jentaka

7.7K 103 17
                                    

"Siapa?"

"Oniel."

"Unyil?"

"ONIEL! O-N-I-E-L!"

"OH! Oniel? Kenapa nggak Cornelia?"

"Kepanjangan, nama lo siapa?"

"Gue Dimas."

"Basic banget nama lo."

"Lah?? Kok bisa lo ngomong gitu??"

"Ya maksudnya, gue punya banyak banget temen namanya Dimas. Kayaknya nama lo pasaran banget."

"Ya udah sih, kalau lo mau protes jangan ke gue, protes ke orang tua gue."

"Ya udah mana sini nomer bokap lo, gue mau protes."

"Nih, lo ngomong sendiri." Aku bercanda dengan menyerahkan ponselku padanya. Kami berdua sama-sama tertawa, ternyata humorku dengan humornya sama. Kami mengobrol sambil berjalan entah kemana, aku yang tadinya mau mencari makan siang justru lupa karena terlalu asik bersamanya.

"Lo kesini liburan?" Tanyaku.

"Ya, bisa dibilang gitu deh. Lo sendiri?"

"Bisa dibilang sama."

"Dih, jawabannya ikut-ikutan."

"Hahaha, sendirian liburannya?"

"Nggak, sama cowok gue."

"Lah, terus cowok lo mana?" Aku tidak melihat dia bersama pria sejak tadi.

"Ada urusan sama kantornya. Kalau lo sendirian?"

"Nggak, sama kayak lo."

"Hah?! Lo sama cowok lo juga?"

"Ya nggak gitu dong, sama cewek gue."

"Kirain, nggak apa-apa kok kalau lo sama cowok. Love is for everyone, kan? Hahaha."

"Terus cewek lo mana?" Tanyanya lagi.

"Di hotel, lagi ngambek."

"Lah? Gimana sih lo jadi cowok! Kok bisa bikin pacar sendiri ngambek?!" Ucapnya sambil memukul lenganku. Padahal kami baru kenal, tapi dia sudah berani seperti ini, gimana kalau sudah kenal lama?

"Gue kan mau nyari makan siang, gue ajak dia temenin gue makan diluar, secara dia lebih berpengalaman disini. Dia bilang mager, yaudah gue jalan sendiri. Terus dia tiba-tiba berubah pikiran, gue bilang nggak apa-apa kalau dia nggak mau, gue nggak maksa. Eh, tiba-tiba dia ngambek." Aku memberikan penjelasan padanya. Dia hanya manggut-manggut dan kemudian memukul bahuku lagi.

"Aduh! Apaan sih Niel?!"

"Emang cewek susah dimengerti sih." Balasnya.

"Lah, elu dong."

"Eits, beda dong! Btw, tadi lo bilang mau nyari makan siang?"

"Iya."

"Sama sih, tadi gue juga mau nyari makan siang. Malah beli ini nih, hehehe." Oniel menunjuk kearah es krim yang ia pegang.

"Oke, kalau gitu ikut gue nyari makan siang!" Aku menarik tangannya, lagi. Sesaat aku lupa kalau yang aku genggam tangannya bukanlah Azizi, melainkan wanita yang baru saja aku kenal. Banyak obrolan tercipta saat kami berkeliling mencari tempat untuk makan siang, obrolan seolah kami sudah saling mengenal sejak lama.

"Makan disini aja yuk!" Ucapnya saat kami berhenti di sebuah restoran, restoran cepat saji yang berlogo M dengan warna kuning yang khas.

"Yaelah Niel, jauh-jauh ke Singapur ujung-ujungnya makan mekdi lagi?"

wanita itu jatuh cinta pada seekor kudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang