XI - MUSIM SEMI

4.7K 299 46
                                    

"Saat kita sampai di pulau Ogls, di sana kita bisa membeli banyak pakaian baru."

Haechan membiarkan Sohee bercerita sedangkan ia mulai sibuk melamun karena tadi malam ia sempat bermimpi mengenai kedua temannya, Younjung dan Debi. Haechan membayangkan keduanya, pergi jauh dari Magie dengan semangat membara -hanya hal itu saja yang mereka andalkan, selayaknya rela memertaruhkan segalanya tanpa perencanaan yang baik dan matang, tanpa bekal mumpuni yang bisa mereka pakai untuk setidaknya melindungi diri. Keduanya, sama-sama ceroboh, gegabah, minim kemampuan, dan sedikit...

Bodoh....

Bersedih karena mereka harus berakhir tewas dengan mengenaskan, dan itu demi dirinya. Perasaan bersalah, Haechan masih menyimpannya seakan itu penyakit yang bersifat abadi. Kesengsaraan, pesakitan yang keduanya rasakan ketika berada dalam ambang sekarat, menuju kematian, semua itu menggelayut di belakang punggungnya seakan ia juga bisa ikut merasakan dan menanggung hal-hal yang mereka rasakan.

"Hei! Jangan melamun! Pegang ini!" Sohee tidak suka ketika perkataannya tidak digubris sama sekali, bahkan Haechan malah asik melamun.

Haechan menengadahkan tangan, beberapa keping tidak terlalu tebal, berbentuk bulat, terbuat dari emas, diletakkan oleh Sohee di sana.

"Apa ini?" Haechan menggeleng menghempaskan ingatan mengenai kawannya barang sejenak. Untuk sekarang jangan terlalu terpikirkan mengenai hal itu. Hidup masih tetap berjalan, cobalah berpikir -mengenai yang sudah mati maka biarlah mati, dan menjadi hal yang telah lalu. Menangisi sambil mengenang lama tidak akan menjadikan orang yang sudah mati bisa hidup kembali.

"Uang koin. Ini untuk transaksi. Pegang, nanti kita pakai ini untuk membeli baju baru, katamu bajumu tinggal sedikit kan?" Sohee menjelaskan.

Haechan diam cukup lama, menatap uang koin itu dengan tatapan lamat.

"Transaksi? Untuk membeli?" Istilah yang menurut Haechan cukup asing. Ia menghitung kepingan emas dalam genggaman, ada lima belas, berkilau memantulkan cahaya matahari.

Sohee mengangguk.

"Transaksi, menjual dan membeli. Di laut tidak ada istilah seperti itu?"

Haechan menggeleng, tidak ada dan sejujurnya ia pun tidak berminat untuk mendengarkan penjelasan dari Sohee mengenai hal itu. Mereka mondar-mandir di geladak, sambil Sohee menjelaskan mengenai transaksi tentang menjual dan membeli, Haechan sibuk memerhatikan awak kapal yang semua sedang menjalankan rutinitas. Ada yang tertawa-tawa seraya mengawasi laut, dan bermain kartu sambil mengisi senjata, atau pun membicarakan mengenai cerita erotis sambil menggulung tali tambang.

Mereka semua tampak damai, tak ada kepedihan karena merindukan rumah yang tersembunyi di balik mata mereka. Mereka seolah tidak keberatan direnggut dari daratan, tempat dari tempat, suku ke suku, bangsa ke bangsa, bahkan antar kapal yang satu ke lain, berkali-kali, mereka nampak terlalu santai, dan rindu merupakan keasingan yang tidak akan pernah dirasakan. Hebat sekali mereka semua, Haechan menaruh salut karena di sini keadaannya cukup menyedihkan.

Rindu kedua temannya. Rindu kerajaannya. Padahal ia pun belum selama yang lain, di mana kebanyakan mereka bahkan sudah ada yang menjalani semua ini selama bertahun-tahun lamanya.

Hebatnya.

Bagaimana mereka bisa semudah itu menjalani kehidupan nomad yang penuh akan rintangan dan seharusnya keasingan ini?

"Ya intinya adalah menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang dinilai memiliki kesetaraan nilai yang sama, layak, serta pantas. Seperti membuat sebuah kesepakatan." Ini bagus sekali, cuaca sedang bersahabat dengan mereka, perkiraan awal sampai perairan Ogls adalah sekurang-kurangnya lima bulan, namun ini baru akan memasuki bulan keempat dan mereka sudah hampir sampai di pulau tersebut.

GOLD DUST UNDER THE SEA {MARKHYUCK}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang