XIX-RANGKUMAN CINTA

3.1K 197 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Satu..."

"Dua..."

"Tiga..."

Haechan sedang menapaki sambil menghitung anak tangga, hendak naik menuju ke geladak atas demi mendapatkan angin segar setelah semalaman penuh terjebak di dalam ruangan kamarnya yang pengap.

"Empat-WAH!" Ada seseorang yang datang dari belakang, menggendongnya secara tiba-tiba, sangat mengejutkan.

Dan pelakunya adalah Mark.

Haechan memegang bahu pria itu kuat, sebenarnya memalukan diperlakukam seperti ini di hadapan banyak orang, karena ini masih siang hari dan kru milik Mark masih banyak yang berseliweran di sekitar geladak, mereka semua menatapnya bersama Mark, dengan tatapan yang untungnya bersifat sekilas. Tapi untuknya hal itu tetap membuat ia merasa tidak nyaman.

"Kenapa semua orang melihatku-kita, entah kenapa rasanya aneh sekali saat harus berakhir menjadi pusat perhatian begini." Gumam Haechan, dia lebih memilih memandang kancing baju milik Mark alih-alih menatap sekitar, pada orang-orang yang sedang sibuk memerhatikan dirinya bersama Mark.

"Kau menawan, itu cukup untuk membuatmu jadi bahan perhatian." Mark membawa Haechan ke geladak, dan Haechan mengikuti ke mana saja akan dibawa asal itu bisa membuatnya menikmati segarnya angin laut di pagi hari.

"Boleh tidak?" Tanya Haechan, ia menangkup kedua pipi Mark ketika Mark menurunkannya.

Mark menautkan kedua alis.

"Boleh apa?" Bertanya heran.

"Boleh tidak aku muntah di mukamu, mual sekali mendengar kalimat picisan tadi." Haechan merasa geli dengan hal -semacam gombalaan yang dikeluarkan oleh Mark tadi.

Mark terkekeh pelan, ia duduk di sebelah Haechan dan memandang langit yang pagi ini sangat cerah, nampak biru tanpa berkabut awan segumpal pun.

"Haechan. Purnama nanti, aku harap kau tidak menampakkan diri di hadapanku dan akupun berusaha untuk menghindar darimu."

Haechan terkejut ketika Mark langsung mengajaknya untuk membahas hal ini ketika mereka bahkan baru beberapa saat lalu mendudukkan diri. Haechan menoleh, ia menatap Mark lekat-lekat. Padahal juga purnama masih lama, masih sepekan lagi, namun Mark memeringatinya seakan itu akan terjadi nanti malam. Mark membalas tatapan Haechan dengan tidak kalah lekat, Haechan membacanya sebagai rasa bersalah yang besar yang berusaha Mark sampaikan.

Penyesalan, sebuah kesalahan yang tidak ingin diulangi kembali oleh Mark. Haechan senang dengan hal itu, Mark juga terlihat benar-benar serius dalam mengutarakan rasa sesalnya itu.

"Bagaimana jika aku pergi jauh darimu sekalian, kau masih punya beberapa purnama ke depannya."

"Sejauh apa?" 

"Jauh sekali dan tidak usah kembali."  Haechan tidak serius dengan kalimatnya, ia hanya ingin mengajak Mark untuk bercanda akan tetapi sepertinya Mark tidak bisa menangkap itu sebagai candaan. Lihatlah tatapan sendu, sedih yang ditampilkan oleh pria itu kepadanya, bahkan sampai termenung tanpa keluar kata sedikit pun.

GOLD DUST UNDER THE SEA {MARKHYUCK}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang