35). WILLIAM XXV

11 3 0
                                    

16 Tahun lalu—Milan, Italia (2006)

.
.
.

Letram duduk sendiri di cafetaria rumah sakit, ditemani mug berisi teh hangat untuk menenangkan pikirannya. Helaan nafas berat berkali-kali terdengar dari sela-sela bibirnya, merasakan bahwa beban masalalu tidak pernah bisa dia lepaskan dari pundaknya.

Letram terpaksa berada dirumah sakit, untuk menjemput putrinya, dan itupun karena Lilac menelfon dan memberitahu kalau Lendrina ada disini tanpa memberitahukan alasannya. Jika saja sejak awal dirinya tahu, mungkin dia akan menyuruh Sing atau Letramon untuk menjemput Lendrina.

Bertemu Kolo, bahkan keluarga pria itu membuat Letram kembali ditarik oleh kejadian kejadian pahit masalalu. Konflik tak berujung yang masih berlanjut bahkan saat tokoh utamanya sudah mati. Letram sudah mencoba berbagai cara untuk memutuskan hubungan dengan keluarga Cassano, salah satunya memisahkan Sing dari Krist, dengan beriming-iming bahwa hubungan itu salah, Sing harus menikah dengan perempuan pilihan Letram dan menyelamatkan perusahaan keluarga mereka, walaupun nyatanya saat itu perusahaan milik keluarga Abraham benar-benar berada dipuncak kejayaan.

Dan ternyata memisahkan Sing dan Krist bukan lah akhirnya karena keluarga mereka masih terikat pada banyak bisnis yang terjalin baik, dia tidak bisa memutuskannya begitu saja, dan yang lebih sulit adalah darah daging Kolo ada bersama nya, Letram tidak setega itu untuk memutuskan hubungan darah antara anak dan ayah.

Melihat Kolo kembali sama saja menancapkan pisau tepat di jantung nya, merasakan penghianatan itu lagi dan lagi saat melihat pria itu, bayang bayang wanita yang ia cintai selalu muncul saat melihat Kolo dan itu menyakitkan.

Seolah memberitahu Letram kalau wanita itu tidak pernah mencintainya, tapi sampai sekarang belum ada satupun wanita yang bisa menggantikan posisi nya di hati Letram, dan mungkin tidak akan pernah ada, tidak perduli sedalam apa luka penghianatan itu, Letram tetap akan mencintainya.

"Pada akhirnya, kau menampakkan lagi dirimu dihadapan ku."

Letram diam. Perlahan pria itu mendongakkan kepala dan membawa tatapan nya pada iblis yang kini baru saja datang dan duduk dihadapan nya.

"Aku datang untuk menjemput putriku."

Kolo menghela nafasnya berat "Sampai kapan kita akan seperti ini?" Kolo memandang lurus ke depan.

"Tanyakan pada dirimu Zeus, kau yang memulai semuanya." Letram membalas dengan sangat tenang, seolah ia sudah menerima apa yang terjadi, walaupun kenyataannya tidak.

"Kita sudah tidak muda lagi Letram, kau juga mungkin tahu kedekatan Lendrina dan William, kurasa kita tidak pantas jika terus terjebak dengan perasaan masalalu."

"Aku tidak bisa menerima kedekatan mereka, jangan membuat semuanya semakin rumit Zeus, jangan membuat perasaan mereka semakin dalam, penghianatan mu dimasalalu bahkan masih membuat hidupku rumit hingga saat ini."

"Bisakah kita berhenti dengan semua kekacauan di masalalu? Aku lelah, sungguh."

"Kau lelah karena rasa bersalah mu."

"Benar." Kolo mengehela nafas dalam "Tapi, aku juga lelah membohongi diriku, menganggap seolah-olah kita adalah musuh, aku tidak terbiasa dengan itu, Letram."

Letram menghela nafasnya dalam "Kita memang bukan sahabat lagi setelah penghianatan mu, kau tahu aku sangat mencintai nya—"

"—Aku juga mencintai nya Letram, kita mencintai nya."

"Aku sudah selesai dengan ini, Zeus." Letram mengakhiri topik, karena ini tidak akan pernah ada ujungnya.

"Kuakui aku salah." Kata Kolo dengan suara bergetar, tapi dirimu sendiri sadar kalau aku mencintai nya, sejak kita kuliah, kita semua tahu itu Letram, kita bertiga bahkan menyadarinya."

Letram memejamkan matanya erat.

Membicarakan ini dengan kolo memang tidak akan pernah berujung, jadi lebih baik dia mengalah, daripada membuat satu luka sayatan baru dihatinya.

"Em.. aku tahu dan aku sadar itu, aku minta maaf karena menikahinya dan merusak kebahagiaan kalian." Letram mengalah, dan entah sampai kapan ia akan terus mengalah dari sebuah kesalahan yang dibuat oleh sahabatnya sendiri

"Dan, kau juga tidak perlu cemas karena aku menjaga putri kalian dengan sangat baik." Lanjut nya.

"Aku benar-benar berharap dia tidak membenci mu saat tahu kebenarannya, karena jika sudah waktunya, aku akan memberikan hasil tes DNA itu padanya."

"LETRAM!"

"Mari kita akhiri ini Zeus, aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masalalu, melihat putrimu membuatku kembali terjebak didalam lubang hitam itu." Jika tadi suara Kolo yang bergetar, kini berbalik, mereka sama sama menahan tangisnya, jangan katakan jika pria tidak bisa menangis "Putrimu juga berhak tahu siapa ayahnya kan?"

"Aku menyayanginya sebagai putriku juga, tapi didalam darahnya.. mengalir darahmu, bukan darahku." Air mata Letram menetes tanpa sadar begitupun Kolo "Aku menahan nya belasan tahun, dan kupikir aku akan mengembalikan putrimu jika dia sudah siap dengan kebenaran nya."

"Aku juga berharap William tidak membencimu jika dia mengetahui segalanya, mengetahui seberapa bajingan Ayah yang selalu ia bangga banggakan selama ini."

Kolo diam, perkataan Letram bak ancaman untuknya, dia bahkan tidak punya nyali untuk itu, Kolo tidak ingin putrinya tahu apa yang sebenarnya, bahkan juga tidak ingin putranya tahu tentang kejadian masalalu yang mungkin menyakitkan untuknya. Kolo tidak ingin anak anaknya membenci dirinya, Kolo tidak ingin itu terjadi, kehilangan satu anak sudah begitu terasa perih untuknya, Kolo tidak ingin merasakannya lagi.

"Kau harus lebih sering mengunjungi makam Wiley, jangan terlalu fokus mengejar reputasi dan nama baik, lalu satu lagi..." Letram menghela nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya.

"Tidak perlu mengunjungi rumah abu setiap saat." Letram bangkit untuk pergi meninggalkan Kolo disana.

Letram mengelap kasar air matanya saat jatuh karena mengingat bagaimana penghianatan itu terjadi. Terjadi tepat dihadapannya, merenggut habis kebahagiaan yang mati-matian ia bangun, namun harus hancur karena keegoisan manusia tak berakal yang hanya memikirkan kesenangan semata.

Pada kenyataannya, cinta memang tidak selalu cukup didalam pernikahan, bahkan ketulusan dan rasa kasih, itu tidak pernah cukup sekalipun nyawa yang dikorbankan, mungkin tidak akan cukup, Letram merasakan pahitnya sendiri.

Kebahagiaan yang sudah Letram berikan pun kurang, bahkan harta dan semu yang ia miliki juga tidak ada artinya untuk membuat wanita yang ia cintai menetap dan hanya tinggal disisinya.

.
.
.

To Be Continued..

Giocare Per Amore E MorteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang