I - HUDASH

9K 395 41
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***Suara pekikkan nyaring yang terdengar begitu menusuk telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Suara pekikkan nyaring yang terdengar begitu menusuk telinga.
Aku menoleh sembari menggigit bibir bawah cemas, penuh rasa takut. Akan tetapi hal yang bisa aku lakukan hanyalah bersembunyi dan tetap diam.

"Bunuh semua orang yang ada di sini! Pastikan untuk tidak menyisakan satu orang pun!"

Aku menggigit bibir bawahku dengan semakin kencang begitu mendengar suara itu, aku hampir tak bisa menahan pekikkanku begitu mendengar gema perintah yang terdengar sangat mengerikan, penuh ancaman mengisi seluruh penjuru malam yang begitu gelap gulita bahkan tanpa sekadar cahaya dari sang purnama, benar-benar pekat dan hanya berisikan merah dari darah yang mangambang di mana-mana.

Orangtuaku sudah mati, dengan harpun yang menancap dan menembus tepat di jantung mereka. Aku menangis histeris karena itu terjadi tepat di depan mataku, aku ingin menyelamatkan mereka namun apalah daya... Aku hanya bocah bau kencur yang masih belum bisa melakukan apa-apa sendiri, detik ini saja untuk sekadar bernapas aku sungguh merasa payah apalagi hingga berjuang untuk menyelamatkan mereka, yang ada aku juga akan ikut mati mengenaskan seperti mereka.

"Apapun yang terjadi, terus sembunyi dan sembunyi. Selamatkan dirimu untuk membalaskan dendam semua Bangsa kita, sayang. Kau dengar itu?! Sembunyi sedalam dan sejauh mungkin!"

Aku masih ingat bagaimana bergetar dan lirihnya suara ayahku saat memberi arahan agar aku sembunyi. Aku tak bisa menolak, hanya patuh ketika punggungku mendapat dorongan keras dan badanku akhirnya terlempar.

"HABISI SEMUA!"

Sekali lagi aku mendengarnya, tubuhku merinding hebat.  Bagaimana dan mengapa nasib nahas ini harus menimpaku, terlebih bangsa kami? Aku ingin menjeritkan protes, ketidakterimaan terhadap bencana dan musibah yang sangat mengerikan ini pada sang Kuasa. Seandainya aku bisa menghadap maka tangan kecilku jelas sudah mendaratkan satu tamparan keras di wajahnya.

GOLD DUST UNDER THE SEA {MARKHYUCK}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang