Setelah di rawat beberapa hari di rumah sakit, Arkan sudah sehat dan pulih dengan cepat. Arkan kembali ke desa itu untuk melanjutkan kewajibannya, satu bulan lamanya sudah dirinya ada disana. Jembatan udah selesai namun belum bisa beroperasi karena masih belum kering corannya.
Harlan menghampiri Arkan yang sedang duduk melamun sambil memandangi desa yang perlahan kini sudah mulai bagus. Puskesmas juga sudah selesai di bangun, ada beberapa dokter dan bidan yang sudah mulai bekerja di puskesmas itu. Arkan sendiri yang mengkordinir mereka, lebih tepatnya Arkan kepala dokternya disana.
"Kenapa kamu melamun sayang?" ujar Harlan.
Arkan menoleh dan tersenyum kearah Harlan. "Tidak kenapa-kenapa mas... Ar cuman agak sedih aja mau ninggalin desa ini."
Harlan duduk di samping Arkan sambil memberikan Teh hangat untuk Arkan. "Mas jauh lebih sedih kalau harus kehilangan kamu lagi. Kamu istri mas sekarang, jangan tinggalin mas lagi ya?"
"Iya iya bawel," ujar Arkan.
Arkan dan Harlan mengobrol banyak hal apa rencana kedepannya. Reihan, Surya, Nathan, James, Junhoo, dan Radit menghampiri Harlan juga Arkan. Junhoo berbicara. "Huh, kita lagi sedih bentar lagi mau pisah malah kalian mesra-mesraan disini."
"Diam, sirik ya? Karena.." Harlan terdiam saat Arkan mencubit pinggang Harlan.
"Dokter Junhoo, terimakasih karena sudah membantuku disini dan membantu orang-orang yang ada disini. Apakah dokter jadi membawa Radit ke Korea bersamamu?" ujar Arkan.
"Sama-sama dokter Arkan, aku juga mengucapkan banyak terimakasih. Kalau kamu butuh bantuanku jangan sungkan ya, oh iya Radit akan pergi bersamaku, kami sudah minta restu ke orang tuanya." ujar Junhoo.
"Iya dokter Arkan, Radit mau nikah sama dokter Junhoo." ujar Radit.
Arkan sedikit terkjut, lalu Reihan menanyakan ke adaan orang tua Radit. "Heh, orang tuamu tau kalau kau? Gak mati berdiri emang?"
"Jaga ucapanmu Reihan..." seru Surya.
"Tau kok, udah lama. Dan Radit di ijinkan ikut, buat belajar dan menjaga dokter Junhoo." ujar Radit.
"Oalah, Syukurlah kalau begitu." sahut Reihan.
Mereka semua berkumpul, dua bulan sudah berlalu. Saatnya Arkan dan kawan-kawan pergi meninggalkan desa suka maju. Yang paling banyak di kagumi penduduk desa adalah Arkan, karena Arkan sangat baik dan ramah kepada semua orang. Semua menahan tangis mereka karena sedih akan berpisah dengan Arkan.
"Buat bapak-bapak, ibu ibu, adek semuanya... Kami mengucapkan terimakasih karena selama kami disini, kalian sudah memperhatikan hal kecil dan menjaga kami, termasuk saya. Terimakasih kalau bukan karena kalian yang melihat saya saat di culik, saya tidak akan berdiri disini sampai saat ini. Saya mohon pamit, sekarang puskesmas sudah selesai, kebutuhan obat juga sudah lengkap, jembatan buat sarana tranportasi juga sudah selesai. Buat mas Wahyu, inget pesan saya tempo hari ya. Sebagai pemuda desa, inget kan?" ujar Arkan.
"Saya inget dokter, saya akan menjadikan desa ini desa wisata seperti yang dokter ajarkan ke saya. Tapi, saya boleh kan pajang foto dokter di baliho dekat jembatan itu? Dan nama jembatan itu kami beri nama Dokter Arkan..." ujar Wahyu.
"Boleh kok gak apa-apa, terimakasih lagi buat semuanya. Saya Arkan, mas Harlan, mas Surya, Mas Rei, Mas Nathan, Mas James, Dokter Junhoo, dan Radit mohon pamit dulu." ujar Arkan.
"Hati-hati dokter, hati-hati buat semuanya.." Ujar mereka semua.
Harlan menggandeng Arkan untuk pergi bersamanya dan satu mobil. Mereka di antar sampai ke depan jembatan, Arkan dan yang lain pergi meninggalkan desa. Harlan membawanya ke rumah milik mereka yang dulu itu, tapi Arkan meminta di antar ke rumah kakek dan nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
BXB- PACARKU, ABANG IPARKU
Teen FictionHah.... Cinta dunia LBTQ di dunia nyata tak seindah apa yang di bayangkan, contohnya seperti di Novel, Series BL yang penuh dengan keromantisan, perjuangan, dan masih banyak lagi. Arkan, membayangkan suatu saat akan mendapatkan cinta sejatinya sepe...