“Kenapa aku harus melihatnya? Kenapa aku harus selalu melihat punggung orang yang aku sukai pergi menjauh dariku?”
Laura, Senia dan Alexa berpisah di depan sekolah, untuk berjalan pulang masing-masing. Laura memilih menunggu disana, menunggu kehadiran Asrar yang berjanji akan menemuinya setelah festival di depan sekolah.
Cukup lama dirinya menunggu, tapi Asrar tetap tak terlihat batang hidungnya. Ia pun membuka roomchat Asrar dan menulis pesan juga menelphonnya. Dari arah belakangnya, seseorang berjalan dengan mengendap-endap menuju Laura berada. Sayangnya orang tersebut tertangkap basah oleh Laura.
“Vina” Panggilnya, Vina pun tersenyum.
“Laura.. gue tadi lihat penampilan lo, bagus banget!” Ucapnya “Terimakasih, kalau gitu permisi” Pamitnya, menuruni beberapa anak tangga.
Vina pun berniat kembali kedalam, tapi niat itu ia kurungkan. Dirinya malah berbalik dan mengejar Laura. Sebelum Laura berbalik sempurna, dirinya sudah terdorong oleh Vina hingga terjatuh.
“Ini bukan kesalahan lo.. ini benar, ini adalah kebenaran.. jika seseorang harus dikorbankan maka dia orangnya” Ucapnya pada dirinya sendiri, sambil melerai rambutnya berulang kali.
Alvaro yang baru tiba dan melihat keadaan laura, bergegas menghampiri Vina yang terlihat sangat syok.
“Varo.. varo! Laura kehilangan keseimbangannya lalu.. lalu dia terjatuh!”
Alvaro hanya menatap Vina sekejap, dan bergegas menelphon ambulance setelah tiba, dirinya membawa Laura dan menuju kerumah sakit bersamanya. Cessa dan Asilla bergegas menuju IGD untuk menemui Alvaro dan Laura. Asilla langsung memeluk tubuh mungil milik Laura sambil melerai puncak rambutnya.
“Keadaan pasien tidak terlalu serius, dia hanya pingsan karena terkejut dan ada beberapa luka kecil ditubuhnya, dengan pengobatan maka luka pasien akan sembuh” Jelas dokter.
“Terimakasih, dok” Ucap Cessa, lalu menenangkan Asilla “Dia akan membaik”
Asrar dan Ranendra baru tiba dirumah sakit untuk melihat keadaan Laura. Saat itu juga lah Laura baru saja siuman. Asrar duduk di samping bangsal rumah sakit, sambil menatap dingin kearah Laura.
“Maaf” Bujuknya, tetapi Asrar tetap menatapnya dingin “Kalau gue ga mau maafin lo, gimana?” Tanyanya.
Laura menggigit bibirnya “Kalau gitu, jangan temui gue lagi!” Ucapnya, menutupi diri dengan selimut.
“Ura.. ura..” Panggilnya “Ra, yaudah gue pergi ya” Tak ada jawaban.
Asrar pun berjalan menjauh, tak lama dari itu Asilla tiba dan menampar pipi Laura. Melihatnya, Asrar berjalan mendekat. Asilla memeluk Laura yang tak dibalas oleh gadis itu.
“Maaf, maafin mama sayang..” Ucap Asilla.
Asilla memperbaiki rambut Laura yang menutupi wajahnya “Jaga diri mu, ya? Kalau kamu sakit, bakatmu ini akan sia-sia”
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Times || Treasure [END] ✓
Fiksi RemajaThe penthouse x Treasure ❗JANGAN MEN-COPY PASTE KARYA ORANG LAIN❗ Bagaimana rasanya menjadi second choice dalam keluarga dan pertemanan? Pasti sangat tidak menyenangkan. Itulah yang dirasakan Laura, sebelum bertemu dengan Asrar. Asrar menjadikannya...