IV-PURNAMA

3.5K 287 41
                                    

Berdiri dengan kedua kakinya namun tidak bertahan lama sebelum akhirnya ia bersimpuh di depan kekalahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berdiri dengan kedua kakinya namun tidak bertahan lama sebelum akhirnya ia bersimpuh di depan kekalahannya.

"Redamkan amarahmu."

Sebuah nasihat yang  terdengar tidak bersahabat bagi telinganya. Ia bergeming masa bodoh, tidak peduli bahkan terlihat memutar bola matanya jengah.

"Semakin banyak emosi serta amarah yang kau keluarkan maka akan semakin terkuras pula tenaga yang harus kau curahkan."

Masih bicara seakan-akan kalimatnya telah didengar dan disimak dengan baik.

"Mungkin kalimatku tidak terdengar berguna atau pun memiliki arti, tapi suatu saat kau akan menyadarinya. Bahwa nasihat ini begitu penting untukmu."

"Ya, terima kasih jika begitu."

~





Haechan terbangun dalam keadaan lemas, tanpa tenaga. Namun tetap saja, ia masih merapalkan nama ayahnya yang ia harapkan untuk segera datang dan menyelamatkannya.

Haechan tahu, meski ayahnya kejam tapi sosok itu tetap menyayanginya. Itulah yang dia percaya.

Tali melilit kedua tangan dan kakinya, ia berada dalam posisi duduk, meringkuk dengan menyembunyikan muka di dalam lutut. Ia lupa dan tidak tahu ini sudah masuk hari ke berapa dia tersekap di dalam gudang gelap, sempit, sumpak dan mencekam ini. Namun pelan-pelan dia merasa kelaparan, hal yang tidak pernah dia rasakan karena dia selalu mendapatkan pelayanan terbaiknya jika di dalam istana. Pernapasannya juga terasa tidak nyaman, ia tidak terbiasa dengan paru-paru dalam wujud manusianya, seperti dia merasakan udara ini bercampur dengan cairan empedu yang membakar, pahit sekaligus menusuk hidung. Tanpa pakaian atau sirip dan sisiknya yang tebal, dia kedinginan. Perasaan paling tidak alami di dunia karena ia menghabiskan seumur hidupnya di dalam air, di dasar laut terdalam yang sangat dingin. Yang seharusnya itu telah membuatnya sangat terbiasa dengan belenggu rasa dingin ini.

Akan tetapi demikianlah, ini aneh dan dia tidak bisa menjelaskan apa yang sedang tubuhnya rasakan, sama sekali.

"Sshh!" Haechan hanya bisa mendesis tertahan karena bibirnya masih teredam oleh kain. Bibirnya terlihat membiru, tidak ada warna semerah darah yang pekat, benar-benar biru dan terlihat kering dan memiliki banyak retakan.

Seluruh badannya terasa kaku, seakan-akan berubah menjadi kebas akibat dingin yang menyelimuti. Jujur saja dirinya mendambakan kehangatan, dan cahaya sinar matahari, bahkan seandainya sinar itu terasa samar tapi jika ia mendapatkannya maka jelas ia akan mengais dan menikmatinya dengan sebaik mungkin.

"Kau yakin mau melakukan ini?"

Haechan mendongak, jaraknya cukup dekat dari tempatnya meringkuk, dia mendengar ada suara lelaki dan perempuan yang saling berbisik. Aneh sekali, padahal biasanya ia masih mampu mendengar suara orang lalu-lalang di sekitar gudang ini, entah dari atas, depan gudang, suara ketukan langkah kaki mereka masih bisa ia tangkap sekalipun itu terdengar samar.

GOLD DUST UNDER THE SEA {MARKHYUCK}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang