|7| RENJANA

13 1 10
                                    

Jika kehadiran ku tidak diinginkan, untuk apa aku dilahirkan?.

- Sagara Abian.

...................................................................................................

Adhysta melangkahkan kakinya menuju kamar Sagara, wajahnya memerah seperti sedang memendam amarah.

Dia mengetuk pintu kamar Sagara dengan keras dan kencang.

"Sagara, buka pintunya cepat!"

Sagara yang sedang melihat foto hasil jepretannya, segera menyudahi kegiatannya. Dia langsung membuka pintu, pandangannya terarah ke papahnya yang sedang tersulut emosi.

Plakk!

Sebuah tamparan, mendarat di pipinya. Dia tidak berani menatap papahnya, tubuhnya terasa membeku.

"Dasar anak tidak tahu diri kamu, kenapa kamu tidak mendengarkan ucapan saya kemarin. Kenapa mereka tidak mau bekerja sama dengan perusahaan kita, Sagara."

"Sagara sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik, Pah."

"Halah, hancur sudah saya untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Ini semua gara-gara kamu, anak pembawa sial."

Sagara terdiam, tidak berani untuk menyahut.

"Kalau saja kamu tidak lahir, mungkin keluarga saya akan baik-baik saja. Istri saya tidak seperti sekarang, kamu seharusnya tidak ada disini Sagara."

Setelah mengucapkan itu, Adhysta segera pergi. Sebelumnya dia melemparkan berkas-berkas ke wajah Sagara.

Sagara tertunduk, sakit. Sakit sekali.

Bukan karena tamparan, melainkan ucapan dari Sang papah. Mungkin benar, jika dia tidak dilahirkan, dia tidak akan membuat keluarganya seperti ini, terutama mamahnya.

Sagara menangis, ucapan papahnya dan perlakuan-perlakuan keluarganya membuatnya merasa cape. Tidak boleh kah dia merasa bahagia.

Sagara memilih untuk menemui kekasihnya, disaat seperti ini hanya Tania yang bisa menenangkannya.

****

"Bian, kamu kenapa?" Tania menyambut hangat Sagara, melihat kekasihnya sedang tidak baik-baik saja Tania segera memeluknya.

Tania membiarkan Bian menangis didalam peluknya, Tania tau sekuat apapun Bian, dia juga memiliki rasa lemah. Dan Tania mengerti itu.

Setelah sedikit tenang, Tania memberikan segelas air, dan menunggu Sagara mau berbicara.

"Kamu tenangin diri kamu dulu, ya. Nggak usah cerita kalau memang kamu nggak kuat."

Sagara terdiam. Beberapa saat kemudian dia menceritakan kejadian beberapa waktu lalu.

Tania kembali menenangkan, dia tau diposisi Sagara pasti sakit sekali. Dia sebagai kekasih tidak bisa membantu apa-apa, hanya berusaha menjadi tempat ternyaman nya untuk pulang.

"Oh iya, kemarin aku ketemu seseorang, dia mengaku bahwa dia adalah Geya." Sagara menceritakan kejadian beberapa hari lalu.

Tania tersenyum antusias. "Oh, ya? Wahh terus gimana?"

The Butterfly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang