6. Hope

1.5K 30 15
                                    


"Aku akan kembali ke Jakarta."

Grace melirik Ken sekilas lalu memutar bola matanya dengan malas. Memang apa perdulinya. Grace tidak menjawab, melanjutkan kegiatan nya yang di lakukan nya sejak setengah jam lalu, mengaduk minuman nya tanpa meminum nya sama sekali. Tangan nya bertumpu di pipi, tidak berminat menatap ke arah Ken sama sekali. Tepat nya Grace masih terbayang akan kejadian tadi malam antara dirinya dan Ken. Grace bahkan sepenuhnya sadar saat mereka akhirnya melakukan itu. Ken terus membujuknya meskipun Grace berkali-kali menolaknya.

Ada rasa takut yang menghantuinya setelah melakukan hal itu dengan Ken, tentu saja Lily. Grace menghembuskan nafas gusar, Ken yang memulai semua ini. Seperti sekarang, pria itu lagi dan lagi menculiknya seperti sebuah kebiasaan, membawanya ke kamar pria itu dengan paksa, tanpa meminta persetujuan Grace. Bahkan pria itu selalu bertindak sesuka hatinya. Meskipun di dalam hati Grace juga terngiang dengan kejadian semalam, Ken yang begitu panas...

Grace buru-buru menggelengkan kepalanya saat fikiran nya mulai terbayang-bayang oleh Ken dan permainan panas nya. Sejujurnya Grace merasa malu untuk bertemu Ken sekarang, Grace tidak bisa menghentikan fikiran liarnya setiap kali menatap mata Ken. Mata yang memandangnya dengan sensual...

"Bodoh."

Kembali Grace memukul kepalanya dengan kencang saat fikiran mengenai Ken yang liar kembali bermunculan.

Kini tatapan nya beralih ke arah Ken yang memperhatikan tingkahnya dengan seksama.

"Besok pagi." lanjut Ken, seolah Grace bertanya kepadanya.

"Aku tidak perduli." jawab Grace malas.

Tanpa menjawab nya, Ken berdiri menghampiri Grace yang duduk di kursi meja makan, mendekati wanita itu yang tetap tidak meminum minuman nya.

"Berikan ponsel mu."

Ken mengambil ponsel Grace yang ada di atas meja. Grace yang melihat Ken melakukan itu mencoba berdiri untuk mengambil kembali ponselnya.

"Apa kau bisa bersikap lebih sopan?"

Seperti sebelumnya, Ken tidak akan pernah menjawab semua pertanyaan Grace, kecuali pria itu benar-benar ingin menjawabnya.

Ken mengetikan sesuatu di ponsel Grace, kemudian tak lama terdengar bunyi dari ponsel Ken sendiri.

"Aku akan menghubungi mu lagi jika kau sudah kembali."

Ken menaruh kembali ponsel Grace ke atas meja kemudian duduk di atas sofa tanpa memperdulikan Grace yang marah kepadanya. Ken menepuk sofa di sebelahnya yang kosong, memberi isyarat agar Grace bergabung dengan nya. Grace hanya mendelik, untuk apa ia harus menurut dengan pria itu.

Tak memperdulikan Ken, Grace kembali kepada kegiatan awalnya yang hanya mengaduk minuman yang sudah tidak lagi dingin itu.

"Kemari atau aku yang akan menghampirimu." ujar Ken saat Grace mengacuhkan nya.

Grace menghela nafas kesal. "Kenapa aku harus menurutimu."

Kekesalan nya kian bertambah, seolah-olah pria itu punya hak atas dirinya. Ken memang memabukan, namun sikap pria itu yang seenak nya kepada Grace tidak bisa di biarkan, seolah perasaan Grace berubah-ubah setiap detiknya. Kadang mengagumi, kadang merasa ingin membunuh pria itu.

Ken beranjak dari tempat duduknya, benar-benat membuktikan ucapan nya saat mengatakan ingin menghampiri Grace. Grace melirik langkah Ken dengan lirikan tajam, seolah tak gentar dan menunjukan keberanian nya, yang nyatanya Grace sedang gugup dan gemetar saat ini, namun ia tidak bisa menunjukan perasaan itu di depan Ken saat ini. Bisa-bisa pria itu merasa senang karena berhasil mengintimidasinya.

My Friend's Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang