39). WILLIAM XXIX

11 3 0
                                    

16 Tahun lalu—Milan, Italia (2006)

.
.
.

"Vin, bicaralah denganku." Bujuk laki-laki yang kini nampak frustasi karena Kelvin lebih memilih mengabaikannya, drama persahabatan mereka kembali dimulai. Kelvin akan menyerang dengan cara silent treatment jika sudah lelah dengan William, sedang William lebih memilih untuk berkelahi. Oh, Hell bagaimana bisa dua orang ini bersatu dan menjadi sahabat bertahun-tahun.

Kelvin nampak tak terusik, laki-laki muda itu berbaring santai disofa sembari menonton drama yang ditampilkan di televisi alih-alih harus terus meladeni William. Itu melelahkan.

"Vin— Ouch." Kelvin langsung mengalihkan atensinya. Laki-laki itu bangkit dari tidurnya dan berlari kearah William saat melihat nya memegangi dadanya.

"Apa yang terjadi?" Khawatirnya.

"Tidak ada." William mengembalikan ekspresi wajahnya "Hanya mencari cara agar aku bisa bicara denganmu lagi."

'PLAKK'

"Ouch!" William meringis saat Kelvin memukul kepala bagian belakangnya dengan sangat kuat, seolah melupakan kekesalannya lewat pukulan itu "Apa aku perlu menusuk mu dengan ini—"

"—JANGAN GUNAKAN PENA!" Teriak William histeris saat Kelvin ingin menusuk nya dengan ujung pena yang runcing. Sungguh lebih baik gunakan pisau.

"Kau menyebalkan, Sat!"

"Ada apa dengan kalian?" Atensi Keduanya beralih saat kedatangan dua orang gadis disana. Lilac dan Lendrina. Kelvin menghela nafasnya lega, tidak sia sia dia menunggu, akhirnya dua gadis itu datang.

"Bagus jika kau disini, tolong jaga si brengsek ini untukku."

"Aku?" Lilac menunjuk dirinya sendiri dengan eksepsi wajah kaget. Ada Lendrina disini, bagaimana bisa Kelvin malah menitipkan laki-laki itu padanya "Ta..tapi.."

"Aku perlu bicara dengan temanmu sebentar."

"Vin!" Kesal William hingga melemparkan bantal kearah laki-laki itu. Namun untung saja tidak mengenainya atau siapapun.

"Selamat tinggal!" Tanpa permisi, Kelvin menarik tangan Lendrina pergi dari sana tentu saja diiringi teriakan William yang tak terima jika Kelvin pergi begitu saja, masalah mereka bahkan belum selesai, tapi laki-laki itu sudah langsung meninggalkan nya.

"Hei, Khun! Kemana kau akan membawaku pergi." Kelvin menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba saat Lendrina mengajaknya berbicara dengan bahasa Thailand, dia hanya sedikit kaget.

"Sejak kapan kau bisa berbahasa Thailand?"

"Tidak peduli sejak kapan! Intinya kemana kau ingin membawaku." Kesal Lendrina.

"Aku ingin menculik dan menjualmu ke para mafia New York!" Kelvin menarik Lendrina dengan susah payah karena gadis itu terus memberontak dan mencoba melepaskan diri. Kelvin tidak memberi jeda pada langkah nya yang cepat. Dia sengaja kalau tidak, mungkin saja Lendrina mempunyai kesempatan untuk menginjak kakinya.

"Lepaskan aku!" Teriak Na "Tolong!"

"Percuma berteriak, tidak ada orang disini!" Kelvin membawa Lendrina melewati lorong lorong sepi rumah sakit, dia sengaja, bahkan sangat sengaja, agar tidak ada celah untuk gadis itu meminta pertolongan pada orang lain.

"Aaa, lepaskan aku.." Rengek Na dengan suara tangis yang di buat buat.

"Aku akan mendapat banyak uang jika menjual mu pada para mafia New York!"

"KELV— Mpphhh."

Kelvin tidak tahan lagi dengan teriakan teriakan itu. Ini bahkan lebih mengganggu telinganya dibandingkan dengan suara teriakan Lilac. Jadi Kelvin memilih untuk membekap mulut gadis itu dengan tangannya dan membawa Na untuk segera pergi dari sana.

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang