43). WILLIAM XXXIII

7 4 0
                                    

16 Tahun lalu — Milan, Italia (2006)

.
.
.

"Sebenarnya.. aku tidak punya banyak ide untuk pekan ini, jadi mereka merencanakan untuk menginap di villa milik keluarga Chaud." William menutup matanya setelah ia membaringkan diri tepat disamping sang kekasih yang sedang asik memakan ice cream.

"Memangnya ada apa disana?"

"Aku tidak tahu pasti sayang, karena hunian itu adalah milik pribadi keluarga Chaud jadi moment yang sangat langkah jika Ares dengan senang hati mengizinkan kita menginap disana untuk beberapa malam."

"Aneh sekali." Na mendengus, gadis itu menaruh mangkuk ice cream nya di atas nakas dan ikut membaringkan dirinya disamping William yang nampak tenang dan tak terusik apapun "Kenapa dia berani membawa kita untuk menginap jika dia tahu aturan keluarganya."

"Dia melakukan itu untuk merayakan kita kurasa?" William membuka matanya kembali, ia menoleh untuk melihat betapa indahnya makhluk ciptaan tuhan yang berhasil dirinya dapatkan "Merayakan keberhasilan ku untuk mendapatkan mu."

"Kurasa kamu salah paham." Na mengangkat tubuhnya, ia menahan kepalanya dengan salah satu tangan untuk menatap William "Aku bahkan belum setuju untuk menjadi kekasihmu."

Air wajah laki-laki tampan itu mengeruh saat mendengar pernyataan menohok dari bibir gadis yang ia damba dambakan ini "Itu menyakitiku." Katanya seraya memegang dadanya, walaupun dia bercanda sekarang.

"Itu fakta nya.. aku belum setuju untuk menjadi kekasihmu, kau yang menganggap ku kekasihmu dengan sepihak." Na menunjukkan senyum mengejek.

"Kalau begitu.. jadilah kekasihku." William menarik salah satu tangan Lendrina hingga membuat gadis itu terkekeh geli mendengarnya.

"Kau harus bertanggung jawab atas perasaanku, kau harus menerima ku menjadi kekasihmu.. ya? ya?" William menggoyang goyangkan tangan Lendrina dia juga menunjukkan wajah memelas saat ini.

"Ya?"

"Ya?"

"Katakan ya, kau harus menerima ku, oke?"

Lendrina tertawa geli melihat tingkah William yang sekarang benar-benar memaksanya untuk menjadi kekasihnya.

"Oke.." Kata Lendrina disela sela tertawanya, ia menepuk pipi laki-laki itu "Aku mau.."

William mengulas senyumnya saat mendengar jawaban Lendrina, laki-laki itu langsung menarik gadis nya hingga terjatuh tepat diatas tubuhnya, ia memegang kedua pipi Lendrina lalu mengecup kedua pipi gadis itu berkali-kali "Aku menahan nya selama satu tahun apa kau tahu!" William terus mengecup pipi Lendrina gemas, dan si gadis hanya bisa tertawa dengan apa yang di lakukan William.

"Oke, kamu milikku sekarang." Ia mengklaim dan setelah dirasa puas laki-laki itu langsung memeluk Lendrina erat, mengecup leher sang gadis sekilas lalu menghirup aroma tubuhnya, dan kali ini lebih menenangkan daripada saat ia bersama Lilac.

Oh dia mungkin tidak memerlukan Lilac lagi sekarang, kecuali untuk menghabiskan uangnya.

"Biarkan aku berbaring.." Lendrina memukul pelan pundak William.

"Tidak." Laki-laki itu menggeleng "Biarkan aku memeluk mu lebih lama."

"Kau bisa memeluk ku juga jika aku disamping mu, itu sama saja.."

William menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya pada Lendrina, seolah enggan untuk melepaskan gadis itu sedetik saja, bisa dibilang ini adalah impiannya, berdua dan menghabiskan waktu bersama seolah tidak ada hari esok untuk melakukannya.

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang