MALUIN SAYA?!" Teriakan yang terdengar memekakkan telinga berasal dari guru cantik dengan tongkat kayu di tangannya, tak lupa dengan kacamata andalannya, ia menatap para anak muridnya itu dengan tatapan penuh murka.

Sedangkan, yang di tatap hanya memandang tanpa ekspresi. "TURUN KALIAN! NGGAK PUNYA SOPAN SANTUN SAMA SEKALI! SAYA SEDANG BICARA DENGAN KALIAN!"

Dengan pandangan lelah mereka turun dari atas motor dan berdiri dengan rapi. "KALIAN INI! BIKIN IBU MALU AJA! TIAP HARI BOLOS MULU?! KALIAN NIAT SEKOLAH APA ENGGAK?!" Lelaki yang paling terlihat lucu nan menggemaskan di antara teman-temannya itu menggeleng dengan lucu.

"Kalau kita nggak niat sekolah ngapain coba kita ke sini Bu Mel-Mel, jam segini mending bobo aja di rumah," sahutnya yang sontak mendapat plototan tajam dari teman-temannya.

Mereka sedang sama sekali tidak mood berdebat dengan guru muda ini. Sudah cukup mereka menanggapi geng sebelah yang secara tiba-tiba menyerang markas mereka.

"Diem cil," peringat teman di sampingnya, Xavier pada Gala. Gala hanya memutar bola matanya malas.

"KALIAN BENAR-BENAR SUDAH KELEWATAN KALI INI! CEPAT IKUT IBU KE LAPANGAN!" Perintah Guru dengan name tag Melicya Dewi itu seraya menyuruh satpam membuka gerbang mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bocil untuk Angkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang