|10| RENJANA

12 1 2
                                        

Admaja menatap Angkara penuh selidik, melihat penampilan Angkara dari atas hingga bawah.

Yang lain nya memasang wajah bingung, sementara Angkara hanya terdiam sambil tersenyum canggung.

Admaja menarik lengan Angkara ke arah dapur, lalu membisikkan sesuatu. Angkara yang mendengar ucapan ayah kekasihnya, agak sedikit kaget. Kemudian keduanya tertawa.

Gistara menatap keduanya heran, apalagi melihat Admaja memeluk Angkara. Tidak seperti biasanya.

Admaja dan Angkara kembali ke ruang keluarga. Mereka hanya tersenyum, seolah mengatakan tidak ada apa-apa.

Gistara dan Ibunda hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua pria berbeda usia itu.

"Kemarin, kata Bunda, Ayah nanyain Aang. Ada apa?" Tanya Gistara sambil duduk disamping Angkara.

Admaja terdiam. "Nggak apa-apa, Ayah 'kan udah lama nggak ketemu Aang."

"Kirain ada apa."

Ibunda yang tadi sempat pamit, kini menghampiri mereka. "Ayo kita makan dulu, Agis sama Aang belum makan, kan?"

"Belum. Oh iya, tadi Agis mampir ke tempat temannya Aang," ucap Gistara sambil menyodorkan satu kotak donat.

"Wahh, ini donat kesukaan Putri. Makasih, ya."

Gisara dan Angkara hanya mengangguk. Merekapun segera ke meja makan, disana hanya ada suara dentingan sendok.

Selesai makan, Ayah dan Ibunda pamit ke kamar, sementata Gistara mengajak Angkara ke ruang pribadinya. Ruang baca.

Ruang ini tidak kecil, juga tidak terlalu besar. Didalam nya terdapat beberapa rak buku dan juga sebuah laptop. Tempat ini digunakan Gistara untuk sekedar membaca atau maraton film juga menonton live cowok korea kesukaannya.

"Ara, lusa aku mau ke Bali, ada urusan sama om."

"Yah, aku sendirian lagi, dong."

Angkara tersenyum, dia mengusap lembut surai halus itu. "Cuma tiga hari doang, lagipula bukannya kamu mau ketemu sama Bian."

"Tapi, temenin aku."

"Tiga hari doang, nanti aku janji beliin kamu manik-manik lagi."

"Bener, ya. Yang banyak."

"Iya, sayang."

Gistara bergerak mendekati Angkara, kepalanya ia letakan dibahu Sang kekasih. Angkara melirik, menepuk pelan kepala si empunya.

Keduanya bercerita tentang hal-hal random, lalu tergelak bersama.

****

Saat ini di kediaman Adhysta sedang makan malam bersama, termasuk Sagara. Semua berbicara dan tertawa kecuali dia, dia hanya diam sambil memperhatikan Renita. Yang diperhatikan, sama sekali tidak menghiraukannya.

Adhysta menatap anak keduanya, seketika suasana berubah menjadi tegang.

"Sagara, lusa kamu harus ikut dengan Papah ke Bali."

"Ngapain, Pah. Bukannya ada meeting dengan perusahaan om Admaja."

"Meeting biar diwakili oleh Damar, kamu ikut Papah. Ada pertemuan dengan Direktur PT Fabel Sample."

"Baik, Pah."

Setelah mengatakan itu, Sagara beranjak menuju kamarnya, dia mempersiapkan barang-barang yang mungkin dia bawa. Biar besok, dia habiskan waktunya dengan Tania.

Renita memperhatikan punggung Sagara dengan penuh kebencian, semua itu dilihat oleh Keenan.

"Mah," ucap Keenan, sambil mengusap lembut tangan Regina.

The Butterfly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang