|3| RENJANA

31 7 66
                                    

Selama apapun kamu pergi, jika pada akhirnya kamu kembali, aku akan tetap menunggumu. Semoga, segera kembali.

..............................................................................................

Mobil milik Damar berhenti tepat di depan rumah Putra. Karena rumah Putra lebih dekat dengan lokasi.
Mereka memang sengaja tidak membawa kendaraan masing-masing.

"Eh, bisa antar gue ke rumah sakit aja nggak Dam," ucap Sagara.

Damar yang paham langsung memutar arah.

"Siapa yang sakit?" Tanya Mytha.

"Pacarnya si Gara," jawab Damar.

Gistara yang mendengarnya langsung teringat kejadian tempo hari, ternyata jenguk pacarnya.

"Pacar lo sakit apa?" Tanya Gistara.

"Ginjal," jawab Sagara singkat.

Usai mendengar jawaban Sagara, suasana menjadi canggung. Mytha yang merasa tidak enak, langsung memecahkan suasana.

"Pacar lo masih di luar kota, Gis?" Tanya Mytha.

"Iya, biasa banyak sample yang harus dia anter."

"Kalau, Abian udah ada kabar?"

Gistara yang mendengar pertanyaan Mytha, tersenyum. "Belum, mungkin dia udah lupa sama gue."

"Nggak lah, dulu kalian lengket banget tuh. Tapi Angkara tau, tentang Abian?"

"Tau kok, dia juga bantu buat nyari informasi."

"Pengertian ya."

"Ya, kan. Gue juga cuma anggap Abian sahabat gue."

"Yakin, nih?" Tanya Mytha sambil tersenyum jahil.

"Kenapa harus nggak yakin, gue juga udah ada Angkara yang selalu ada. Emang nya lo, masih berharap sama masalalu lo."

Mytha yang mendengar jawaban Gistara, melirik sinis.
Kedua pria yang dari tadi mendengarkan hanya terdiam.

Tak terasa mereka sudah sampai di Rumah Sakit, Sagara segera turun.

"Thanks ya, Dam. Guys, gue masuk ya." pamit Sagara.

Gistara memandang punggung Sagara, sepertinya dia merasa ada kesamaan dengan Sagara dan Abian. Namun, Gistara menepis itu, kalau memang itu Abian, mana mungkin dia lupa.

Damar melajukan mobilnya mengantar Gistara dan Mytha. Namun, Damar tidak langsung pulang.

"Myth, boleh ngobrol sebentar?" Tanya Damar ketika sudah di depan rumah Mytha.

****

Bau obat-obatan masuk ke indra penciuman Sagara, lorong rumah sakit terlihat cukup ramai orang-orang dengan berbagai kondisi.

Sagara mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit, bahwa Tania sudah sadar. Sagara senang.

"Nia, sayang," ucap Sagara ketika memasuki ruang rawat Tania.

Tania yang melihat kehadiran Sagara, tersenyum. Sagara memeluk Tania dan menangis.

"Hei, ngapain nangis."

"Aku kangen banget sama kamu."

"Aku bakal sembuh, Bian. Kita bakal bareng lagi setelah ini."

Sagara yang melihat kondisi Tania sudah lebih baik, merasa cukup lega. Sagara menghabiskan harinya bercanda dengan Tania.

"Bian, nanti kalau bumi memeluk aku dengan hangat, kamu jangan nangis, ya. Kamu harus bahagia, masih banyak hal yang harus kamu capai, salah satunya pelukan mamah. Kamu harus tetap hidup, kamu harus jaga kenangan kita."

The Butterfly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang