11. Little Bitch

107 4 0
                                    

"Airin, Kau tidak apa-apa?" Tanya Starla selaku teman kerjanya tengah melamun dengan pandangan yang terus menatap ke depan, tapi tatapan yang diberikan temannya ini terlihat sangat kosong.

Airin yang ditanya pun langsung mengerjap dan membuyarkan lamunannya. "Gak, aku tidak apa-apa." Ujarnya, yang memilih untuk tidak bercerita kepada temannya ini.

Ya, sedaritadi dirinya memang tengah melamun. Memikirkan tingkah laku anaknya yang berubah drastis. Membuat dirinya sempat berfikir kalau itu bukan anak yang bernama Shakira Baskara, yang tinggal bersama dengannya selama ini. Melainkan Shakila Abraham, anaknya yang berada ditangan suaminya.

Tapi mana mungkin?! Suaminya ini tinggal di kota, tepatnya di Jakarta! Tidak mungkin ia ke desa ini! Untuk apa?! Sudah puluhan tahun dirinya ini pergi menghindari suaminya. Bahkan ia tidak pernah mengunjungi dan menginjakkan kakinya lagi ke kota kelahirannya di Jakarta. Jadi, tidak mungkin suaminya ada disini, dan tau dia ada disini.

Namun rasa rindu dirinya kepada anaknya yang bernama Shakila dan juga suaminya pun tak pernah luntur. Ia sangat merindukan mereka berdua. Terlebih anaknha yang tidak pernah merasakan kasih sayang dirinya. Bahkan anaknya tidak pernah melihat rupa dirinya yang melahirkan dia.

Setiap malam dirinya selalu dihantui rasa bersalah. Ia selalu memimpikan suaminya dan juga anaknya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Perjanjian itu! Ia tidak mau mengambil resikonya. Keluarga suaminya benar-benar bahaya. Ia tidak mau kehilangan putrinya lagi. Cukup putrinya yang bernama Shakila yang berada diluar jangkauannya. Tidak dengan Shakira.

"Airin! Kau mendengarkan aku?!" Teguran yang diberikan oleh temannya lagi, sukses membuat lamunannya buyar lagi. "Ah?! Iya?! Apa yang kau katakan?" Tanyanya sekali lagi, yang berusaha mengembalikan fokusnya.

Sedangkan temannya yang mendengar ucapan kikuknya pun langsung menghela nafasnya kasar. "Kalau kau sedang tidak enak badan atau ada masalah yang mengganggu? Sebaiknya kau izin pulang." Peringatan yang diberikan oleh temannya.

Ia langsung menggeleng seraya tersenyum. "Gak, kok. Aku tidak apa-apa. Jadi, apa yang ingin kau katakan?" Tanyanya lagi, yang berusaha untuk tidak memikirkan masalah pribadinya, dan fokus dalam pekerjaannya saat ini.

"Tolong antarkan pesanan ini ke meja 31. Aku akan mengantarkan ke meja yang lain." Pinta temannya, yang langsung dibalas angukkan kepala mengerti dan mulai mengantarkan pesanan ke meja yang telah temannya sebutkan.

"Selamat menikmati." Seruan yang selalu ia berikan, ketika semua pesanan yang ia bawa, telah terletak diatas meja pelanggan, dan ketika dirinya sebelum pergi ke dalam.

"Kau rupanya!" Ujar seorang laki-laki dengan menahan pergelangan tangannya yang ingin pergi. Membuat dirinya langsung membalikkan tubuhnya, dan tentunya netranya langsung membola ketika melihat siapa yang ada dihadapannya. Apakah ini nyata? Atau ia hanya berhalusinasi?

"Sa--Sa--Samuel?" Seruan yang ia berikan dengan terbata, ketika netranya melihat suaminya--ralat! Mantan suaminya yang ada dihadapannya.

Seakan sadar bahwa tindakannnya salah, ia langsung berusaha melepaskan genggaman tangan suaminya. "Samuel! Lepaskan!" Pintanya seraya memberontak.

Sementara Samuel yang mendengarnya pun langsung menyeringai lalu menggeleng. "Kau pikir aku akan melepaskan dirimu setelah aku mencari kamu selama puluhan tahun?! Tidak akan, jalang kecil!" Tolakan yang langsung ia berikan.

"Ta--"

"Oh, Tuan Abraham. Sudah lama kau menunggu? Maafkan aku, aku harus menghadiri orang tuaku--" belum sempat pria yang baru datang ini menuntaskan ucapannya, ia sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Kau lihat? Kau sedang ada klien. Sebaiknya aku pergi!" Ujarnya, yang masih berusaha melepaskannya.

CHANGE FUTURE - JENRINA & JAEMINJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang