Chapter 13 : Berhasil

16 7 0
                                    

Selang beberapa saat Jo menunggu, sekretarisnya pun datang. Ia menanyakan kenapa Jo tak pergi ke kantor. Dan Jo beralasan sedang lagi tak enak badan dan ingin beristirahat. Setelah mengatakannya, sekretarisnya pun pamit undur diri untuk kembali ke kantor. Dan Jo kemudian pergi ke dapur untuk membuat teh hangat.

Wulan yang telah menyelesaikan sarapannya pun berlalu ke dapur untuk membersihkan peralatan makan yang ia gunakan sembari memperhatikan Jo diam-diam.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Jo heran.

"Aku mau kopi," jawabnya mulai membuat kopi.

Jo tak menghiraukannya dan ingin berlalu ke sofa.

"Oh ya, itu kalau kamu mau muffin, aku ada buat tadi pagi. Kalau mau, makan aja. Tapi kalau enggak juga gak apa-apa," ucap Jo sembari melirik muffin yang ada di atas meja.

Setelah mengatakannya, Jo pun kembali berlalu ke kamarnya dan mengecek beberapa dokumen lainnya sambil meminum teh hangatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengatakannya, Jo pun kembali berlalu ke kamarnya dan mengecek beberapa dokumen lainnya sambil meminum teh hangatnya.

Setelah mengatakannya, Jo pun kembali berlalu ke kamarnya dan mengecek beberapa dokumen lainnya sambil meminum teh hangatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wulan pun menghampiri Jo ke kamar dengan membawa segelas kopi juga sepiring muffin. Wulan hanya makan dalam diam memperhatikan gerak-gerik Jo.

Jo yang melihat Wulan terus mengikutinya hanya diam saja dan menggeleng heran dengan sikapnya.

"Kamu kenapa gak bilang bisa masak?" tanya Wulan tanpa sadar kagum dengan muffin yang Jo buat.

"😏Kamu gak pernah tanya," jawabnya sambil menatap layar laptopnya.

"Ehmm, maaf," ucapnya merasa bersalah.

"Jangan pikir selama ini aku makan itu dari hasil mesan makanan online. Kamu aja yang gak pernah mau ke dapur dan makan makanan buatan ku. Jadi aku selalu masak untukku seorang. Yaa, wajarlah, masakan ku tak seenak masakan di restoran bintang 5, ataupun resto punya Arsya. Setidaknya aku bukan anak manja yang ngehamburin uang dengan percuma hanya untuk beli-beli makanan," jelas Jo yang tak mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Aku bukannya mau menghamburkan uang untuk beli makanan mahal😓," lirihnya makin merasa tak enak pada Jo.

"Ckk, bagimu makanan mahal itu tak terasa mahal. Kamu kan punya banyak uang tuh. Jadi mana pernah ngerasain gimana rasanya tak mempunyai uang," jawab Jo.

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang