Hari ini Gistara ingin mendatangi Sagara, dia sedang menunggu Angkara menjemputnya. Dirinya gugup, Gistara melihat ke arah gerbang, ternyata Angkara sudah datang. Dia segera menghampiri kekasihnya, Angkara menyambut kehadiran Gistara dengan pelukan hangat, dia tau kekasihnya sedang gugup.
Didalam perjalanan menuju rumah Sagara, keduanya hanya diam, Gistara yang sibuk memikirkan reaksi Sagara. Dan Angkara yang tidak tahu harus membicarakan apa.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Sagara. Angkara menahan tangan Gistara ketika hendak keluar.
Dirinya tersenyum. "Percaya sama aku, ya. Semuanya akan baik-baik saja."
Gistara mengangguk. "Terimakasih, sayang."
"Nanti pulangnya aku jemputnya, aku mau ketemu sama Hesa di sekitar sini. Sekalian aku tungguin kamu."
"Iya Aang. Nanti aku kabarin, ya."
Gistara keluar dari mobil Angkara, dia melambaikan tangan sebelum akhirnya memasuki rumah putih itu.
Kehadirannya disambut hangat oleh bi Ani, dapat dilihat bahwa ada Keenan dan Renita di ruang tv.
Gistara tersenyum menyapa keduanya. "Halo. Ken, Tante."
"Hai, Geya?" Kenan memasang ekspresi bingung.
Berbeda dengan Renita yang segera memelik Gistara. "Ya ampun, kamu Geya? Anaknya Admaja?"
"I-iya, Tante," Gistara tersenyum kikuk.
Renita menyuruh Gistara untuk duduk, mereka berbincang sebentar, sebelum akhirnya Gistara menanyakan keberadaan Sagara.
"Bian, ada, Tante?"
Gistara melihat ada perubahan raut wajah Renita, namun dia tidak memikirkan itu. Renita tidak menjawab, dia permisi untuk pergi karena ada urusan penting katanya.
Keenan yang merasa tidak enak mencoba mencairkan suasana. "Mas Bian, ada di dalam, Gey. Ayo ke atas aja, sebelumnya udah bilang, kan?"
Gistara mengangguk, kemudian dengan langkah ragu dia segera ke atas di ikuti oleh Keenan.
Langkah keduanya terhenti di depan pintu kamar berwarna hitam, ada papan terukir nama Bian yang tergantung disana.
Keenan mengetuk pintu kamar itu. "Mas, ada Geya!"
Setelah menunggu beberapa saat, Sagara keluar dari kamar, dirinya menatap Gistata. Keenan yang menyadari ada suatu hal, langsung pergi membiarkan keduanya berbicara.
Sagara mengajak Gistara ke taman belakang rumah, bi Ani menyiapkan suguhan untuk Gistara dan juga Sagara.
Gistara tersenyum kikuk, dia bingung ingin berbicara seperti apa, takut kalau kejadian lalu terulang kembali.
"Sagara, lo masih nggak percaya kalau gue Geya?" Gistara bertanya dengan hati-hati.
Sagara menghela nafas, dirinya teringat percakapan malam lalu dengan Angkara.
Flashback on
"Tapi ternyata gue salah, gue ngerasa kalau Gistara benar sayang sama gue, dan pure nganggap lo adalah sahabat masa kecilnya. Dia udah selama sepuluh tahun nyariin lo, bahkan dia minta tolong gue untuk cari lo ketika gue ada kerjaan di Bandung." Angkara melirik Sagara yang terdiam.
"Gistara bilang, kalau dia takut kalau lo kenapa-kenapa. Karena sebelum lo pamit buat ikut orangtua lo, dia sempat berniat main ke rumah lo, tapi dia nggak sengaja dengar kalau lo lagi dimarahin, bahkan sampai dipukul sama bokap lo. Makanya, dia takut, dia khawatir kalau lo kenapa-kenapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Butterfly
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca, untuk mendapatkan notifikasi terbaru. Happy reading, guys!! ° • ° • ° Jika luka ku akan sembuh jika terguyur hujan, maka temani-lah aku saat merasakan perihnya. ●Based on true story.●